Joana mendapat panggilan dari Sora. Sora mengatakan padanya jika Jo demam dan akan mengantarnya pagi ini. Joana yang sudah sampai di sekolah pun memutuskan untuk pulang. Dan benar saja tepat saat dirinya menginjakkan kakinya memasuki rumah, Sora sudah sampai dan duduk di ruang tamu.
"kak Jo ada dikamarnya, aku sudah membawakannya obat juga" kata Sora
"apa yang terjadi" Sora yang ditanya pun mengekori Joana masuk ke kamar Jo
"demam, dia terus memanggil nama Hazel" terang Sora
"Hazel"
"ya, saat aku menemukannya dia menggenggam ini" Sora menyodorkan jam tangan dengan ukiran nama Johan J
Joana menatap jam tangan yang dibuangnya beberapa tahun lalu sebelum kejadian malam itu sehari sebelum ulang tahun kakaknya. Ia membelinya dengan kerja paruh waktu di cafe dengan bermain piano. Namun saat ingin memberikannya pada kakaknya sesuatu terjadi hingga memutuskan untuk tidak jadi memberikannya. Joana sungguh tidak menyangka jika kakaknya akan memungut hadiah darinya yang sudah dirinya buang di tempat sampah malam itu.
"tolong temani kakakku, aku harus ke suatu tempat"
"kemana, bagaimana jika dia bangun lalu mencarimu?"
"pak Kim apa hari ini kakak ada jadwal penting?" tanyanya pada sekertaris kakaknya yang baru saja sampai dengan tergopoh gopoh saat diberitahu jika bosnya demam tinggi.
"tidak nona, saya sudah mengosongkan jadwal karna hari ini hari ulang tahun tuan Jo"
Joana yang mengetahui jika Jo tidak ada jadwal hari ini pun merasa lega lalu masuk ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.
"nona, ketua mengirim surel" pak Kim merasa jika nonanya juga harus mengetahui sesuatu mengenai surel itu
"kirimkan padaku, dan suruh Derek menyusulku ke kediaman White"
Pak Kim yang merasa sesuatu akan terjadi pun berusaha mencegah nonanya itu. "nona apa tidak sebaiknya kita menunggu tuan Jo dulu"
"terlambat, dia sudah disini, anak buahnya pasti sudah melaporkan sesuatu padanya" kata Joana ketika melihat kakek memasuki halaman rumah dengan sederet pengawalnya
"akan saya temani nona" tawar pak Kim
"tidak perlu"
Kakek memasuki rumah seiring Joana yang turun kebawah untuk menyambutnya. Joana bisa melihat wajah kakek dengan senyum angkuhnya itu duduk di kursi dan melipat tangannya. Pengawalnya bersiap maju saat Derek datang, padahal dirinya baru saja mengatakan pada pak Kim untuk memanggilnya. Joana mengangkat tangannya memberi kode pada Derek untuk tetap diposisinya dan tidak mendekat.
"selamat pagi kakek, ada urusan apa kemari" Joana bersikap tenang seolah tidak terjadi apa apa
"bukankah sudah kukatakan mengenai perempuan itu?"
"lalu"
"aku akan menyingkirkan semua yang menyangkut keluarga Bane termasuk kau"
Joana tersenyum, menyodorkan beberapa file "bukankah tujuan kita sama?".
********
Joana memotong daging di piringnya, tatapan Jo membuatnya sedikit gugup. Bahkan mencoba menelan daging di mulutnya saja terasa sulit karna Jo terus menatapnya tajam bahkan beberapa kali mengetukkan jarinya di meja membuat suara mengintimidasi.
"kenapa dia ada disini juga?"
Joana menoleh ke sampingnya dimana Sora duduk. "aku akan kerja kelompok dengannya setelah ini" Joana menjawabnya dengan gugup, Jo berusaha menahan emosinya karna kesal dengan perilaku adiknya beberapa hari ini. yang selalu mencoba mendekatkan dirinya dengan Sora.
