Semua mata terkejut dengan kedatangan seseorang yang kini berjalan dengan percaya diri di sepanjang koridor kelas. Penampilan yang sungguh berbeda 180 derajat dari biasanya. Rambut yang biasanya rapi diikat kuda kini dibiarkan tergerai seksi namun tetap rapi. Jaket tebal yang dulu selalu menutupi seragam yang melekat pada tubuhnya kini sudah tidak. Seseorang itu berjalan dengan berani saat melewati koridor kelas terlebih lagi melewati koridor kelas senior.
" wah siapa ini, pecundang kita bertingkah seolah putri saat ini" seorang siswi bernama Suji sudah berdiri ditengah tengah koridor menghalangi jalan, namun seseorang itu tidak menanggapi dan terus berjalan.
"hey ******! bukankah harusnya kau menyapa seniormu?, dimana etikamu!" teriak Suji, seseorang itu kemudian berhenti dan membungkukkan badannya kemudian melangkahkan kakinya kembali. Namun saat kakinya baru selangkah maju lengannya sudah dicekal oleh siswi senior bernama Rachel Yoo, membuatnya terhuyung hampir terjatuh namun keseimbangan sangat bagus sehingga menyelamatkannya dari mata semua siswa siswi yang kini berkerumun menunggu untuk mentertawakannya
"lepas" katanya
"kau memerintahkanku?" rahang Rachel sudah mengeras karna kesal
"sudah cukup, lepas" katanya lagi, namun Rachel menarik kerahnya dan menahannya di tembok menekan lehernya hingga pasokan oksigen sulit terhirup membuatnya kesulitan bernafas. Semua hanya menonton bahkan ada juga yang merekamnya untuk dibagikan ke siswa siswi lain yang tidak menonton, mencoba melepaskan cengkraman tangan Rachel dengan memberontak menggunakan tangannya
"Rain" panggil Sora yang kini dengan nafas tersengal mencoba menolongnya namun ditahan oleh Suji dan teman temannya.
"lepaskan dia, itu bisa berbahaya" Sora terus merangsek menerobos Suji dan teman teman temannya yang meahan Sora sejak tadi
"lepaskan" Joana mencoba melepaskan cengkraman Rachel
"Sora" Suji mendorong Sora hingga terjatuh hingga semua mata menoleh kearah Sora, terlihat Manu yang kini membantu Sora berdiri karna tangan dan lututnya terluka, Joana yang melihat itu menjadi geram hingga dalam hitungan ke tiga Joana meraih tubuh Rachel lalu membantingnya. Semua mata terbelalak menyaksikan aksi Joana, aksi seorang siswi yang setiap harinya di bully bahkan dipukuli oleh Suji dan teman temannya kini membanting seorang Rachel senior yang paling ditakuti oleh semuanya bahkan guru pun tidak ada yang berani memarahinya karna anak salah satu donatur di sekolah. Joana mendekat dan membisikkan sesuatu dengan sangat pelan hingga dapat dipastikan jika hanya Rachel yang mendengar.
"kau harusnya mengerti saat kukatakan cukup tadi" Joana menepis kasar tangan Rachel yang sedari tadi menarik kerahnya
"Sora, kau tak apa?" Joana beralih membantu Sora bangun dibantu oleh Manu
"minggir" ucapnya dengan nada dingin pada Suji yang menahan lengannya, "aku sudah mengatakan padamu 3 tahun lalu untuk tidak mengusik orang orang disekitarku, tapi kau malah melakukannya Suji, kau ingin bermain main denganku rupanya" Suji yang mendengar perkataan Joana pun mendadak ciut dan melepaskan cengkeramannya.
Joana memapah Sora menuju ke UKS dengan Manu, semua memperhatikan dengan wajah takut. "Manu, aku akan manaruh tasku dulu, bisakah kau bawa Sora dulu?" Manu hanya mengangguk. Joana berbelok ke kelasnya untuk menaruh tasnya, teman temannya menatapnya dengan takut dan hening bahkan ada juga yang memundurkan langkahnya saat berpapasan dengan Joana. Sebagian menatapnya dengan tatapan kagum karna sudah seperti membalaskan dendam mereka yang juga di bully oleh Rachel maupun Suji.
