Mengejar Cinta Kupu-Kupu Malam
Brak!
Suara benturan keras menggema di dalam salah satu ruangan yang ada di Perusahaan El Group, terlihat ada dua orang lelaki yang saat ini sedang berada di dalam ruangan tersebut.
"Apa, apa Tuan baik-baik saja?"
Seorang lelaki yang berdiri diambang pintu tidak berani mendekat saat melihat kondisi Tuannya, dia hanya bisa bertanya dari jarak yang agak jauh dari sang Tuan.
"Aku baik-baik saja, Rafi!"
Rafi bernapas lega saat Tuannya menjawab apa yang dia tanyakan, dengan perlahan dia mendekati lelaki itu yang saat ini sedang duduk di atas sofa.
Lelaki yang dipanggil Tuan oleh Rafi terlihat sangat berantakan, di mana dasinya sudah tergeletak di atas lantai dengan pakaian yang tidak lagi rapi ditubuhnya.
"Apa malam ini kau bisa menemaniku, Rafi?"
Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah Rafi, tampak jelas kesedihan dimatanya saat ini.
"Tentu saja, Tuan! Saya akan selalu menemani anda!"
Lelaki itu tersenyum, dia lalu bangkit sembari menyambar kunci mobilnya dan berlalu keluar dari ruangan itu.
"Abra! Kau mau ke mana?"
Tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar suara panggilan seseorang, dia berbalik dan melihat ke arah orang tersebut.
"aku ingin pergi ke suatu tempat!" jawab lelaki bernama Abra.
Lelaki yang tidak lain dan tidak bukan merupakan Kakaknya sendiri mendekat. "Kau baik-baik sajakan?" Terlihat jelas gurat khawatir diwajahnya.
Abra menganggukkan kepalanya, dia kemudian berbalik dan berlalu dari sana dengan diikuti oleh Rafi.
Beberapa hari ini terasa sangat berat bagi seorang lelaki bernama Abraham Elvano, rasa sakit akibat pengkhianatan dari orang yang dia cintai terus menari-nari dalam hatinya.
Rasa cinta yang sejak dulu selalu dia persembahkan hanya untuk sang kekasih, kini hancur berkeping-keping tak tersisa. Dia benar-benar berada dalam fase terburuk, di mana wanita yang sangat dia cintai dengan teganya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
"kita mau ke mana, Tuan?" tanya Rafi saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Abra terdiam, dia juga tidak tau harus ke mana saat ini. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering dan menunjukkan pesan dari seseorang.
"kita ke night sky!" ucap Abra tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Rafi menganggukkan kepalanya dan mulai melajukan mobil yang dia kendarai, mobil itu lalu melaju kencang membelah keramaian jalanan malam ini.
Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka kendarai sudah sampai diparkiran night sky yang merupakan klub malam terbesar di kota itu.
Abra dan Rafi segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam tempat itu, terlihat lautan manusia sedang asik menari dan menikmati minuman yang ada di sana.
Abra berjalan terus menuju ruangan yang ada dilantai dua dengan diikuti oleh Rafi, sesekali lelaki itu melihat ke kanan dan ke kiri untuk menyapa orang-orang yang dia kenal.
"Tunggulah di sini, aku akan masuk sebentar!"
Abra yang sudah bersiap masuk tidak jadi melangkahkan kakinya karna tangannya sedang ditahan oleh Rafi, dia lalu beralih melihat sekretarisnya itu dengan penuh tanda tanya.
"apa Tuan sedang janjian dengan seseorang?" tanya Rafi dan dibalas dengan anggukan kepala Abra.
"Apa Tuan janjian dengan Tuan Romi?"
Abra terdiam, dan itu sudah memberi jawaban pada Rafi membuatnya langsung berjalan melewati Abra dan masuk ke dalam ruangan itu.
Abra menghela napas berat dan berlalu menyusul langkah Rafi, dia mencoba untuk menenangkan hatinya yang sudah mulai membara.
"Waah, Abra! Aku kira kau tidak akan datang ke sini!"
Seorang lelaki bernama Romi tampak tersenyum cerah menyambut kedatangan Abra, tanpa sedikitpun merasa menyesal atas apa yang telah dia lakukan.
"Anda masih saja tidak tau malu ya, Tuan!"
