Abra segera mengangkat kepala bella dan meletakkan ke atas pangkuannya, dia lalu menepuk-nepuk pipi wanita itu sembari berusaha untuk menyadarkannya.
"Bella, bangun! Apa yang terjadi padamu?"
Abra terus membangunkan Bella tetapi tidak ada reaksi apapun dari wanita itu membuatnya sangat gelisah, dengan cepat dia mengangkat tubuh Bella dan membawanya ke dalam mobil.
"Astaga!"
Abra terjingkat kaget saat mendengar teriakan Rafi, dia lalu melotot ke arah lelaki itu karna sudah membuatnya terkejut.
"Tuan, wanita itu tidak memakai celana da*la*m!"
Rafi tidak sengaja melihat aset Bella karna baju yang wanita itu gunakan tersingkap ke atas pada saat Abra mengangkat tubuhnya.
Abra lalu melepas kemeja yang dia pakai dan menutupkannya ke tubuh Bella, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada wanita itu.
"Kita ke rumah sakit sekarang!"
Rafi menganggukkan kepalanya dan segera melajukan mobil itu, jalanan yang sunyi membuatnya bebas melaju kencang karna memang saat ini sudah jam 3 malam.
Abra terus memeluk tubuh Bella sembari memperhatikan wajah pucat wanita itu. Entah kenapa dadanya terasa sesak, dan dia diselimuti oleh rasa khawatir terhadap Bella.
Tidak berselang lama, mobil mereka sampai juga di pekarangan rumah sakit. Rafi langsung saja menghentikan mobilnya tepat di depan pintu rumah sakit itu, agar lebih gampang membawa Bella.
"Dokter!"
Suara Abra dan Rafi menggema di lobi rumah sakit membuat seorang Dokter dan beberapa perawat langsung menghampiri mereka dengen mendorong banker.
"Apa yang terjadi, Tuan?"
Abra langsung membaringkan tubuh Bella di atas banker, dia membenahi kemejanya agar tubuh bagian bawah wanita itu tidak terlihat.
"Tolong periksa dia, Dokter! Dia tidak sadarkan diri!"
Dokter dan perawat itu segera membawa Bella ke ruang UGD untuk melakukan pemeriksaan, sementara Abra dan Rafi menunggu di depan ruangan itu.
"Lebih baik Tuan pulang duluan, biar saya yang menunggu Bella di sini!"
Abra langsung mengalihkan pandangannya ke arah sang sekretaris. "Kenapa? Aku tetap mau di sini!"
Rafi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia hanya khawatir kalau Tuan besar akan kembali marah saat mengetahui kalau Abra tidak pulang malam ini.
"Aku mengerti apa yang kau pikirkan, Rafi! Tapi kau tidak perlu khawatir!"
Abra menepuk bahu Rafi membuat lelaki itu tersenyum, dia tau kalau sektetarisnya itu khawatir terjadi perang lagi antara dia dan sang Papa.
"Tapi Tuan, kira-kira apa yang terjadi pada Bella? Kenapa dia sampai pingsan dalam keadaan berantakan seperti itu? Enggak pakai celana da*lam lagi!"
Rafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin Bella bisa sampai seperti itu. Dia juga tadi tidak sengaja melihat ada banyak bekas merah keungunan yang bertebaran dikaki Bella, dia yakin kalau itu bekas percintaan wanita itu.
Abra menggelengkan kepalanya, saat ini dia tidak bisa memikirkan apa-apa dan hanya fokus pada keadaan wanita itu saja.
"Apa mungkin Bella diperkosa?"
Ucapannya itu berhasil membuat Abra tersentak. "Tapi, dia kan wanita malam! Tidak mungkin diperkosa!"
Abra menghela napas kasar, dia kemudian menyuruh Rafi untuk duduk diam dan menunggu Dokter selesai melakukan pemeriksaan.
Satu jam telah berlalu, dan Dokter yang memeriksa Bella baru keluar dari ruang UGD membuat Abra dan Rafi langsung mendekatinya.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?"
