Brak! Abra menutup pintu ruangannya dengan kuat membuat beberapa orang yang melintas terjingkat kaget, dia lalu masuk ke dalam ruangannya dan menghempaskan tubuhya ke atas sofa.
"Hah!"
Abra memegang kepalanya yang berdenyut, dia benar-benar merasa kesal dan lelah menghadapi semua ini. Ingin rasanya dia pergi dan meninggalkan semuanya, tetapi dia merasa tidak tega dengan keluarganya.
Setelah merasa tenang, Abra beranjak bangun dan berjalan ke meja kerjanya. Ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, dan tidak ada waktu untuk bersantai.
Tok, tok! "Apa saya boleh masuk, Tuan?"
Abra yang baru akan memulai pekerjaannya mendengar suara Rafi, dia lalu mempersilahkan lelaki itu untuk masuk ke dalam ruangannya.
"maaf mengganggu Tuan, saya hanya ingin memberitahukan kalau pertemuan dengan Tuan Agung diundur!" ucap Rafi memberitahu jadwal pertemuan Abra.
"Kenapa? Biasanya dia tidak pernah mengundur pertemuan!"
Abra merasa bingung, biasanya partner bisnisnya itu tidak pernah mengulur waktu atau memang saat ini lelaki itu sedang berhalangan.
"Sekretarisnya mengatakan kalau Tuan Agung sedang ada urusan pribadi yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan, Pak!"
Abra mengangguk-anggukkan kepalanya, dia tidak bisa memaksa kalau memang partner bisnisnya sedang ada urusan penting.
"saya juga sudah mengatur pertemuaannya untuk sore nanti, Tuan!" ucap Rafi kemudian.
"Ya sudah, atur saja semuanya!"
Kemudian Rafi keluar dari ruangan itu setelah pamitan pada Abra, sementara Abra sendiri mulai mengerjakan semua pekerjaannya.
Waktu sangat cepat berlalu, tidak terasa waktu makan siang kini sudah menyapa semua orang.
"Abra!"
Abra mendongakkan kepalanya saat mendengar suara panggilan seseorang, terlihat Seno sudah berdiri di hadapannya saat ini.
"apa kau tidak lapar? Ayo, kita makan!" ajak Seno, dia juga ingin membahas masalah keributan yang terjadi pagi tadi.
"aku tidak lapar kak, Kakak saja yang makan!" tolak Abra, saat ini dia sama sekali tidak bernapsu untuk makan dan minum.
"Jangan seperti itu, kau tetap harus menjaga kesehatanmu, Abra!"
Abra menganggukkan kepalanya dengan cepat, kemudian sang Kakak kembali keluar untuk makan siang.
Tidak berselang lama, Rafi masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sesuatu. Dia lalu meletakkan barang bawaannya ke atas meja.
"Kau bawa apa, Fi?"
Abra bangun dan berjalan mendekati lelaki itu, terlihat Rafi sedang sibuk menyusun makanan dan minuman yang dia bawa.
"Ayo, Tuan! Kita makan sama-sama!"
Rafi sudah duduk di atas sofa dan meminta Abra untuk menerima ajakannya, dia lalu tersenyum senang karna Tuannya mau menerima ajakannya.
Mereka berdua lalu menikmati makan siang mereka, Rafi sengaja memesan makanan karna dia tau kalau Abra pasti tidak ingin di ajak makan keluar.
Setelah beberapa saat, akhirnya semua makanan sudah habis, Rafi segera membereskan meja dan memasukkan sampah-sampah ke dalam tempat sampah.
"kalau gitu saya permisi, Tuan!"
"Tunggu!"
Rafi yang sudah berbalik terpaksa kembali melihat ke arah Abra, dia lalu mendekat ke arah Tuannya tersebut.
"Ada apa, Tuan?"
Abra terdiam, dia bingung harus bertukar pikiran dengan siapa karna dia tidak dekat dengan siapapun.
