Pada akhirnya Fara mengikuti Cello. Laki-laki itu membawa Fara ke kantornya. "Duduk dulu!" Cello memintanya duduk di sofa yang ada di ruangannya itu.
Fara duduk dengan ragu. Dia masih bingung kenapa dia dibawa ke kantor. "Apa yang harus aku lakukan di sini?" tanya Fara tidak sabar. Dia seperti orang linglung ketika berada di sana.
"Tunggu sebentar!" Cello menemui sahabat sekaligus bawahannya.
"Dia siapa?" tanya Anwar melirik ke arah gadis yang diajak oleh Cello.
"Dia calon istriku," jawab Cello. Anwar tentu tercengang mendengar penuturan Cello.
"Jangan becanda!"
"Aku tidak becanda. Dia yang bisa menyelamatkan aku dari rumor yang sedang heboh di luar sana."
Seseorang telah membuat berita bohong yang mengatakan bahwa Cello adalah seorang gay. Tapi dia belum menemukan sumbernya.
"Tapi kamu kenal dia di mana? Siapa namanya?" tanya Anwar. Cello menggedikkan bahu.
"Hei, kamu," tunjuk Cello pada Fara. "Siapa nama kamu?" tanya Cello. Anwar menepuk jidat ternyata atasannya itu membawa gadis yang tidak jelas asal usulnya.
"Fara," jawab Fara dengan singkat.
Kemudian Cello menoleh ke arah Anwar. "Tu denger sendiri namanya Fara."
"Kamu culik anak gadis orang? Membawanya ke sini tapi belum tahu namanya?" tanya Anwar sambil tersenyum mengejek.
"Sudahlah buatkan kontrak pernikahan untukku! Jika dalam seratus hari kami tidak ada kecocokan maka dia harus meninggalkanku," perintah Cello pada Anwar. Fara yang tidak tuli tentu mendengar ucapan Cello pada bawahannya itu. Dia merasa keberatan.
Dia berdiri. "Pak, anda ingin mempermainkan saya?" tanya Fara geram.
Cello menarik ujung bibirnya. "Mempermainkan katamu? Bukankah kamu akan menerima imbalannya?"
Fara mengepalkan tangan. "Lebih baik saya pergi. Saya bisa kabur ke tempat jauh agar orang-orang itu tidak mengejar saya dari pada harus menikah dengan laki-laki breng*sek seperti anda."
Fara melangkahkan kakinya cepat. Tapi tangannya berhasil dicekal oleh Cello. Dia membanting tubuh mungil Fara ke sofa. "Jangan membuat saya memakai kekerasan untuk menahan kamu di sini!" bentak Cello.
Anwar yang berada di sampingnya pun terhenyak mendengar suara Cello yang menggelegar. Sedangkan Fara rasanya ingin menangis. Sungguh kejam dunia ini. Tidak ada seorang pun yang peduli padanya.
Anwar tak tega melihat gadis kecil itu menangis tersedu-sedu. Fara berdiri dan memukul dada bidang Cello. Dia benar-benar salah mengambil keputusan. "Biarkan saya pergi! Biarkan saya pergi!"
Sesaat kemudian gadis itu pingsan. Untung saja Cello dengan sigap menangkapnya. "Hei jangan pura-pura," teriak Cello frustasi sambil menepuk pipi Fara. Tapi gadis itu tak juga bangun.
"Pak, sepertinya dia tidak berbohong," ucap Anwar.
Dengan satu hentakan Cello memindahkan gadis itu ke sofa panjang. "Hish belum apa-apa sudah menyusahkan orang," gerutu Cello.
"Anwar cepat panggil dokter! Aku tidak ingin gadis ini kenapa-kenapa. Akan sangat merepotkan jika dia mati di sini," ucapnya dengan dingin.
Anwar pun bergerak melaksanakan perintah atasannya. Laki-laki itu menghubungi dokter yang bekerja di keluarga Cello. "Tolong ke hotel sebentar! Ada pasien yang harus anda tangani," perintah Anwar pada dokter tersebut.