Joana berlari ke UKS dimana dokter membalus lukanya dan Manu yang masih setia menunggui Sora di deblahnya
"Rain" panggil Sora saat melihat Joana memasuki ruang UKS, dokter perawat pun yang melihat kedtangan Joana langsung mundur hingga membuat Sora dan Manu bingung dan terkejut "terima kasih dok" ucap Joana ramah
"kak Jo bilang kau akan dipindahkan, tapi kenapa muncul tiba tiba dengan penampilan seperti ini?" tanya Sora yang diangguki Manu
"tidak jadi" jawab Joana yang masih sibuk meneliti apakah dokter sudah membalut luka Sora dengan benar
"benarkah? bagaimana? dia tidak memarahimu?" tanya Manu
"aku berhasil membujuknya, lagipula beasiswaku masih aktif hingga tahun depan"
Sora dan Manu mengangguk mengerti meski banyak pertanyaan di pikiran masing masing mengenai Joana yang berubah saat ini.
*****
Bel sekolah berbunyi, semua berlomba lomba meninggalkan kelas. Sora Manu dan Joana memebereskan alat tulis dan measukkan kedalam tas masing masing dan bersiap untuk pulang juga "Rain, apa kak Jo ada rumah?" tanya Sora
"kau ingin kerja kelompok atau menemui kakak sebenarnya?"
Sora menampilkan dua jarinya dan gigi putihnya cengengesan, Joana hanya menggeleng meski baru hari pertama dirinya masuk sekolah kembali bukan berarti Sora dan Manu tidak pernah datang kerumah nya. Sora dan Manu hampir setiap hari datang kerumahnya bahkan jika hari minggu bisa seharian berada dirumahnya tidak peduli bagaimana kakaknya yang menyindir dengan mulut pedasnya dan dengan wajah dingin nya itu tidak membuat kedua temannya ini menciut dan tidak lagi datang kerumah.
"oh iya Rain, apa kak White benar benar tidak menghubungi atau menemuimu lagi?" tanya Sora
"ada apa?" tanya Joana
"hanya bertanya"
Joana, Sora dan Manu berjalan beriringan keluar gerbang sekolah dan sesekali Manu mengeluarkan celetukannya yang mengundang gelak tawa Joana dan Sora. Tawa Sora terhenti ketika matanya berpapasan dengan mata Suji dari kejauhan. Joana sudah menduga jika Suji tetap tidak akan tinggal diam dan mengalah begiti saja sapa seperti 3 tahun lalu. Dendam nya pada Jo, Jean, Jian dan Han pasti masih ada bahkan semakin besar. Kematian kakaknya membuat Suji buta hingga menyerang semua yang berkaitan dengan Jo, Jean, Jian dan Han. Suji terus menyerang Joana karna mengetahui identitas Joana yang merupakan adik Jo. Joana masih belum tahu alasan Suji terus mengusik Sora dan Rachel yang terus mengejarnya dan Sora. Meski begitu Joana tidak bisa terang terangan mengadakan perlawanan disekolah saat Suji dan Rachel selalu membullynya bahkan memukulinya karna alasan yang sama 3 tahun yang lalu. Aksinya yang terang terangan membuat keadaan semakin sulit terlebih untuk kakaknya. Jika sekarang dirinya mencolok akan membuat proyek kakaknya terganggu. Terlebih perusahaan ayahnya menjalin kerjasama dengan perusahaan cabang milik Jo begitupun dengan Suji.
"kupikir mereka tidak akan datang ke acara malam kelulusan" Manu menunjuk Jean dan Jian yang berjalan tidak jauh dari mereka bertiga
"kurasa begitu, mereka akan sibuk dengan perusahaan keluarga mereka" Sora menyeruput jus mangga nya
"kudengar 'Kore' meluncurkan produk baru" kata Manu
"dan White Company sedang melebarkan sayapnya dengan memperbesar White medical" ucap Sora kemudian
Hari ini Jo tidak bisa menjemput Joana jadi Jo mengirimkan sopir untuk mengantar Joana pulang.
