Bab 11

"Jelaskan pada mama. Apa yang kalian lakukan di kamar berdua?" tanya Cindy mengintrogasi anak dan calon menantunya.

Cello bertanya-tanya. "Jangan-jangan ini ulah Anwar," batin Cello.

Fara hanya menunduk sedangkan Cello mengira ibunya telah salah paham padanya. "Ma, ini tidak seperti yang mama pikirkan."

"Lalu seperti apa? Mama salah mengira selama ini. Mama kira kamu anak baik-baik ternyata kelakuan kamu sama saja dengan laki-laki yang suka mempermainkan perempuan."

Dari nada bicaranya Cello menduga orang tuanya itu kecewa. "Maafkan kami, Tante," sahut Fara. Dia merasa tidak enak.

"Kamu tidak salah, nak. Dia yang salah," tunjuk Cindy pada putranya.

"Ma, aku anakmu. Dia hanya orang lain," protes Cello.

"Orang lain bagaimana? Bukankah kamu akan menikahinya? Mama mau hari ini juga kalian menikah. Bahaya kalau dikredit duluan," ujar Cindy menggebu-gebu.

Cello memang akan menikahi Fara tapi bukan karena salah paham seperti ini. Dia meraup mukanya kasar. "Baik, Ma. Lagipula aku memang berencana mempercepat hari pernikahan kami," balas Cello.

"Dasar laki-laki tidak sabaran," cibir sang mama.

Setelah acara salah paham itu, Cindy membawa Fara ke rumah besarnya. Dia mengenalkan Fara pada anggota keluarga yang lain.

"Jadi ini calon istrinya Abang?" tanya Daisy pada ibunya. Cindy mengangguk.

"Daisy." Gadis itu mengulurkan tangan sambil menyebut namanya.

"Fara," balasnya.

Daisy pun memeluk Fara seketika. "Selamat bergabung di keluarga kami," sambut Daisy. Fara hanya tersenyum. Dia masih merasa canggung karena baru pertama kali bertemu.

Cindy mengajak Fara duduk. "Mama akan meminta Mbak Yuni untuk membuatkan minuman. Cindy ke belakang sebentar lalu kembali setelah memerintahkan asisten rumah tangganya membawakan minum dan camilan untuk Fara.

"Hush, hush, jangan dekat-dekat. Nanti kamu nularin panu ke dia," ledek Cello. Daisy menjulurkan lidahnya.

"Jangan hiraukan mereka. Cello dan adiknya tidak pernah akur," ungkap Cindy berkata pada Fara. Fara tersenyum manis. Cello tak sengaja melihat gadis itu ketika sedang tersenyum. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.

Pemandangan itu tak luput dari pemantauan Daisy. "Ehem. Nggak usah liatin kak Fara sampai segitunya kali," ledek Daisy pada abangnya.

Cello menjadi salah tingkah. Cindy menahan tawa sedangkan Fara tersenyum malu-malu.

"Ada apa ini?" tanya Devon. Laki-laki paruh baya itu ikut bergabung dengan yang lain. Sesar kemudian dia melirik seorang gadis yang tampak asing.

Devon menatap istrinya. "Dia calon menantumu," terangnya menjawab dugaan sang suami. Devon tersenyum ramah.

"Apa benar kamu akan menikahi dia?" tanya Devon memastikan. Cello mengangguk yakin.

"Hari ini juga aku akan menikahinya," ungkap Cello. Ayahnya mengerutkan kening. "Perintah mama." Cello menjadikan mamanya kambing hitam.

Devon mengarahkan pandangannya ke Cindy. "Dia yang tidak sabaran. Kamu tahu semalam mereka tidur di kamar yang sama," adunya.

"Tapi kami tidak berbuat apa-apa, Ma," elak Cello.

"Tidak berbuat apa-apa bagaimana? Jelas-jelas mama lihat kamu sedang tidur sambil memeluk Fara," ucap Cindy dengan nada yang ditinggikan.

Devon tak percaya putra sulungnya itu bisa berbuat kurang ajar. "Cello, apa papa pernah mengajari kamu berbuat seperti itu?" tanya Devon.

Cello malas mendengar omelan orang tuanya. "Harusnya kalian senang. Berarti berita kalau aku belok itu tidak benar," ucapnya santai.

