Fara kembali ke rumah sebelum suaminya pulang bekerja. Pukul enam sore Cello memasuki apartemennya. Fara menyambut kepulangan suaminya. "Sudah pulang suamiku?"
Fara segera mengambil tas suaminya. "Mau minum apa? Apa aku perlu siapkan air panas sekarang untuk kamu mandi suamiku?" tanya Fara dengan antusias. Dia sangat bersemangat ketika melayani Cello.
Cello menatap gadis polos itu. "Siapkan air hangat sekarang aku ingin mandi karena badanku sudah lengket. Tapi aku mau sudah ada kopi susu di atas meja kerjaku," perintah Cello pada Fara.
"Siap, suamiku," jawab Fara sambil tersenyum.
Mereka berdua layaknya sepasang suami istri lainnya. Cello memberikan perintah karena Fara yang memintanya. Fara akan merasa sedih jika suaminya tidak memberikan perintah. Meskipun kurang dua bulan lagi mereka akan bercerai tapi Cello ingin meninggalkan kesan baik pada gadis itu.
Fara menyiapkan apa yang diminta suaminya. Ketika dia sedang menuang air panas di gelas dia agak melamun. Air panas itu terkena tangannya. "Aw sakit," teriak Fara.
Cello yang baru keluar dari kamar mandi mendengar teriakan istrinya. Dia pun berlari mendekati Fara. "Kamu kenapa?" tanya Cello.
"Nggak apa-apa," jawab Fara agak takut. Tapi Cello yang melihat Fara memegangi tangannya yang habis terkena air panas jadi mengerti.
Dia melihat tangan Fara memerah. "Aku ambilkan salep dulu," kata Cello.
Sesaat kemudian dia kembali dengan sekotak P3K yang dia bawa. "Kenapa tidak hati-hati? Kamu melamun ya?" tuduh Cello.
"Nggak," elak Fara.
"Bohong, buktinya ngambil air panas saja sampai terluka begini," balas Cello.
Fara tak menjawab. Dia malah memperhatikan wajah Cello yang sangat tampan jika dilihat dari dekat. "Biasa aja ngelihatnya. Nggak usah terpesona ya," ledek Cello.
Fara membuang muka. "Cih, siapa juga yang terpesona sama laki-laki dingin kek kamu," sanggah Fara. Padahal dia jatuh cinta pada Cello bukan hanya pada ketampanannya tapi perhatian kecil Cello yang sering dia tunjukkan membuat Fara jatuh hati.
"Ayolah Fara kamu hanya istri sementara. Setelah bercerai dengannya kamu bisa cari laki-laki yang lebih baik dari Cello," ucapnya dalam hati.
Cello duduk di sofa depan televisi setelah mengobati Fara. Lalu Fara mendekati suaminya. "Suami aku boleh ngomong nggak?"
Cello melirik Fara yang masih berdiri di depannya. "Mau ngomong apa?" tanya Cello.
Fara duduk di dekat Cello. "Aku pengen kuliah."
Cello tersedak ludahnya sendiri. "Apa?"
"Mama Cindy tadi ke sini terus nawarin aku masuk kuliah. Apa aku boleh sekolah lagi?" tanya Fara meminta izin.
Cello berpikir sejenak. "Boleh, tapi dengan satu syarat. Tidak ada yang boleh tahu kalau kamu istriku," ancam Cello. Fara mengangguk cepat. Dia menyetujui usul suaminya.
"Bagus," ucap Cello sambil mengacak rambut Fara. Jantung Fara berdebar ketika suaminya menyentuh puncak kepalanya.
Setelah itu Cello berdiri. "Aku akan lembur. Kamu tidur duluan," perintah Cello pada istrinya.
Cello pun berlalu ke ruang kerjanya. Sedangkan Fara begitu senang ketika dia mendapatkan izin dari suaminya. "Besok aku akan mulai rajin belajar supaya lulus tes masuk dengan nilai yang sempurna. Pasti Cello akan bangga padaku," gumam Fara seorang diri sambil tersenyum membayangkan suaminya memberikan sebuah buket untuk dirinya.
Cinta Fara seperti noda yang menempel di baju. Walau sudah dibersihkan tetap susah dihilangkan. Walau Cello berkali-kali menyakitinya gadis itu tetap mencintai suaminya.
