Bella tercengang mendengar ucapan Abra, sementara Abra sendiri masih terdiam di ambang pintu.
"Ke-kerja?"
Abra menganggukkan kepalanya. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu! Tapi, aku hanya menawari pekerjaan saja. Barangkali kau tertarik untuk menjadi karyawanku!"
Bella terdiam, dia sedang memikirkan tawaran yang Abra berikan. Jujur saja, sebenarnya dia sudah sangat lelah berada dalam kubangan lumpur hitam. Akan tetapi, cukupkah gaji yang akan dia terima untuk membayar pengobatan adiknya?
"Ma-maaf, apa, apa aku bisa bertanya mengenai gajinya?"
Bella merasa sangat malu, tetapi dia memang harus menanyakannya dari sekarang supaya tidak salah mengambil keputusan.
"Gaji akan disesuaikan dengan pekerjaan, jika kau bekerja sebagai staf biasa. Maka akan menerima gaji 9 sampai 12 juta perbulan. Tapi, kalau kau bekerja sebagai manager, dan setaraf hrd. Maka kau akan mendapat dua kali lipatnya!"
Bella mulai menghitung segala kebutuhan yang harus dia keluarkan, tentu saja bukan kebutuhan untuk foya-foya, melainkan untuk adiknya.
"9 juta pas-pasan untuk membayar biaya perawatan dan obat Bobi, lalu, makanku gimana?"
Bella menggelengkan kepalanya, jika untuk membayar biaya perawatan dan obat sudah cukup. Maka dia akan makan ala kadarnya saja, bila perlu dia akan mencari pekerjaan tambahan.
Abra terus memperhatikan wanita yang ada di hadapannya saat ini, dia merasa kalau Bella benar-benar butuh uang sehingga menanyakan berapa gaji jika bekerja dengannya.
"apa aku telah salah menilainya? Jangan-jangan dia ini wanita matre yang menjual diri hanya karna uang? Cih, bod*oh sekali aku! Sudah jelas dia menjual diri pasti karna uang!"
"baiklah, tolong terima saya menjadi karyawan anda, Tuan! Tapi, tapi anda tau sendiri kalau saya adalah seorang-"
"Benar, jika bekerja denganku kau tidak akan banyak mendapat uang! Lebih baik jadi pelac*ur saja!"
Bella terkesiap, dia terkejut dengan apa yang Abra katakan sementara Abra sendiri juga sedikit kaget dengan reaksi yang dia berikan.
"maaf, aku tidak bermaksud-"
"aku mengerti, Tuan! Tapi, aku akan bekerja keras! Aku juga akan mencari pekerjaan tambahan untuk mendapat uang, jadi setiap bulannya aku bisa-"
"Sampai segitunya kau memerlukan uang? Ah iya, aku lupa! Kau bahkan sampai menjual dirimu sendiri untuk mendapat banyak uang!"
Bella terdiam, entah kenapa kata-kata yang Abra ucapkan benar-benar menusuk jantungnya. Selama ini dia tidak pernah malu akan pekerjaannya, bahkan saat orang-orang mencibir, dia tetap tegak berdiri dan berjalan dengan pasti.
Namun, saat ini terasa sangat berbeda. Sekuat tenaga dia menahan air mata yang sudah menggantung dipelupuk matanya.
Abra yang baru sadar dengan apa yang dia ucapkan mengusap wajah dengan kasar, sungguh dia tidak tau apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.
"maaf Bella, sepertinya aku sangat lelah. Aku tidak-"
"yang anda katakan benar, aku memang menjual diriku sendiri demi mendapat banyak uang, dan aku senang dengan hal itu. Tapi, tapi aku sudah lelah melakukan pekerjaan itu. Jadi, aku berniat untuk menerima tawaran anda!" ucapnya dengan lirih.
Abra merasa sangat bersalah karna sudah mengucapkan kata kasar pada Bella, dia lalu menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Pelac*ur atau tidak itu bukan urusanmu, Abra! Fokus saja untuk membantunya, jika memang ingin membantu!"
Abra mencoba untuk menenangkan diri, apapun yang wanita itu lakukan, dia tidak berhak untuk menghakiminya.
"Baiklah, nanti Rafi yang akan memberi kabar padamu. Lebih baik sekarang kau fokus untuk kesembuhanmu dulu, setelah itu baru bekerja!"
Bella menganggukkan kepalanya, kemudian Abra pamit dan berlalu pergi dari rumah itu.
Setelah Abra pergi, Bella yang sedang duduk dikursi beranjak bangun dan masuk ke dalam kamarnya. Pikirannya kembali teringat dengan semua ucapan Abra, dan membuatnya menghela napas berat.
"Baiklah, lupakan semuanya! Mulai saat ini, aku akan menjadi Bella yang baru. Aku tidak akan menjadi seorang *******!"
Keputusan Bella sudah bulat, dia akan meninggalkan noda hitam itu dan mencoba untuk memperbaiki diri. Semoga saja langkahnya ini tepat, dan dia mendapat segala kemudahan.
Sementara itu, Abra yang sedang dalam perjalanan menuju rumah terlihat sedang termenung. Pikirannya melayang-layang sedang memikirkan Bella, hingga dia menggeram marah dan mengagetkan Rafi.
"ada apa, Tuan? Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Rafi dengan khawatir.
"hah? Aku baik-baik saja, Rafi! Oh iya, tolong siapkan pekerjaan untuk Bella. Dia akan bekerja di perusahaan!"
"Apa?"
Ciit!
Sangking terkejutnya, Rafi langsung menginjak rem membuat tubuh Abra hampir terjungkal ke depan. Untung saja jalanan sedang sunyi, jika tidak sudah habis mereka dilalap mobil lain.
"Apa Tuan sedang bercanda?"
Rafi memutar tubuhnya dan melihat ke arah belakang, sementara Abra menggelengkan kepalanya untuk menjawab apa yang Rafi tanyakan.
"Aku serius, Rafi! Begitu sehat, dia akan langsung mulai bekerja! Aku harap kau bisa mengurusnya!"
Kemudian Abra menceritakan semua yang sudah dia katakan pada Bella, termasuk ucapan wanita itu padanya.
"Tuan, apa anda tidak merasa curiga? Jangan-jangan Bella punya hutang besar pada rentenir? Atau mafia?"
"Sudahlah, kau tidak perlu memusingkan tentang hal itu. Yang penting, kau harus menyiapkan segala sesuatunya agar dia bisa bekerja!"
Rafi menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan! Saya akan menyiapkan semuanya!" Dia lalu kembali melajukan mobilnya menujur rumah Abra.
Setelah sampai di rumah, Abra bergegas ke kamarnya. Dia harus segera membersihkan diri, karna pagi ini dia ada janji penting dengan seorang teman.
Brak!
Abra terpaku di depan pintu saat melihat ada seorang wanita yang sedang berada di dalam kamarnya, terlebih lagi wanita itu sedang berbaring diranjang hanya dengan menggunakan handuk saja.
"Sayang, kau baru pulang?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
pasti Stefy 😏
2024-07-12
0
mbok Darmi
wah wanita tukang selingkuh mulai cari mangsa, jgn terlena abra itu jalang di balik wajah sok perhatian nya lebih mulia bella jd pelacur krn terpaksa
2023-01-19
1