"Kamu ini kalau dinasehati selalu membantah," tegur Devon.

"Aku harus menghubungi Anwar. Malam ini aku akan menikahi dia. Mama tolong persiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan," pinta Cello pada ibunya.

"Kamu tenang saja," jawab Cindy. Karena pernikahan hanya acara ijab qobul maka Cindy tak perlu pusing untuk mengatur segala sesuatu yang terkesan mendadak itu. Dia hanya tinggal menjentikkan jari maka semua akan jadi sesuai permintaannya.

Cello menghubungi Anwar. Anwar pun melaksanan apa saja perintah Cello. Mulai dari dekor sederhana. Penata rias serta penghulu, wali hakim dan dua orang saksi yang akan hadir di pernikahan mereka nanti.

Saat ini Daisy membawa Fara ke kamarnya. "Ayo kita luluran dulu."

Daisy meminta Fara duduk. Kemudian dia meminta Fara berganti baju. "Aku sudah mandi kenapa pakai handuk?" tanya Fara dengan polos.

"Tentu saja aku akan mengoleskan lulurnya ke seluruh badan kakak."

Fara terkejut mendengar ucapan Daisy. "Tidak perlu," tolaknya.

"Eh, jangan takut. Aku nggak gigit. Ini biar badan kakak wangi jadi Abang makin cinta deh sama kakak," gurau Fara.

Wajah Fara memerah karena malu. "Apa malam ini aku akan melakukan malam pertama bersama dia?" batin Fara.

Membayangkan saja membuat bulu kuduknya merinding apalagi melakukannya, pikir Fara.

Sesaat kemudian Cello tiba-tiba masuk ke kamar Daisy tanpa mengetuk pintu. Dia melihat pemandangan tak biasa ketika Fara memperlihatkan sebagian kulitnya yang putih.

Cello menelan ludahnya kasar. Fara terlihat berbeda. Namun, semenit kemudian Cello keluar dari kamar adiknya. Dia merasa tidak enak melihat Fara yang memakai handuk kimono.

Daisy yang peka langsung menghampiri abangnya. "Mau apa?" sarkasnya. "Tahan dikit. Aku lagi bikin cantik Kak Fara buat persiapan ntar malam," ungkap Daisy.

Cello menjitak kepala adiknya. "Dasar mesum. Memangnya nanti malam mau apa?" balas Cello tak mau kalah. "Aku cuma pengen ngecek dia. Aku kira dia kabur."

Daisy melihat kebohongan di mata abangnya. "Dasar tukang kibul," cibirnya lalu masuk meninggalkan Cello yang tidak jelas.

Tak lama kemudian Anwar datang beserta tukang dekor dan penata rias. Dia membantu persiapan acara nikah dadakan atasannya itu.

"War, kamu ya yang kasih tahu ke mama alamat apartemen itu?" tanya Cello. Dia mencengkeram bahu Anwar. Anwar mengangguk pasrah.

"Gaji kamu aku potong dua puluh persen."

"Tapi pak..."

"Tambah sepuluh persen," imbuh Cello yang sedang mengancam bawahannya. Anwar meluruhkan bahu. Apapun keadaannya Cello selalu menang.

Dan saat yang mendebarkan pun tiba. Cello yang berencana menikah hanya untuk menutupi rumor malam ini terlihat gugup.

"Kamu sudah hafalin jawaban penghulu nanti bukan?" tanya Devon pada putranya. "Jangan sampai mengulang." Devon memberi peringatan.

Lalu Cindy dan Daisy membawa Fara keluar. Sejenak Cello terpaku ketika melihat Fara yang tampil cantik dengan balutan kebaya putih dan siger di kepalanya.

"Sudah siap?" tanya Devon pada putranya. Cello tak menjawab karena sibuk memandangi wajah Fara.

Terpopuler

Comments

Endank Susilowaty

Endank Susilowaty

cie cie ada yg g berkedip nih

2023-02-12

0

Warini Blitar

Warini Blitar

100 harinya lewat jd seumur hidup.... mana au dia kehilagan berlian

2023-01-11

2

Nanik Puspita

Nanik Puspita

cie terpesona Cello sama Fara ....

2023-01-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!