Di ruang kerjanya Cello menelepon sang mama. "Mama kok nggak bilang kalau menawari Fara kuliah?"
"Cello, kamu lupa cara mengucapkan salam?" tegur ibunya melalui telepon.
"Maaf, Ma."
"Kenapa? Kamu melarang? Kenapa kamu cemburu kalau ada cowok lain yang naksir istrimu?" tuduh sang mama berlebihan.
Cello meraup mukanya kasar. "Siapa bilang aku tidak mengizinkan?"
"Bagus, mama hanya ingin istrimu berpendidikan agar orang lain tidak meremehkan dia sayang. Mama harap kamu mengerti."
"Cello tutup teleponnya dulu Ma."
Setelah itu Cello menengok Fara. Gadis itu sedang tertidur di depan televisi. "Kebiasaan kalau tidur nih anak," gerutu Cello. Namun, meskipun menggerutu dia tetap memindahkan Fara ke tempat tidur. Kemudian Cello tidur di samping Fara seperti biasa.
Keesokan harinya Fara bangun lebih dulu. Dia melihat jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul lima pagi. Fara menggulung rambutnya kemudian mengambil air wudhu. Dia menunaikan sholat subuh. Setelah itu dia membangunkan suaminya.
"Suami, bangun udah subuh sholat dulu gih," perintah Fara.
"Lima menit lagi," kata Cello sambil memejamkan mata.
"Nanti kesiangan lho, kalau gitu aku tinggal masak dulu ya." Fara meninggalkan suaminya. Dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Celli bangun setelah Fara menyiapkan sarapan. Dia juga sudah rapi ketika keluar kamar. "Tumben pagi ini udah beres semua," kata Cello. Fara hanya menyengir.
"Makan dulu sarapannya. Aku mandi sebentar," ucap Fara. Cello pun menikmati makanan Fara. Dia selalu memakan habis apa saja yang dimasak oleh istrinya karena masakan Fara selalu cocok di lidah Cello.
Tak lama kemudian Anwar menelepon. Cello pun bergegas turun karena Anwar telah menunggu di bawah. Saking terburu-buru Cello tidak pamitan pada Fara. "Loh kemana dia?" gumam Fara yang baru keluar kamar. Rambutnya masih basah setelah keramas.
Fara pun tak ambil pusing. Dia menghubungi Rendy karena hari ini dia akan mulai belajar. "Kita janjian di mana?" tanya Fara.
"Kamu ke unitku saja," usul Rendy.
"Nggak, tempat lain saja." Fara merasa keberatan. "Bagaimana kalau di taman," usul Fara.
"Kamu nggak akan bisa konsentrasi orang ramai banget gitu."
"Kalau di kafe?"
"Sama aja kan? Selain rame aku juga nggak ada uang buat pesan makanan di sana. Kamu tahu sendiri kan aku belum kerja."
"CK, baiklah aku akan ke unit apartemen milikmu." Fara akhirnya menyerah dengan usulan Rendy.
"Kita mulai jam delapan sampai jam sepuluh ya, soalnya setelah itu aku ada bimbingan," imbuh Rendy.
"Oke, aku ke sana sekarang." Fara pun keluar dari unit apartemen dia menaiki lift dan naik dua lantai di atasnya. Setelah turun dari lift Rendy ternyata tengah menunggunya di sana.
"Hai," sapa Rendy setelah lift terbuka.
"Aku nggak bawa apa-apa soalnya aku belum tahu mau beli buku apa," kata Fara ketika bertemu dengan pemuda.
"Tidak masalah, ayo masuk dulu," ajak Rendy.
"Kamu tinggal bersama siapa?" tanya Fara.
"Aku tinggal sendiri," jawab Rendy.
"Ingat ya jangan macam-macam sama aku. Aku bayar kamu buat jadi guru aku. Nanti kalau kamu macam-macam aku aduin sama su..." Fara hampir saja keceplosan. Cello telah berpesan padanya jika tidak ada yang boleh mengetahui status pernikahan mereka.
"Siapa?" tanya Rendy.
"Bukan siapa-siapa, kalau begitu kita mulai dari mana?" tanya Fara pada mentornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nanik Puspita
Fara hampir keceplosan 🤦🤦🤦
2023-01-18
0