"Nana saat ini bukan saat nya untuk melakukan ini"
Joana menghela nafasnya, kakaknya selalu saja mencurigainya. Mencurigainya melakukan sesuatu yang tidak dia ketahui secara diam diam. Mencurigai semua orang termasuk Sora. Meski sudah berbicara dengan Sora namun kakaknya tetap saja masih mencurigai, bukan mencurigai akan berbuat buruk padanya namun lebih mencurigai jika salah satu diantaranya akan meninggalkannya. Setiap kali Joana pergi ke suatu tempat pasti akan membuat kakaknya menggila dengan menyuruh beberapa orang suruhannya untuk membuntuti atau lebih parahnya lagi akan membuntuti sendiri. Bahkan melarangnya menemui Jean. Hubungan Joana dan Jean sungguh buruk saat ini. Apalagi setelah pesta kelulusan. Entah bagaimana baik Jean maupun Joana masing masing bersikap dingin kepada satu sama lain. Julukan Ice Prince dan Ice Princess pun semakin lekat dengan mereka. Joana sudah tidak menjadi objek bully di sekolah karna sosok yang mereka sebut "Hazel".
Karna sosok ini juga yang membuat Jean semakin dingin kepada semuanya hingga kelulusan tiba, bahkan pada Joana sekalipun. 2 hari menjelang kelulusan kelas 3, terjadi sesuatu pada loker milik Joana. Loker milik Joana penuh dengan sampah dan bahkan kunci lokernya rusak, seragam nya pun ditemukan dirobek dan di beri cat merah. Joana menemukannya di temkat sampah dekat ruang ganti laki laki. Saat Joana memungutnya, Jean yang tidak sengaja lewat pun berhenti mendekati Joana. Seorang murid yang juga melewatinga pun ikut mendekat dan mengatakan jika hal yang sama juga terjadu pada murid lain namun lebih parah.
Flasback on...
"Brad juga mengalami hal yang sama" kata murid bernama Kyle ketika melihat Joana memungut seragamnya di tempat sampah
"Brad?" tanya Jean lagi memastikan
"ya, dan mungkin pelakunya akan segera menerima balasan" kata Kyle
"dari Brad?"
Kyle menatap Jean serius "Hazel, dan itu pertanda buruk jika Hazel kembali muncul" Jean yang mendengar nama Hazel pun terkejut
"Hazel? bukankah dia sudah....." Kyle melirik Joana yang sejak tadi terdiam dengan tatapan kosong
"mati? dia masih hidup" jawab Kyle serius
"apa maksudmu?" Jean menarik kerah Kyle dan memojokkkan nya di tembok
Joana yang tersadar dari lamunannya pun mencoba melepaskan cengkeraman tangan Jean pada kerah Kyle karna melihat leher Kyle yang sudah memerah. "kak Je"
"apa maksudmu!" tanya Jean sekali lagi
"bukan pertanda baik jika Hazel sampai menampakkan dirinya lagi" ucap Kyle terbata karna merasa sesak.
"Jean White! cukup!" bentakan Joana berhasil menghentikan aksi Jean, membuat Jean diam mengatur emosinya. Selama ini yang dirinya tahu Hazel pergi meninggalkannya begitu saja karna ayahnya.
"Hazel"
"jika dia kembali menampakkan diri, kau akan benar benar kehilangannya, jadi bersiaplah" setelah mengatakan itu Kyle pergi begitu saja menyisakan Joana dan Jean,
Jean menoleh manatap Joana di sampingnya yang terlihat bingung dan sedikit aneh. Joana pergi meninggalkan Jean begitu saja.