Cello memperhatikan wajah Fara yang cantik alami. Kulitnya yang putih tanpa polesan membuat jantung Cello berdebar kencang. "Ada apa denganku? Melihat wajah gadis ini saja jantungku tak karuan. Ah, dia bukan tipeku." Cello menyangkalnya.
Lima belas menit kemudian dokter yang dipanggil tiba. Dia memeriksa Fara. "Wajahnya pucat dia seperti dehidrasi. Badannya sangat kurus seperti tidak terurus. Siapa dia?" tanya dokter itu.
"Paman akan tahu siapa dia sebentar lagi," jawab Cello penuh teka-teki. Dokter yang sudah dia kenal itu menjadi penasaran.
"Baiklah, ini resepnya. Biarkan dia beristirahat jangan lupa obatnya diminum. Sebenarnya hanya suplemen makanan tapi paling tidak badannya terlihat segar." Cello mengangguk paham.
"Terima kasih, Paman." Cello mengambil tersentak dari tangan dokter itu kemudian menyerahkan pada Anwar.
"Tolong tebus resep ini," perintah Cello pada bawahannya.
Sementara itu dokter yang memeriksa Cello melapor pada ibunya. "Apa? Cello membawa seorang gadis ke kantornya?" tanya Cindy.
Dia tersenyum licik. "Aku ingin memeriksanya sendiri," ucapnya penasaran setelah menutup telepon.
Siang itu juga Cindy menuju ke hotel tempat anaknya bekerja.
Sementara itu, Fara mulai membuka mata. Dia memegangi perutnya yang sakit. "Kamu kenapa?" tanya Cello khawatir.
"Aku lapar," jawab Fara dengan suara lirih karena malu. Dia pun menunduk. Cello menahan tawa. "Gadis ini lucu juga," batinnya.
Setelah itu dia memerintahkan OB untuk membawa makanan ke ruangannya. "Kamu ini belum apa-apa sudah sangat merepotkan," gerutu Cello.
Fara hanya melirik dia tak menghiraukan Cello dengan segala ocehannya. Saat ini perutnya sangat lapar. Dia harus kuat maka dia putuskan makan yang banyak. "Pumpung gratis," gumam Fara dalam hati.
"Hei, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Cello ketika memperhatikan Fara yang makan dengan rakus. Tapi sesaat dia tiba-tiba tersenyum.
Fara menghentikan makannya. "Tahu tidak makan sambil diomeli itu rasanya kaya apa?" Fara meminta Cello berpikir. Tapi dia merasa tersindir karena sejak tadi dia mengomel tidak jelas.
Cello berdiri kemudian memanggil Anwar. "Mana surat yang aku minta?" tanya Cello pada bawahannya. Anwar menyerahkan surat perjanjian pra nikah yang diminta Cello.
Namun, ketika dia akan meminta Fara tanda tangan, ibunya tiba-tiba datang. Cello segera menyembunyikan surat perjanjian yang dia pegang ke dalam laci mejanya.
"Mana menantuku?" tanya Cindy yang tiba-tiba masuk ke ruangan Cello.
"Mam, ngapain ke sini?" tanya Cello yang terkejut ketika ibunya datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
"Kenapa? Apa tidak boleh datang ke kantor anak sendiri?" tanya Cindy. Sesaat kemudian dia melirik gadis cantik yang berpenampilan sederhana itu.
"Siapa nama kamu?" Cindy bisa menebak gadis itu yang dibicarakan oleh dokter yang melapor padanya tadi.
"Fara," jawabnya singkat sambil menunduk.
Cindy memegang dagu Fara. "Dia sangat cantik," pujinya pada Fara. Sesaat kemudian Cindy menoleh pada putranya. "Kalian kenal di mana?" tanya Cindy.
Pertanyaan itu membuat Cello berpikir keras. Dia bingung harus menjawab apa pada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Baby_Miracles
aku datang lagi. aku kasih bunga dan iklan. semangat
2023-02-05
1
gulla li
Aku tidak sengaja bertemu di jalan barusan 😅
2023-02-05
1
Nirwana Asri
makasih udah mampir
2023-02-05
1