Senyum Romi hilang seketika saat mendengar ucapan Rafi, sementara Rafi sendiri merasa tidak peduli dan duduk di samping Abra.
"apa yang kau inginkan?" tanya Abra dengan tajam, terlihat jelas kebencian dari sorot matanya saat ini.
"Ayolah, Abra! Aku tidak sengaja melakukan semua itu, lagipula cuma sekali aku melakukannya dengan Stefy!"
Abra tersenyum sinis, mudah sekali lelaki di hadapannya itu mengatakannya. Dia tidak tau bahwa selama ini dia belum pernah sekalipun tidur dengan kekasihnya.
"cih, tidak sengaja? Bagian mana yang menyatakan kalau tidur dengan kekasih orang lain disebut tidak sengaja?" cibir Rafi, dibandingkan dengan Abra, sepertinya dia jauh lebih sakit hati dengan apa yang Romi lakukan.
Wajah Romi merah padam mendengar ucapan Rafi, sementara Abra sendiri hanya tersenyum tipis melihat apa yang sekretarisnya lakukan.
"tidak bisakah kau meninggalkan kami berdua? Aku ingin berbicara dengan sahabatku!" usir Romi, dari dulu dia memang tidak pernah suka dengan sekretaris sahabatnya itu.
"tentu tidak bisa, Tuan! Karna anda bukan sahabat Tuan saya, karna kalau anda memang sahabatnya, tidak mungkin anda tega menusuknya dari belakang!"
"Kau!"
Romi mencengkram kuat kerah kemeja Rafi sampai lelaki itu terangkat dari duduknya. Melihat itu, tentu Abra tidak tinggal diam dan langsung melepaskan cengkraman tangan Romi dari baju sekretarisnya.
"Jangan menyakitinya, atau kau akan berhadapan denganku!"
Romi menghempaskan tubuh Rafi dengan kasar, dia sudah merasa sangat geram dengan lelaki itu.
"Aku menemuimu di sini bukan karna masih mengangggapmu sahabat, tapi karna ada sesuatu yang ingin aku katakan!"
Romi terdiam, dia melihat ke arah Abra yang saat ini sedang menatapnya dengan tajam.
"Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, Romi! Bahkan lebih dari itu, tapi aku tidak menyangka kalau kau malah bermain api dengan Stefy!"
Yah, saat Abra memergoki lelaki itu dan kekasihnya sedang memadu kasih. Dia tidak sempat untuk mengucapkan apapun pada mereka, rasa kecewa dan amarah yang menguasai hatinya langsung membuatnya diam membeku dan tidak sanggup untuk melakukan apa-apa.
"ayolah, Abra! Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya, lagipula saat itu kami sedang mabuk. Jadi-"
"Jadi, untuk ke depannya jangan lagi menggangguku. Baik kau, ataupun wanita itu. Aku tidak ada hubungan apapun lagi dengan kalian!"
Romi terdiam dan menatap Abra dengan nanar, sementara Rafi tersenyum senang dengan apa yang Tuannya katakan.
Abra lalu mengambil minuman yang ada di atas meja dan meminumnya dengan sekali teguk. "Ini sebagai tanda kalau kita tidak saling mengenal!" Abra mengangkat gelas kosong itu dan menunjukkannya pada Romi.
Setelahnya dia bangkit dan berlalu keluar dari ruangan itu, sementara Romi hanya terdiam melihat kepergian mereka.
Abra terus melangkahkan kakinya untuk keluar dari klub itu dengan tetap diikuti oleh Rafi. Namun, belum sempat kakinya mencapai pintu keluar. Tiba-tiba dia merasa sangat pusing sampai tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Tuan!"
Rafi dengan cepat menyanggah tubuh Abra sebelum mencium lantai, dia lalu berusaha membawa Abra untuk duduk dikursi yang ada di tempat itu.
Bruk!
"Aw! Hati-hati dong, Sayang!"
Seorang wanita yang sedang berjalan ke arah luar tidak sengaja tertubruk oleh tubuh Abra menyebabkan mereka berdua terjatuh di atas sofa.
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
Selamat membaca karya baru aku 😍 semoga kalian semua menyukainya 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
dikhianati oleh sahabat sendiri sungguh miris sekali....
2024-07-11
0
Ucio
lanjut
2023-01-03
1