Bab. 18. Persiapan Kerja.

Stefy yang turun dari ranjang dan berniat untuk mendekati Abra, terpaksa mengurungkan niatnya itu, karna Abra mengangkat tangan dengan memalingkan wajah.

"Sayang, aku-"

"keluar dari kamarku, Stefy!" ucap Abra dengan penuh penekanan, dia sudah tidak punya waktu lagi untuk meladeni kegilaan wanita itu.

Namun, Stefy tetaplah Stefy. Bukannya keluar, wanita itu malah bergelayut manja dilengan Abra membuat lelaki itu menggeram marah.

"Keluar sekarang juga dari kamarku!"

Stefy terlonjak kaget mendengar bentakan Abra, air mata langsung meluncur bebas dari kedua matanya dengan tubuh bergetar.

Abra mengusap wajahnya dengan kasar, entah dengan cara seperti apa lagi mengusir wanita itu dari hadapannya.

"Abra!"

Abra mengalihkan pandangannya ke arah belakang, terlihat sang Ibu sedang berjalan ke arahnya.

"Tante!"

Stefy langsung berlari ke arah Mama Sintya dan memeluk tubuh wanita paruh baya itu, tentu saja sambil menangis dengan tersedu-sedu.

"Mama yang menyuruh Stefy untuk mandi di kamarmu, Abra! Tadi Mama enggak sengaja numpahin minuman ke pakaiannya."

Abra menghela napas kasar, dia lalu menganggukkan kapalanya dan segera berlalu ke kamar mandi.

"Maafkan Abra ya, kau tau sendiri bagaimana dia, Stefy!"

Stefy menganggukkan kepalanya, dengan cepat dia mengusap air mata diwajahnya dengan mulut yang sudah melengkung membentuk sebuah senyuman.

"Tapi, kenapa kau belum memakai pakaian? Bukannya tadi Tante udah kasi?"

Stefy terkesiap, dia harus segera memutar otak untuk menemukan alasan yang pas.

"Ta-tadi perutku mules Tan, jadi aku lama di kamar mandi. Pas aku mau pakai baju, tiba-tiba Abra datang!"

Tentu saja yang Stefy katakan itu adalah kebohongan, dia sengaja tidak memakai pakaian karna ingin menggoda Abra.

"Baiklah, cepat kau pakai pakaian itu sebelum Abra keluar dari kamar mandi!"

Stefy menganggukkan kepalanya, dia lalu mengambil pakaian itu dan langsung memakainya di hadapan Mama Sintya.

"Sekarang ikut Tante ke dapur, Tante yakin kalau Abra pasti belum sarapan!"

Stefy menganggukkan kepalanya dengan semangat 45, dia segera keluar dari kamar itu dan mendahului Mama Sintya ke dapur.

Mama Sintya melihat punggung Stefy dengan sedih, jujur saja sebenarnya dia sudah tidak setuju kalau putranya menikah dengan wanita itu akibat perselingkuhan yang dia lakukan.

"Andai suamiku tidak memaksa Abra seperti ini, sudah pasti aku duluan yang akan menolakmu, Stefy!"

Tapi apalah daya, suaminya sangat keras kepala dan tidak mau mendengarkan ucapan siapapun. Bahkan dia sekalipun, suaminya tidak peduli dan tetap pada keputusannya.

Tidak berselang lama, Abra turun kelantai 1 dan berniat untuk langsung berangkat ke perusahaan. Namun, lagi-lagi terdengar suara Mama Sintya yang memanggilnya.

"Abra, kau tidak sarapan dulu?"

Abra menggelengkan kepalanya. "Maaf Ma, aku sedang terburu-buru!"

"Tunggu, Sayang!'

Abra tidak memperdulikan teriakan Stefy dan terus berjalan ke luar rumah, setelahnya dia langsung masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah itu.

"si*alan laki-laki itu, sudah susah payah aku menyiapkan sarapan. Tapi dia malah langsung pergi!"

"Kau mengatakan apa, Stefy?"

Tubuh Stefy terjingkat kaget saat mendengar suara seseorang, terlihat Mama Sintya sudah ada di samping wanita itu dengan bersedekap dada.

"Ti-tidak kok, Tante! Aku hanya khawatir saja karna Abra belum sarapan!"

Stefy berdalih, dia lalu segera pamit dari tempat itu karna tidak ada lagi yang harus di lakukan.

****

Beberapa hari kemudian, terlihat Bella sudah sehat dan bisa berkativitas seperti biasanya. Selama dia istirahat, dia terpaksa melihat adiknya menggunakan video call. Dia juga terpaksa berbohong dan mengatakan pada adiknya itu kalau sedang flu.

Tok, tok, tok! "Bella!"

Rafi mengetuk pintu rumah Bella sembari memanggil nama wanita itu, dia ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"Sebentar!"

Bella yang saat itu sedang menyiapkan malam malam bergegas keluar, dia langsung membuka pintu untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.

"Anda? Si-silahkan masuk!"