"Aku ingin meminta pendapatmu!"
Rafi langsung kembali duduk untuk mendengar apa yang ingin Abra katakan. "Tentu saja, Tuan! Silahkan!"
Abra tersenyum mendengar ucapan Rafi. "Keluargaku belum tau mengenai hibunganku dan Stefy, aku juga tidak tau harus bagaimana mengatakannya pada mereka. Jadi, menurutmu bagaimana?"
Abra menatap Rafi dengan tajam, sementara lelaki itu sedang berpikir tantang apa yang Tuannya katakan.
"Maaf, Tuan! Menurut saya lebih baik Tuan beritahukan semuanya pada keluarga Tuan sebelum terlambat, karna saya yakin kalau Nona Stefy pasti akan berusaha untuk kembali pada Tuan!"
Yah, Abra membenarkan apa yang Rafi ucapkan. Hanya saja, Papanya pasti tidak akan segampang itu menerima penjelasannya.
"Saya tau kalau Tuan sedang memikirkan Tuan besar, tapi saya rasa akan lebih baik jika semua keluarga Tuan mengetahuinya. Walaupun nantinya akan ada masalah setelah itu!"
Abra tersenyum dengan perasaan lega, dia lalu menepuk bahu Rafi membuat lelaki itu tersenyum simpul.
"terima kasih karna sudah mendengarku, Rafi!"
"Tuan tidak perlu berterima kasih, karna Tuan sudah saya anggap seperti Kakak saya sendiri! Maaf kalau saya lancang, Tuan!"
Rafi merasa tidak enak, jangan sampai Abra merasa tidak nyaman dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Tentu saja! Anggap lah aku sebagai Kakakmu, karna aku juga akan menganggapmu sebagai adik!"
Mereka berdua lalu sama-sama tertawa, dan setelahnya mereka kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
Setelah beberapa jam berkutat dengan pekerjaan, Rafi lalu mengingatkan tentang pertemuan mereka dengan Tuan Agung.
Abra segera bersiap dan berlalu keluar dari perusahaan dengan tetap ditemani oleh Rafi, mereka pergi ke sebuah restoran yang sudah disiapkan untuk pertemuan itu.
Tidak berselang lama, mobil mereka sudah sampai di parkiran restoran yag ada di pusat kota. Mereka segera turun dan berlalu masuk ke dalam tempat itu.
"selamat datang, Tuan!" sapa seorang pelayan setelah membukakan pintu untuk mereka.
"Selamat siang, kami sudah membuat janji dengan Tuan Agung!"
Pelayan itu mengangguk, kemudian dia mengantar mereka ke ruangan yang sudah ditempati oleh lelaki bernama Agung.
"Silahkan, Tuan!"
Pelayan itu membuka pintu dan mempersilahkan mereka untuk masuk, setelahnya di kembali pergi untuk melayani tamu.
"Selamat datang, Tuan Abra!"
Agung bangkit dari duduknya dan menyambut kedatangan Abra, mereka lalu saling bersalaman dengan menebar senyum.
"maaf sudah membuat anda menunggu, Tuan Agung!"
"Ah, tidak masalah! Saya juga baru sampai kok!"
Kemudian mereka saling bertukar kabar, sesekali membahas kegiatan yang sudah mereka lakukan bersama.
"maaf Tuan, apa sekretaris anda tidak ikut?" Tanya Rafi.
"dia masih ada diluar, mungkin sebentar lagi sampai!" jawabnya. "Tapi, saya membawa orang lain ke sini! Anda tidak keberatankan, Tuan?"
Abra tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak-"
Abra tidak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat seorang wanita berdiri di hadapannya, dia sangat terkejut karna mengenali siapa wanita itu.
"Di-dia kan ...!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Banu Tyroni
... ini mah pasti Bella 🙂
2025-01-28
0
Devi Handayani
jangan jangan.... dia kan si bella kupu kupu malam itu😲😲😲😲
2023-05-23
1