Bab 4

"Aku harus bisa kabur dari sini. Tapi bagaimana caranya?" Cello sudah membubuhkan cap jempolnya di surat perjanjian itu.

"Tapi jika aku kabur, aku akan jadi gelandangan. Rentenir itu juga pasti tidak akan berhenti mengejarku atau malah si Cello itu yang akan mengerahkan anak buahnya untuk mencariku. Bagaimana kalau dia akhirnya menghabisi nyawaku? Arrgh... Aku pusing." Fara mengacak rambutnya sendiri.

Sejak tadi Fara memikirkan apa yang akan terjadi padanya di anda depan. Dia begitu bingung dengan situasi yang dialaminya saat ini. Mendadak menikah dengan laki-laki yang baru saja dikenalnya membuatnya khawatir.

Karena merasa haus dia pun melangkahkan kakinya ke dapur. Dia membuka kulkas yang ada di sana. "Ini kulkas isinya lengkap banget kaya minimarket aja," gumamnya heran.

Dia pun mengambil salah satu minuman kaleng yang ada di sana. "Ini apa ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Minuman kaleng itu berwarna hijau dan bertuliskan huruf Korea yang dia tak mengerti artinya.

Fara membuka minuman itu lalu mencium baunya yang agak menyengat. "Emm, minuman apa sih ini? Pahit banget," gerutunya setelah mencicipi Soju kaleng tersebut.

Fara meletakkan minuman kaleng itu di dapur begitu saja. Dia belum mengantuk jadi dia ke depan televisi untuk menonton acara kesukaannya.

Namun, lama kelamaan matanya membayang. "Aduh kepalaku mendadak pusing gini ya," gumam Fara sambil memegangi kepalanya. Fara pun ambruk di sofa depan televisi.

Tak lama kemudian seseorang masuk ke apartemen tersebut. "Dasar gadis bodoh, kenapa dia tiduran di sini? Hei bangun!" Cello menggoyang badan Fara tapi Fara tak merespon.

"Hish menyusahkan saja," gerutu Cello. Meskipun begitu dia memindahkan Fara ke kamar tidur. Cello membaringkan gadis itu secara perlahan. Sialnya tangan Fara tidak mau lepas dari lehernya. Cello sudah mencoba melepaskan tapi tangannya melingkar kuat.

"Kalau diperhatikan dia manis juga," ucap Cello tanpa sadar. Sesaat kemudian dia menggelengkan kepala. "Hish kenapa tangannya tidak mau lepas?"

"Papa." Fara mengigau. Dia tiba-tiba menangis. "Papa tega sekali meninggalkan aku di dunia ini. Bawa aku bersamamu, Pa. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kuandalkan, hiks."

Ada rasa iba pada diri Cello terhadap Fara. Tidak disangka di usianya yang masih muda Fara harus menghadapi berbagai macam masalah di hidupnya.

Cello yang mulai mengantuk akhirnya merebahkan diri berhadapan dengan Fara. Malam ini dilewati oleh dua sejoli itu dengan tidur saling memeluk.

Keesokan harinya, Fara membuka mata terlebih dulu. Dia hampir saja berteriak ketika melihat Cello ada di atas ranjang yang sama.

Gadis itu melihat ke dirinya sendiri. Tidak ada yang berubah dengan pakaiannya. Cello pun masih mengenakan kemejanya meski sudah tidak lagi tapi tapi dasinya masih menempel. Itu menandakan tidak terjadi apa-apa semalam.

Fara merasa lega karena dirinya masih perawan. Fara memperhatikan wajah Cello. Hidung mancung, garis wajah yang tegas serta kulit yang mulus membuat laki-laki itu tampan tak bercelah.

"Baru kali ini aku lihat laki-laki tampan seperti dia," gumamnya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

Namun, sesaat kemudian perut Fara terasa lapar. Dia pun menurunkan tangan Cello yang melingkar di bagian pinggangnya.