Bella segera mempersilahkan Rafi untuk masuk dan duduk dikursi, dia lalu celingukan ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu.

"Tuan Abra tidak ikut!"

"H-hah? Ke-kenapa anda mengatakan itu?"

Rafi tersenyum simpul dengan alis naik turun. "Kau sedang mencari Tuan Abra kan?"

"Apa? Ti-tidak, untuk apa aku mencarinya?"

Bella memalingkan wajahnya, dia kemudian beranjak ke arah dapur untuk mengambil makanan dan minuman, sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan laki-laki itu.

"Maaf karna cuma ini yang ada di sini, silahkan diminum!"

Rafi menganggukkan kepalanya dan mengucap terima kasih, dia lalu mengambil airyang ada di atas meja dan meminumnya.

"jadi, ada gerangan apa anda datang ke sini, Tuan?" tanya Bella sembari duduk di depan laki-laki itu.

"Aku ingin memberikan ini!"

Rafi segera memberi amplop berwarna coklat dan langsung dibuka oleh Bella, mata wanita itu membulat sempurna saat melihat isi dari amplop itu.

"Aku, aku benar-benar akan kerja di perusahaan Tuan Abra?"

Rafi menganggukkan kepalany. "Benar, dan itu adalah tugas-tugas yang harus kau kerjakan. Lebih baik kau baca dulu supaya tidak membuat kesalahan!"

Bella mengangguk dengan semangat, dia lalu segera membaca semua dokumen yang Rafi beri. Dia harus bekerja keras karna memang belum pernah bekerja di perusahaan.

"Dan ini!"

Rafi kembali memberikan sesuatu pada Bella membuat wanita itu mengernyitkan keningnya dengan tidak mengerti.

"Bukannya ini kartu kredit?" tanyanya dan langsung dijawab dengan anggukan kepala Rafi.

"lalu, kenapa anda memberinya padaku?"

"Gunakan kartu itu untuk membeli pakaian, sepatu, tas dan apapun yang kau inginkan!"

Bella tercengang, sesaat kemudian dia kembali meletakkan kartu kredit itu ke atas meja.

"maaf, tapi aku tidak bisa menerimanya! Aku masih bisa membeli pakaianku sendiri!" tolaknya.

"Di perusahaan ada aturan tidak tertulis kalau semua karyawan harus berpakaian rapi dan sesuai, supaya citra perusahaan akan sangat bagus di mata semua orang. Jadi anggap saja saat ini kau sedang berhutang!"

Bella terdiam, dia mencoba untuk memikirkan apa yang laki-laki itu katakan.

"Baiklah, tapi suatu saat nanti akan ku kembalikan!"

Rafi menganggukkan kepalanya dengan senyum lebar. "Untung saja dia menerima kartu itu, kalau tidak pasti aku diamuk oleh Tuan!"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Ucio