Hari pesta kelulusan tiba, dan benar yang dikatakan Kyle jika pelaku perundung Brad dan lainnya sudah diketahui. Pelaku adalah seorang murid kelas 2 bernama Ron. Ron dan teman temannya ditemukan di gudang sekolah dengan kondisi terikat di kursi dan terlihat mengenaskan. Ron adalah pelaku perundung yang lebih parah dari Suji. Ron ditemukan dengan kondisi kaki dan tangan yang terluka. Luka yang sama dengan apa yang dia lakukan pada murid lain yang dirundungnya. Seragamnya juga robek dan kotor dengan sampah dan cat merah. Hal sama yang dilakukannya pada murid lain. Dan beberapa foto dirinya berada di club malam dan kamar hotel. Roy menyebarkan gosip di situs web dikalangan murid Griffin dengan menuduh beberapa murid perempuan melakukan transaksi ***, dimana pelaku sebenarnya adalah dirinya sendiri. Kasus yang sama dengan Suji, Suji juga ditemukan di gudang sekolah sehari setelah aksinya melakukan kekerasan pada murid lain dengan menuduhnya bekerja sebagai pemandu karaoke. Suji ditemukan terikat dikursi dengan semua bukti bahwa dirinyalah yang bekerja sebagai pemandu karaoke dan mencuri di beberapa toko kosmetik ternama. Semua murid percaya jika Hazel yang menghukumnya karna dibelakang masing masing foto ada inisial huruf yang jika digabungkan akan membentuk nama 'HAZEL'. Namun kasus kali ini berbeda, di masih masing barang bukti tidak tertulis inisial apapun. Murid bertanya tanya apakah pahlawan sekolah mereka bukanlah Hazel mantan murid Griffin 3 tahun lalu dan yang tertulis di barang bukti hanya kebetulan. Namun diluar teka teki itu, berkat aksi itu membuat sekolah sedikit lebih tenang dan normal tanpa adanya perundungan dan diskriminasi di sekolah. Murid lainnya juga saling bersaing dengan sehat dalam hal prestasi di sekolah maupu hal lainnya.
Polisi datang ke sekolah untuk investigasi, mereka juga menginterogasi semua murid dan semua yang ikut dalam pesta kelulusan tidak terkecuali kelas 3. Mereka menanyakan bagaimana keseharian pelaku perundungan dan korban. Namun ketika ditanya mengenai pelaku yang melakukan itu semua pada pelaku perundungan, tidak ada yang menjawab sepatah katapun. Beberapa mengatakan jika mereka berterima kasih karna sudah memberi pelajaran bagi mereka semua pelaku perundungan.
Dibalik semua itu, hanya Jean yang merasa tidak senang. Kesempatannya bertemu kembali dengan Hazel gagal. Kesempatan bagi dirinya untuk menanyakan apa yang terjadi selama ini juga gagal. Tujuannya kembali ke sekolah agar bisa menemukan secercah titik terang kejadian 3 tahun lalu juga gagal.
Jean kembali mendatangi gudang sekolah untuk mencari sesuatu yang mungkin saja bisa menjadi pentunjuk.
"kak"
Jean menoleh, mendapati Joana berdiri di ambang pintu gudang.
"apa yang kau lakukan disini?"
Jean menatap Joana penuh tanya, karna setiap Jean mencari tahu sesuatu tentang Hazel perempuan ini selalu saja muncul atau bahkan terkadang membuatnya gagal mendapatkan petunjuk.
"bukan urusanmu Joana Rain Lightwood"
Joana mendekat dimana Jean berdiri menatapa kursi di depannya.
"kenapa kau ingin sekali bertemu dengan Hazel yang sudah meninggalkanmu dan memanfaatkamu?" tanya Joana
"jangan berkata sembarangan jika tidak mengenalnya" jawab Jean yang menahan emosi ketika mendengar kalimat Joana
"dia bukanlah orang yang baik kak Je, dia yang menyebabkanmu kecelakaan" kata Joana
"dia bahkan membunuh ibu tirinya" kata Joana lagi
Jean semakin naik darah dengan segala tuduhan yang keluar dari mulut Joana.
"kenapa kau tidak melupakannya saja?"
Jean menarik lengan Joana kasar dan mencengkeramnya.
"dengar Lightwood, sampai kapanpun aku tidak akan melihat bahkan menyukaimu ingat itu" Jean melepasnya dengan kasar hingga Joana terjatuh
Flashback off...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments