Bab 7

"Baiklah, aku ingin cepat membawa pulang uang yang banyak ini," ucap bos rentenir itu tidak sabar.

Anwar mengeluarkan sebuah map yang diminta Cello. Kemudian bos rentenir itu menandatangani tanpa membaca isi surat perjanjian yang terdiri dari beberapa lembar itu. Cello tersenyum tipis.

"Urusan kita sudah selesai. Aku tidak akan mengganggu dia atau keluarganya," kata Bos rentenir itu sambil melirik ke arah Fara yang sejak tadi menunduk karena takut.

Setelah itu, pria tersebut dan beberapa orang bodyguardnya pergi meninggalkan Cello dan Fara. Cello melihat ke arah Fara. "Tidak perlu terharu," ucap Cello ketika melihat gadis itu meneteskan air mata.

"Siapa yang terharu." Fara mengusap air matanya dengan punggung tangan.

"Lalu kenapa kamu menangis?" tanya Cello penasaran.

"Aku hanya sedih karena sebentar lagi aku akan jadi istri orang," jawabnya dengan wajah sendu.

"Hanya seratus hari saja," tegas Cello pada gadis itu. Cello berjalan meninggalkan Fara.

Fara menghentakkan kakinya kesal. "Cih, itulah yang aku sesalkan. Setelah seratus hari aku akan menjadi janda," gerutu Fara sambil melihat punggung tegap Cello yang semakin menjauh.

"Nona, mari ikut saya," ajak Anwar dengan sopan pada calon istri atasannya itu.

Fara diajak Anwar masuk ke ruangan Cello. Pemandangan itu tidak luput dari pengamatan para pegawai Cello di kantor. Sejak kemaren mereka melihat gadis yang sama memasuki ruangan bosnya yang dingin.

Fara pun menyadari dia menjadi pusat perhatian di sana. "Antar aku pulang saja. Aku tidak mau di sini," putusnya.

"Maaf, Nona. Pak Cello melarang saya meninggalkan Nona seorang diri," jawab Anwar. Fara memutar bola matanya jengah.

Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan di ruangan Cello. Sedangkan pemilik ruangan itu sibuk dengan laptopnya sendiri. Akhirnya Fara ketiduran di sofa.

Cello menutup laptopnya setelah selesai mengerjakan pekerjaannya. Dia melirik ke arah Fara. Cello membenarkan posisi tidur Fara. Mata Cello tak sengaja melihat bagian paha mulus Fara yang terekspos. Badannya tiba-tiba merasa gerah. Cello sampai melonggarkan dasinya. Sesaat kemudian dia melepas jas yang dia kenakan untuk menutupi bagian pahanya.

Cello menghubungi Anwar agar membawakan makanan ke ruangannya. Tak butuh waktu lama Anwar mengetik pintu ruangan Cello. "Saya membawakan pesanan anda, Pak," ujarnya memberi tahu.

Cello mengambil paper bag yang ada di tangan Anwar. Anwar mengintip dari luar. Tapi Cello menutupinya. "Kamu boleh pergi," perintah Cello pada bawahannya itu.

Laki-laki itu membuka kotak penutup makanan tersebut. Fara yang mencium aroma sedap makanan itu langsung membuka mata. Dia bangun lalu mengendus aroma ayam bakar yang begitu menyeruak.

"Hah, aku jadi lapar," ucapnya sambil menggosok perutnya.

Cello tersenyum tipis. "Makanlah, aku tidak mau kamu mati kelaparan sebelum kamu membalas kebaikanmu padamu," kata Cello dengan nada dingin.

Fara tidak mau pura-pura jaim. Dia pun menyuwir daging ayam itu lalu melahapnya. "Dasar jorok! Apa kamu tidak takut tanganmu yang penuh kuman itu membuat perutmu sakit?" tanya Cello setengah menyindir.

"Sakit perut itu hanya berlaku padaku jika perut kosong. Lagi pula tanganku bersih. Nih nih." Fara sengaja menyodorkan tangannya yang penuh bumbu ke wajah Cello. Cello reflek berdiri.

Dia memilih keluar dari pada melihat gadis rakus seperti Fara. "Pak kenapa keluar?" tanya Anwar.

"Aku hanya ingin tanya apa persiapan pernikahanku sudah beres?" Cello mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, Pak. Anda tinggal menentukan kapan pernikahan anda akan berlangsung," lapor Anwar. "Tapi kita ada sedikit kendala, Pak. Siapa yang akan jadi wali gadis itu?" tanya Anwar kemudian.

"Dia tidak punya orang tua. Pakai wali hakim saja. Oh ya, setelah itu umumkan status pernikahanku di media tapi jangan perlihatkan wajah Fara. Dia hanya akan menjadi istriku selama seratus hari jadi aku tidak mau media mengejar dia setelah kami bercerai," titah Cello. Anwar mengangguk paham.

Cello kembali ke ruangannya. Fara masih belum berhenti makan. Dia tiba-tiba tersedak karena kurang berhati-hati. Cello memberikan minum pada gadis itu. "Lusa kita akan menikah," kata Cello memberi tahu.

Fara reflek menyemburkan minumannya ke wajah Cello. Cello mengepalkan tangan ketika mukanya basah. "Maaf, maaf."

Fara begitu panik. Dia mengelap tisu ke wajah Cello sehingga membuat Cello semakin marah. Tangan Cello mendorong Fara hingga gadis itu terjatuh ke lantai. "Aw, sakit."

Lutut Fara membentur lantai dengan keras hingga berdarah. Dia menangis tapi menahan suaranya. Cello berjongkok lalu mengambil sapu tangan yang ada di dalam sakunya untuk membalut lutut gadis itu.

Tubuh Fara bergetar antara takut dan sedih. Dia ingat akan perlakuan kasar ibu dan saudara tirinya. "Tuhan, kenapa aku selalu disakiti oleh orang-orang di sekitarku?" batinnya menjerit.

"Tunggu di sini." Cello masuk ke dalam kamar mandi sebentar. Dia ingin meredakan amarahnya. Cello membasuh mukanya yang kotor lalu keluar dari kamar mandi tersebut.

Fara mencoba berdiri tapi dia agak kesulitan. Cello kemudian mengangkat Fara dengan sekali hentakan. "Turunkan aku!" ucapnya dengan lirih. Jujur dia sangat takut pada pria tampan yang ada di hadapannya kini.

Namun, Cello tak mengindahkan permintaan Fara. Dia keluar dari ruangannya diikuti oleh Anwar. Sepanjang jalan semua mata tertuju padanya. Fara yang merasa malu hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada bidang Cello.

Ketika berada di depan mobil, Cello meminta Anwar pergi karena dia akan mengantar pulang sendiri Fara ke apartemennya.

Di sepanjang jalan, Fara dan Cello tak banyak bicara. Sejak tadi Fara melihat ke arah luar jendela. Sedangkan Cello sesekali melirik gadis itu. Rasanya aneh ketika Fara tak banyak bicara.

"Maaf." Ucapan Cello membuat Afra menoleh. Gadis itu menatap Cello.

"Maaf aku telah menyakiti kamu." Cello meneruskan ucapannya.

Fara tersenyum sinis. "Aku sudah biasa disakiti. Bahkan setiap hari aku merasakan hukuman yang lebih sakit dari pada ini," ungkapnya seraya mengingat perlakuan jahat ibu tirinya.

Ada rasa sakit yang ikut dirasakan Cello saat gadis itu menceritakan kisah hidupnya. "Benarkah dia sangat menderita?" tanya Cello pada dirinya sendiri.

Sesaat Cello melirik Fara yang menatap kosong ke depan. Cello pun menghentikan mobilnya secara mendadak.

Cup

Cello memberikan ciuman di bibir Fara secara singkat. "Aku tidak tahu cara menghiburmu," ucapnya sambil menatap ke dalam mata Fara yang indah.

Apa yang terjadi selanjutnya?? Apa Fara akan menampar Cello yang kurang ajar mencuri ciuman Fara?

...♥️♥️♥️...

Terpopuler

Comments

Nanik Puspita

Nanik Puspita

semoga kalian bersatu selama2nya sampai maut memisahkan kalian 🤲🤲🤲

2023-01-07

0

Queen's bee👸🐝🐝

Queen's bee👸🐝🐝

aku rasa fara dah nyaman sama cello, tapi perangai cello yang kasar buat fara takut akan jatuh hati ke cello. uuuh kamu menyebalkan cello

2023-01-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!