Ucio

semangat bella

2023-01-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1. Pengkhianatan Yang Sempurna.
2 Bab. 2. Obat Terlarang.
3 Bab. 3. Menyerahkan Seluruhnya.
4 Bab. 4. Apa yang Terjadi?
5 Bab. 5. Menuntut Kesempurnaan.
6 Bab. 6. Permohonan Maaf.
7 Bab. 7. Beritahu Saja Pada Keluargamu.
8 Bab. 8. Kedatangan Tamu Kehormatan.
9 Bab. 9 Kemarahan Papa Adnan.
10 Bab. 10. Pelayanan Yang Sangat Memuaskan.
11 Bab. 11. Ini Yang Terbaik.
12 Bab. 12. Menenangkan Diri Sejenak.
13 Bab. 13. Malam Panjang.
14 Bab. 14. Berita Mengejutkan.
15 Bab. 15. Menolak Bantuan.
16 Bab. 16. Sosok Bella.
17 Bab. 17. Tawaran Kerja.
18 Bab. 18. Persiapan Kerja.
19 Bab. 19. Terpesona.
20 Bab. 20. Penyambutan Karyawan Baru.
21 Bab. 21. Ronde Kedua.
22 Bab. 22. Api Asmara.
23 Bab. 23. Terbakar Kenikmatan.
24 Bab. 24. Kepanikan Di Pagi Hari.
25 Bab. 25. Mengetahui Kondisi Bobi.
26 Bab. 26. Rencana Pernikahan.
27 Bab. 27. Kabar Yang Sangat Mengejutkan.
28 Bab. 28. Perdebatan Membawa Luka.
29 Bab. 29. Anak Itu Darah Dagingku.
30 Bab. 30. Apa Yang Harus Dilakukan?
31 Bab. 31. Tawaran Rudi.
32 Bab. 32. Ayo, Kita Bicara!
33 Bab. 33. Kejujuran Abra.
34 Bab. 34. Pilihan Yang Sangat Sulit.
35 Bab. 35. Uangkapan Cinta Yang Sangat Manis.
36 Bab. 36. Keributan Dikeluarga Abra.
37 Bab. 37. Pertengkaran Hebat.
38 Bab. 38. Masih Selamat.
39 Bab. 39. Masih Pantaskah Disebut Ayah?
40 Bab. 40. Hasil Akhir (lembaran baru).
41 Bab. 41. Pertemuan yang Tidak Terduga.
42 Bab. 42. Semoga Kalian Berjodoh.
43 Bab. 43. Sederhana Asal Bahagia.
44 Bab. 44. Niat Terselubung.
45 Bab. 45. Sedikit Demi Sedikit.
46 Bab. 46. Permainan Di Belakang.
47 Bab. 47. Jadwal Operasi.
48 Bab. 48. Bantuan Dari Tuhan.
49 Bab. 49. Kehampaan yang di Rasakan.
50 Bab. 50. Sampah Perusahaan.
51 Bab. 51. Kepulangan Bobi.
52 Bab. 52. Ungkapan Cinta yang Terpendam Lama.
53 Bab. 53. Kekuatan Jodoh.
54 Bab. 54. Di Ambang ke Bangkrutan.
55 Bab. 55. Menyelesaikan Masalah.
56 Bab. 56. Berkumpul di Rumah Sakit.
57 Bab. 57. Datangnya Kebahagiaan.
58 Bab. 58. Lamaran.
59 Bab. 59. Kembali Pulang Ke Rumah.
60 Promosi Novel Simbiosis Mutualisme (tameng cinta)
61 Bab. 60. Kebahagiaan Semua Orang (Tamat).
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab. 1. Pengkhianatan Yang Sempurna.
2
Bab. 2. Obat Terlarang.
3
Bab. 3. Menyerahkan Seluruhnya.
4
Bab. 4. Apa yang Terjadi?
5
Bab. 5. Menuntut Kesempurnaan.
6
Bab. 6. Permohonan Maaf.
7
Bab. 7. Beritahu Saja Pada Keluargamu.
8
Bab. 8. Kedatangan Tamu Kehormatan.
9
Bab. 9 Kemarahan Papa Adnan.
10
Bab. 10. Pelayanan Yang Sangat Memuaskan.
11
Bab. 11. Ini Yang Terbaik.
12
Bab. 12. Menenangkan Diri Sejenak.
13
Bab. 13. Malam Panjang.
14
Bab. 14. Berita Mengejutkan.
15
Bab. 15. Menolak Bantuan.
16
Bab. 16. Sosok Bella.
17
Bab. 17. Tawaran Kerja.
18
Bab. 18. Persiapan Kerja.
19
Bab. 19. Terpesona.
20
Bab. 20. Penyambutan Karyawan Baru.
21
Bab. 21. Ronde Kedua.
22
Bab. 22. Api Asmara.
23
Bab. 23. Terbakar Kenikmatan.
24
Bab. 24. Kepanikan Di Pagi Hari.
25
Bab. 25. Mengetahui Kondisi Bobi.
26
Bab. 26. Rencana Pernikahan.
27
Bab. 27. Kabar Yang Sangat Mengejutkan.
28
Bab. 28. Perdebatan Membawa Luka.
29
Bab. 29. Anak Itu Darah Dagingku.
30
Bab. 30. Apa Yang Harus Dilakukan?
31
Bab. 31. Tawaran Rudi.
32
Bab. 32. Ayo, Kita Bicara!
33
Bab. 33. Kejujuran Abra.
34
Bab. 34. Pilihan Yang Sangat Sulit.
35
Bab. 35. Uangkapan Cinta Yang Sangat Manis.
36
Bab. 36. Keributan Dikeluarga Abra.
37
Bab. 37. Pertengkaran Hebat.
38
Bab. 38. Masih Selamat.
39
Bab. 39. Masih Pantaskah Disebut Ayah?
40
Bab. 40. Hasil Akhir (lembaran baru).
41
Bab. 41. Pertemuan yang Tidak Terduga.
42
Bab. 42. Semoga Kalian Berjodoh.
43
Bab. 43. Sederhana Asal Bahagia.
44
Bab. 44. Niat Terselubung.
45
Bab. 45. Sedikit Demi Sedikit.
46
Bab. 46. Permainan Di Belakang.
47
Bab. 47. Jadwal Operasi.
48
Bab. 48. Bantuan Dari Tuhan.
49
Bab. 49. Kehampaan yang di Rasakan.
50
Bab. 50. Sampah Perusahaan.
51
Bab. 51. Kepulangan Bobi.
52
Bab. 52. Ungkapan Cinta yang Terpendam Lama.
53
Bab. 53. Kekuatan Jodoh.
54
Bab. 54. Di Ambang ke Bangkrutan.
55
Bab. 55. Menyelesaikan Masalah.
56
Bab. 56. Berkumpul di Rumah Sakit.
57
Bab. 57. Datangnya Kebahagiaan.
58
Bab. 58. Lamaran.
59
Bab. 59. Kembali Pulang Ke Rumah.
60
Promosi Novel Simbiosis Mutualisme (tameng cinta)
61
Bab. 60. Kebahagiaan Semua Orang (Tamat).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!