Dia turun perlahan dan mencoba tidak bersuara agar Cello tidak terbangun. Fara ingin keluar tapi dia melihat bos rentenir sedang berjalan dengan anak buahnya. Fara pun mengurungkan niatnya lalu menutup kembali pintu apartemen yang dia tinggali.

"Sial, apa orang itu tinggal di sini juga? Aku seperti buronan saja sembunyi-sembunyi seperti ini," keluh Fara mengomel sendiri.

Fara berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Dia melihat minuman kaleng yang sempat diminumnya semalam. "Aku rasa aku mabuk setelah minum ini," gumam Fara. Dia pun membuang minuman itu ke dalam tong sampah.

Setelah itu Fara membuka kulkas tapi tidak ada bahan makanan kecuali telur. Mau tak mau dia pun mengambilnya. Dia mengambil dua buah telur untuk direbus.

Sementara itu di kamar Cello meraba tempat tidurnya, dia cepat-cepat membuka mata dan mencari Fara ke mana-mana tapi tak ditemukan di sudut kamar manapun. "Apa dia kabur?" gumam Cello cemas.

Cello pun keluar dari kamar tapi dia mencium bau telur rebus. Laki-laki tampan itu berjalan ke dapur. Cello melihat Fara sedang berjinjit. Gadis itu mencoba mengambil mangkuk yang letaknya di laci atas. Tapi sepertinya tangannya tidak sampai.

Tiba-tiba Fara merasakan tangan seseorang meraih mangkok tersebut dari belakang punggungnya. Fara segera balik badan. Dia terkejut hingga tangan yang digunakan untuk tumpuan di atas meja melesat. Hampir saja dia terjatuh jika saja Cello tak sigap menangkap tubuhnya.

Sejenak pandangan mereka bertemu. Jantung Fara berdebar kencang begitu juga Cello. Dia tak menyangka akan sering berdekatan dengan Fara.

"Aku akan melepas tanganku," ucap Cello memberi tahu. Fara kembali berdiri tegap.

"Ya ampun telurku," seru Fara. Dia hampir saja melupakan telur yang sedang direbusnya. Fara mendorong tubuh Cello yang menghalangi jalannya. Lalu dia segera mematikan kompor.

"Dasar gadis ceroboh! Bagaimana kalau apartemen ini terbakar. Apa kamu bisa ganti?" bentak Cello.

Fara memicingkan matanya. "Nyatanya tidak ada yang terbakar bukan? Yang terbakar itu amarahmu. Kenapa tiap kali kita berhadapan kamu selalu memarahiku? Sebaiknya kita batalkan saja surat perjanjian itu," ancam Fara.

"Jangan macam-macam denganku. Tidak ada kata batal. Lagi pula hanya seratus hari bersamaku kamu tidak akan rugi," balas Cello.

Fara mengerucutkan bibirnya. Cello jadi salah tingkah melihat ekspresi wajah Fara yang begitu menggemaskan. Dia segera membuang pandangannya ke arah lain.

Sedangkan Fara sibuk mengupas kulit telur yang telah matang. Ketika dia siap untuk melahap, Cello dengan tidak tahu malunya merebut telur itu dari tangan Fara. Lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

"Maumu apa sih? Kenapa kamu ambil telurku?" tanya Fara dengan nada tinggi.

Cello tersenyum miring. "Terima kasih karena sudah memasak untukku. Bukankah kamu tadi mengambil telur dari dalam kulkas ku?" Fara merasa tersindir.

"Ingat ya om kalau mau menawan seseorang jangan lupa dikasih makan," ledek Fara.

"Kamu panggil aku apa? Om?" tanya Cello. Dia mengepalkan tangan tak terima. Fara mengangguk dengan santainya.

Apa reaksi Cello selanjutnya?

Terpopuler

Comments

Ana Wiwid

Ana Wiwid

fara bikin cello bucin.....😄😄

2023-01-06

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!