"aku akan menjawab panggilan ini dulu, kalian masuk saja dulu" ucap Joana saat ponselnya berdering
Jean mengamati Joana yang masih di luar mobil. "apa yang beruang kutub itu rencanakan sebenarnya" ucap Jean yang masih duduk di kursi kemudi dan tidak kunjung menyalakan mesin mobil hingga membuat Jian menghela nafas
"sebenarnya apa maumu?" tanya Jian tidak sabar
"anak itu sudah berubah" jawab Jean diluar pertanyaan Jian
"apanya"
"kau tidak dengar jika seseorang menghabisi Rachel dan Suji tadi pagi?" tanya Jean yang masih lurus menatap punggung Joana yang kini sudah masuk ke mobil
"siapa?"
"Nana ah bukan tapi Rain" jawab Jean
Jian hampir tersedak ketika mendengar nama yang disebutkan oleh Jean
"Rain?" tunjuknya pada mobil didepannya yang kini sudah melaju meninggalkan gerbabg sekolah
"Joana Rain, dia menghabisi Rachel dalam satu gerakan dan membuat Suji menciut hanya dengan tatapan dinginnya" Jean menyalakan mesin mobilnya
"lalu, kau ingin menyelidikinya lagi?kau gila kau bahkan menolak perjodohanmu dengannya 3 tahun lalu Je, dan yang lebih gilanya lagi kau menyeretku kembali ke sekolah ini hanya untuk menyelidiki adik nya Jo" protes Jian
Jean terus melajukan mobilnya tidak jauh dari mobil Joana yang berhenti di sebuah Cafe Studio. Joana, Sora dan Manu tampak keluar memasuki Cafe Studio itu, namun pemandangan aneh tertangkap oleh mata Jean. Joana terlihat menaiki tangga cafe sedangkan Sora dan Manu yang duduk di cafe dengan kotak kue dan minuman di meja pengunjung. Dan seorang laki laki juga terlihat memasuki cafe dan menaiki tangga cafe yang sebelumnya dinaiki Joana.
"dia hanya ke toilet" Jian menunjuk Joana yang keluar dari pintu toilet
"apa?" Jean terkejut dengan pemandangan didepannya, Joana keluar dari toilet sedangkan tadi dirinya melihat Joana menaiki tangga
Tak lama mereka keluar cafe, Jean terdiam menatap kepergian mobil Joana
"kau tidak membututinya lagi?" Jian mengembalikan kesadaran Jean dari lamunannya
"Tidak" Jean melajukan mobilnya untuk ke perusahaannya
Saat sudah di depan loby, penjaga terlihat berlari menghampiri dan membukakan pintu
"kau pikir hanya kau yang bekerja? aku juga bodoh" teriak Jian saat Jean menariknya masuk kedalam dan memasuki lift menuju ruangannya
"kirimkan laporannya, dan gantikan aku pada rapat pertemuan nanti" ucap Jian pada sekertarisnya lewat ponsel
Joana membawa setumpuk kertas ke hadapan Jian
"bukti korupsi paman"
"White medical! White Company dalam masalah besar Je" Jian membaca halaman tiap halaman dengan mata terbelalak ketika mengetahui semua dana untuk Haje Medical raib oleh paman Jean
"bagaimana dengan paman?"
"ayah terkena serangan jantung dan....." belum selesai Jian memotong kalimat Jean
"dan para pemegang saham mengetahui ini?"
Jean menggeleng namun juga menganggukkan kepalanya
"jika kau tanya tentang korupsi paman tentu saja tidak, tapi desas desus ayahku sakit sudah sampai ke mereka, jika saham terus turun hingga besok, maka mereka akan mengadakan rapat dewan" jelas Jean yang kini mengusap wajahnya kasar
"jadi kau menghilang selama ini karna ayahmu masuk rumah sakit dan ini semua?" Jean mengangguk lesu
"saat ini sahamku hanya 25 persen di White Company karna kerusuhan yang paman buat"
"apa maksutmu?"