Dokter itu menghela napas. "Apa anda berdua keluarga pasien?"
Abra terdiam, jangankan keluarga, dia bahkan tidak berteman dengan wanita itu. "Kami temannya, Dokter!"
Dokter itu menganggukkan kepalanya. "Apa Tuan bisa menghubungi keluarganya? Saya harus mengatakan sesuatu yang sangat sensitif tentang keadaan pasien!"
Abra dan Rafi saling pandang, bagaimana mungkin mereka menghubungi keluarga Bella sementara mereka tidak tau apapun tentang wanita itu selain pekerjaannya.
"Dokter bisa mengatakannya pada kami, karna kami sendiri juga tidak tau di mana keluarganya!"
Dokter itu terdiam, sepertinya dia memang harus mengatakan kondisi pasiennya pada kedua lelaki itu.
"Begini, Tuan! Kami sudah melakukan seluruh pemeriksaan pada pasien, dan hasilnya ...," Dokter itu menjeda ucapannya membuat Abra dan Rafi semakin penasaran.
"sepertinya pasien mengalami pemerkosaan, Tuan!"
"Apa?"
Abra dan Rafi sangat terkejut saat mendengarnya. "Bagai-bagaimana bisa, Dokter? Dia, dia itu-" Abra tidak bisa melanjutkan ucapannya karna tidak sanggup menyebutkan pekerjaan wanita itu.
"Ada banyak bekas merah keunguan yang bertebaran diseluruh tubuh pasien, juga terjadi robekan di organ ke*wa*ni*ta*annya. Bukan itu saja, bahkan bagian a*n*u*s pasien juga mengalami sobekan sampai mengeluarkan darah. Sekitaran tangan dan dada pasien juga memar, akibat cengkraman yang sangat kuat. Saya sangat yakin, kalau yang melakukan semua itu bukan hanya 1 pria saja!"
Abra dan Rafi tercengang saat mendengar semua penjelasan Dokter, mereka sangat syok dengan apa yang Dokter itu katakan.
"Kita akan melakukan visum, dan membuat laporannya, Tuan! Supaya pasien bisa melaporkannya pada pihak berwajib!"
Bruk!
"Tuan! Anda, anda tidak apa-apa kan?"
Tubuh Abra terjatuh ke kursi begitu saja, jiwanya sangat terguncang dengan apa yang terjadi pada Bella.
"Diperkosa lebih dari satu lelaki?"
Dada Abra terasa panas, darahnya seperti mendidih saat mendengar hal tidak bermoral yang telah Bella alami.
"Apa anda baik-baik saja, Tuan?"
Abra menganggukkan kepalanya. "Tolong rawat Bella!"
Dokter itu mengangguk. "Tentu saja, Tuan! Tapi bukan hanya luka fisik saja yang harus disembuhkan, luka dihatinya pasti jauh lebih sakit akibat kejadian ini!"
Abra dan Rafi terdiam, mereka tidak bisa mengucapkan apapun saat ini. Mereka bahkan tidak tau harus melakukan apa, atas kejadian yang menimpa wanita itu.
Kemudian Dokter itu pamit untuk memindahkan Bella ke ruang perawatan, sementara dia meminta salah satu dari mereka untuk mengurus administrasi.
Setelah administrasi selesai, Abra dan Rafi segera masuk ke dalam ruang perawatan Bella. Terlihat wanita itu sedang berbaring di atas ranjang, dengan tangan terpasang jarum infus.
Abra mendekati ranjang Bella dan terus melihat wajah wanita itu, dia menghela napas kasar dengan apa yang terjadi saat ini.
"Apa yang harus aku katakan saat kau membuka mata, Bella?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
N Wage
banker=brankar?
2025-01-28
0
Yunerty Blessa
sungguh menyedihkan
2024-07-12
0
Retno Dwi
kasihan kalau jadi sama Bela 😀😀😀
2024-05-16
1