Setelah kepergian Bella, datanglah Rafi ke dalam kamar itu membuat Abra menatapnya dengan tajam.
Kepala Rafi tertunduk dan tidak berani melihat ke arah Tuannya, dia tau kalau Abra pasti sangat marah dengan apa yang telah terjadi.
"Apa kau sudah memeriksa laporan keuangan?"
Rafi mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Abra. "Su-sudah, Tuan!" Terlihat jelas raut khawatir diwajahnya saat ini.
Abra lalu menghembuskan napas kasar, tangannya terulur menepuk bahu Rafi membuat lelaki itu tersentak.
"Aku tau apa yang kau pikirkan! Aku tidak marah, aku malah berterima kasih karna kau telah menyelamatkanku, Rafi!"
Mata Rafi memanas, air mata ingin sekali keluar dari kedua matanya tetapi sekuat tenaga dia mencoba untuk menahannya.
"Maafkan saya, Tuan! Seharusnya saya bisa lebih berhati-hati lagi!"
Abra tersenyum simpul, seharusnya dialah yang berhati-hati, dan bukan Rafi yang memang tidak salah apa-apa.
Setelahnya mereka berdua keluar dari hotel itu dan berlalu pulang ke rumah, mereka harus mengganti pakaian dulu sebelum ke perusahaan.
"Kau sudah membayar wanita itu?"
Tiba-tiba Abra buka suara dan langsung diangguki oleh Rafi. "Saya sudah membayarnya, Tuan! Dan Tuan tidak perlu khawatir, saya sudah membuat perjanjian dengannya!"
Yah, Abra tau semua itu. Wanita yang telah menghabiskan malam dengannya juga mengatakan kalau tidak akan membuka mulut pada siapapun.
"Jadi, berapa nominal yang kau kasi padanya?"
Abra merasa penasaran, mungkin saja bayaran Rafi lebih besar darinya sampai wanita itu tidak mau menerima uangnya.
"saya membayarnya 8 juta, Tuan!"
"Apa?"
Abra terlonjak kaget mendengar jawaban Rafi, ternyata uang yang lelaki itu berikan jauh di bawah uang yang sudah dia tulis di cek.
"Jadi, kenapa dia tidak mau menerimanya?
Abra merasa bingung, begitu juga dengan Rafi yang heran melihat reaksi Abra saat dia menjawab nominal uang yang dia berikan.
"Apa uang itu terlalu banyak, Tuan? Saya tidak tau bayaran dalam sekali menyewa wanita malam!"
Abra mendessah frustasi. "Bukan seperti itu!" Dia lalu menceritakan semua yang telah terjadi tadi pagi.
Rafi ikut terkejut saat mendengarnya, padahal waktu dia memberi uang pada Bella, wanita itu terlihat sangat bahagia sampai bersorak senang karna sudah mendapat uang.
Tidak berselang lama, sampailah mereka di rumah mewah keluarga Abra. Dia berlalu turun dan masuk ke dalam rumah dengan diikuti oleh Rafi.
"Dari mana saja kau, Abra?"
Seorang lelaki paruh baya terlihat sedang menuruni anak tangga membuat Rafi menundukkan kepalanya, sementara Abra hanya diam sembari menunggu Ayahnya mendekat.
"kenapa tadi malam kau tidak pulang?" tanya lelaki paruh baya itu kembali.
"Pa, Abra baru saja pulang! Biarkan istirahat dulu!"
Abra yang sudah akan menjawab pertanyaan sang Ayah kalah cepat dengan kedatangan Ibunya, dia tersenyum ke arah sang Ibu sembari mengecup pipinya.
Lelaki paruh baya itu berdecak kesal dan berlalu pergi ke dapur, meninggalkan anak serta istrinya yang masih melihat kepergiaannya.
"Hah!"
Abra menarik napas panjang dan itu berhasil membuat sang Ibu melihat ke arahnya, wanita paruh baya itu kemudian menyuruh Abra dan Rafi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum sarapan bersama.
Beberapa saat kemudian, semua penghuni rumah mewah itu sudah berkumpul dimeja makan. Terlihat kedua orangtua Abra beserta Kakak dan sepupunya sudah duduk tenang dikursi masing-masing.
"Sekarang katakan! Ke mana kau tadi malam, Abra?"
Abra yang sudah akan mengambil makanan terpaksa mengurungkan niatnya saat mendengar ucapan sang Papa, begitu juga dengan yang lainnya.
"tadi malam aku ada urusan, Pa! Itu sebabnya aku tidur di hotel!"
Semua orang melirik ke arah lelaki paruh baya itu, mereka berharap pagi ini tidak ada drama apapun yang terjadi.
"Lain kali, kabari Ibumu saat kau tidak pulang! Jangan menjadi anak yang tidak punya aturan!"
Lelaki itu bangun dan meninggalkan meja makan membuat semua orang bernapas lega, sungguh mereka sudah seperti hidup dalam penjara.
"ada apa dengan Papa sih, selalu saja seperti itu!" ucap Seno dengan kesal, dia adalah kakak dari Abra.
"sudahlah, lanjutkan makan kalian! Mama akan melihat-"
"Tidak perlu, Ma! Mama lanjutkan saja makan Mama, biar aku yang melihat Papa!"
Abra bangkit dan berjalan ke ruang kerja sang Papa, dia tau kalau saat ini Papanya pasti ada di ruangan itu.
Begitulah kehidupan yang sejak dulu lelaki itu rasakan, bukan hanya dia saja, bahkan Kakaknya jauh lebih menderita darinya.
Papa mereka selalu menuntut sesuatu yang sempurna, baik di luar rumah, maupun saat berada di dalam rumah. Semua harus selalu sempurna, dan jangan sampai ada celah sedikitpun dalam kehidupan mereka.
"Pa, ini aku! Apa aku boleh masuk?"
Abra menunggu beberapa saat, lalu terdengar suara sahutan dari dalam membuatnya langsung membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu.
"aku minta maaf, Pa! Lain kali aku tidak akan-"
"Kau tau kalau kita ini adalah keluarga terhormat dan selalu diperhatikan oleh banyak orang, jangan sampai tingkah laku kita membuat nama keluarga ini menjadi tercoreng!"
Abra terdiam, dia kembali teringat dengan malam panas yang baru saja dia lewati. Jika saja Papa nya tau, maka bisa dipastikan kalau dia akan menerima hukuman.
"Apa kau mengerti, Abra?"
Abra sedikit terkejut dan segera menganggukkan kepalanya membuat Papanya tersenyum senang, kemudian dia pamit untuk berangkat bekerja saat ini juga.
"Nanti malam keluarga Stefy akan bertamu ke rumah kita, kau harus sudah sampai di rumah sebelum makan malam!"
Abra yang sudah berdiri diambang pintu menghentikan langkahnya, dia lalu melihat ke arah sang Papa dan menganggukkan kepalanya.
Yah, keluarganya tidak tau tentang pengkhianatan yang kekasihnya lakukan, dan sampai saat ini dia tidak tau bagaimana harus mengatakannya pada mereka.
"Apa yang harus aku lakukan?"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jujur saja Abra
2024-07-11
0