"pembangunan cabang hotel tersendat, dan pasaraya juga mengalami penurunan karna skandal paman" terang Jean membuat Jian menghela nafasnya
"kau bilang pemegang saham belum tahu"
"tapi media sudah memberitakannya, karena itu saham terus turun" Jean tertunduk lemas
"lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Jian
"apalagi selain mendapat persetujuan mereka" Jian menatap Jean prihatin
"aku akan mendukungmu, tapi tidak tahu dengan ayahku"
"bagaimana dengan Jo?" tanya Jian
"kau tau sendiri bagaimana hubunganku dengannya"
Jean merasakan kepalanya berdenyut, memikirkan bagaimana nasib perusahaan saat ini
"kejaksaan sudah menggeledah kantor ayahmu, jika terbukti pamanmu menggunakan wewenangnya untuk menggunakan dana White medical dan Pasaraya reputasi White bisa hancur" Jian menunjukkan berita di ponselnya pada Jean
"kau harus menyiapkan alibi jika pamanmu menyeretmu juga, dan memikirkan mengganti kerugian yang pamanmu buat"
Jean terus berpikir jika dirinya harus meminta bantuan pada Jo. Jean terus menimbang usulan sekertarisnya dengan mengajukan kerja sama dengan JeHa grup
Dering ponselnya membuat Jean terkejut
"baiklah aku kesana" Jean menatap Jian
"bawa mobilku, aku harus menjemput ayahku"
Jean dan Jian keluar bersamaan. Firasatnya mengenai perjodohannya dengan putri Lightwood Company akan kembali terjadi adalah benar. Kini Jean menjemput ayahnya karna alasan yang sama. Jean merasakan sakit di kepalanya memikirkan apa yang harus dilakukan.
Jean sudah berada di depan restauran, Jean memasuki ruangan yang sudah dipesan. Ayahnya terlihat berdiri menghadap jendela dengan tangan yang terlipat di belakang punggungnya.
"aku meragukan jika anda terkena serangan jantung pimpinan White" Jean berdiri sebelah ayahnya yang terlihat angkuh itu.
"bagaimana? kau tidak bisa membawa nona Lightwood bukan sesuai dengan dugaanku" meski keriput memenuhi wajahnya namun ekspresi mengejeknya masih bisa dilihat oleh Jean
"hahahahaha, bukankah harusnya kau mengkhawatirkan rapat saham besok" Jean menoleh melihat ayahnya yang sudah duduk.
"oleh karena itu kau kupanggil kesini"
"hahahaha jadi kau akhirnya meminta bantuanku" Jean menatap remeh ayahnya
"kau pikir aku melakukan ini untukmu dan untukku sendiri? tidak aku melakukannya untuk White Company!" Jean kesal dengan jawaban ayahnya, bahkan sampai detik terakhir pun ayahnya tetap menganggapnya sebagai alat untuk memperbesar perusahaannya saja. Jean mengepalkan jarinya.
Jean semakin dengan sikap ayahnya yang kini menatapnya remeh
"oh selamat datang tuan Bane" Jean yang mendengar ayahnya menyapa dengan nama Bane pun mendongak
Dibelakangnya terlihat Sora yang mengekori bahkan berdandan cantik menatapnya tidak suka dengan buku buku jari yang memutih.
"apakabar Jean, lama tidak bertemu ya, paman terkejut kau sudah setinggi ini" ucap tuan Bane
"oh dan ini kenalkan ini anak paman Misora Bane" ucapnya lagi, Sora terlihat tersenyum paksa lalu duduk di kursinya setelah dipersilahkan ayahnya
Perbincangan terus berlanjut, dengan topik yang selalu membuat Jean muak mendengarnya. Jean memutuskan untuk keluar sebentar untuk menhirup udara segar
"kau akan menyetujuinya?" tanya seseorang saat Jean mengeluarkan pemantik di sakunya
"bagaimana denganmu, bukankah kau mencintai Jo?" tanya Jean
"baiklah mari kita tolak saja"
"kau yakin?" tanya Jean meninggalkan Sora yang terdiam
Jean tahu jika sejak kecil Sora sangat memuja Jo, bahkan saat Jo dekat dengan kakak perempuan satu satunya. Sora selama hidupnya selalu mendapat perlakuan tidak adil oleh keluarganya terlebih orang tuanya. Bahkan orang tua dan keluarganya menyalahkan Sora atas kematian kakaknya. Ayahnya akan menghajarnya habis habisan jika pulang kerumah baik Sora melakukan kesalahan atau tidak. Dan Jean yakin jika perjodohan ini batal Sora akan habis ditangan ayahnya.
Jean menatap Sora datar sedangkan yang ditatap menunjukkan wajah terkejutnya, Sora tidak bisa berpikir apa yang akan ia katakan pada Jo dan adiknya nanti jika mengetahui. Terlebih media pasti cepat atau lambat akan memberitakan perjodohan mereka nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Queen Bee✨️🪐👑
dua duanya kak hehehehe
2023-02-18
2