Cello tercengang ketika melihat meja penuh dengan pesanan Fara. "Kamu mau kasih makan orang sekampung?" ledek Cello.
"Ini untuk kita berdua," jawab Fara dengan santainya.
"Gila aja dia nyuruh aku makan rumput-rumputan kaya gini," batin Cello seraya menjumput sedikit kangkung.
"Kenapa? Rasanya enak tahu." Fara menyendokkan tumis kangkung ke mulut Cello.
"Nggak sopan," jawab Cello dengan mulut penuh makanan.
"Gimana? Enak nggak?" tanya Fara.
"Lumayan bisa dimakan," jawab Cello datar tapi dia masih mengunyah kangkung yang ada di mulutnya.
"Bantu habisin ya, suami."
Deg
Hati Cello berdesir ketika Fara memanggilnya dengan kata suami. Dia mendadak salah tingkah. "Berisik!"
Fara menahan senyum. Dia bisa membaca kalau Cello sedang salting saat ini. "Kalau suka bilang aja," gumam Fara meledek Cello.
"Cepat makan habiskan! Setelah itu kita pulang," tegas Cello.
Dia tak mau menyentuh makanan itu sama sekali. "Yang benar saja Pak Bos. Ini makanannya gimana? Aku udah pesan banyak lho buat kamu," protes Fara.
"Aku tidak berselera makan makanan seperti ini?" tolak Cello dengan angkuh.
"Dih, terus ngapain juga ngajak ke sini. Mana muat perutku makan segini banyak." Fara tak berhenti mengomel pada suaminya.
"Jangan bawel! Kalau tidak habis tinggal saja," balas Cello.
Fara makan dengan lahapnya di depan Cello. Tapi dia tidak bisa menghabiskan semua makanan yang dipesan. Akhirnya dia minta pemilik rumah makan itu membungkus pesanannya. "Sayang banget kalau dibuang. Udah dibayar ini," kata Fara. Dia menenteng banyak kotak sterofoam berisi makanan.
"Dasar kampungan. Awas ya nanti jangan sampai makanan itu tumpah di mobilku yang mahal," ucap Cello dengan angkuh.
"Dih, mulut kaya emak-emak," ledek Fara tapi Cello tak tersinggung.
Mereka pun menuju perjalanan pulang. Ketika berada di lampu merah, banyak sekali anak-anak kecil yang mengamen. Fara yang berpikir tidak akan bisa menghabiskan makanan lagi kemudian memberikan makanan itu pada pengamen cilik itu.
"Dek, kalau kakak bayar pakai makanan mau tidak?" tanya Fara pada anak kecil yang membawa ukulele tersebut.
Dia mengangguk cepat. "Mau, Kak. Kebetulan kami belum makan sejak pagi," jawabnya.
"Duh kasian. Ini bagi sama teman-temanmu yang lain," ucap Fara pada pengamen itu. Mereka sangat bahagia mendapatkan makanan enak dari Fara.
Sebagai laki-laki dia merasa Fara adalah wanita yang menarik. Kepribadiannya yang ramah pada orang lain dan hatinya yang mulia membuat Cello tiba-tiba bangga pada istrinya itu. "Ihk apaan sih? Sadar Cello dia cuma gadis udik yang kamu pungut di jalan," batin Cello mengingkari perasaannya.
Tin tin
Suara klakson dari mobil di belakangnya membuyarkan lamunan Cello. Setelah itu dia menginjak gas mobil dan kembali melaju.
"Suami, kamu kenapa?" tanya Fara pada Cello saat melihat suaminya itu melamun.
Cello menoleh sekilas lalu kembali fokus ke jalanan. "Apa?" tanya Cello balik.
"Ihk, ditanya kok malah balik nanya sih?" cibir Fara sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kamu nggak sayang sama..." Belum selesai bicara Fara lebih dulu menyela.
"Sayang sama kamu?" tanya Fara dengan antusias.
"CK, makanya kalau orang ngomong belum selesai jangan disela. Kamu nggak sayang sama makanan yang kamu berikan pada mereka?" tanya Cello.
"Memberi makanan pada mereka apa salahnya. Aku juga udah kenyang kok. Seandainya tadi tidak ada anak-anak itu, aku akan berikan pada orang lain. Kenapa, nyesel ya nggak makan tadi?" ledek Fara.
Cello tersenyum tipis. Ternyata Fara bukan orang yang pelit. "Diajak ngobrol malah diam, aneh," ucap Fara. Cello tak menghiraukan ocehannya.
Sesampainya di apartemen mereka langsung masuk ke dalam rumah. "Aku mau mandi dulu ya. Badanku lengket," lapor Fara.
Cello hanya melirik sekilas. Sesaat kemudian handphonenya berbunyi. Dia menerima telepon dari Anwar. "Bos, saya sudah mengambil kembali uang dari mereka," lapor Anwar.
"Bagus, kamu tidak lupa bayarkan hutang Fara yang 100 juta bukan?" tanya Cello.
"Sudah, Bos."
"Bagus, sisanya masukkan ke dalam rekening Fara. Uang itu adalah mahar yang aku berikan padanya. Aku tidak bisa mengambilnya kembali," kata Cello pada Anwar melalui sambungan telepon.
"Siap, Pak."
Sesaat kemudian Fara berteriak memanggil suaminya. "Suami, aku lupa bawa handuk. Bisakah kamu antarkan handuk untukku?" Fara meminta tolong pada Cello.
Cello menggerutu tapi dia tetap mengambilkan handuk untuk Fara. Tangan Fara menyembul dari balik pintu kamar mandi. "Mana handuknya?" tanya Fara. Dia menggoyangkan tangannya sebagai isyarat meminta handuk.
Cello berniat menggoda Fara. Dia memberikan handuk itu tapi menahan tangan istrinya. "Suami lepaskan nanti aku jatuh," omelnya.
Cello sengaja menarik tangan Fara. Dan...
"Aaa...."
Keduanya sama-sama berteriak. Fara segera memakai handuknya. "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu telanjang?" Omel Cello pada Fara.
"Kamu yang keterlaluan. Harusnya kamu tahu untuk apa aku minta handuk?" Fara tak mau kalah.
Cello segera keluar agar dia bisa mengontrol dirinya. Melihat tubuh Fara yang molek dan terpampang nyata di hadapannya membuat jantungnya berdebar sangat kencang. "Dia pikir aku tidak normal?"
Cello merasa kegerahan dan bagian bawahnya bangkit. "Shittt, kenapa juga aku keluar. Habis ini aku harus berendam agar bisa menidurkan dia," gumamnya kesal.
Cello kembali memasuki kamarnya. Namun, rupanya dia masuk di saat yang tidak tepat. Cello melihat Fara baru akan memakai atasannya. Dia jadi susah menelan ludah.
"Aa...iblis mesum!" umpat Fara sambil melayangkan bantal ke wajah Cello ketika dia menyadari Cello melihatnya berganti pakaian.
Bug
Bantal itu tepat mengenai wajah tampan Cello. Dia tidak sempat menghindar karena dia terpaku di tempat. Cello naik darah. Dia berjalan cepat ke arah Fara lalu mendorong Fara ke dinding dengan keras.
"Kenapa kamu selalu menggodaku? Kamu kira aku ini gay seperti yang mereka tuduhkan?" sentak Cello.
Fara meneteskan air mata saking takutnya. Bahkan dia mengabaikan sikunya yang sakit akibat benturan keras ke dinding.
Cello mencengkeram dagu Fara. "Apa perlu aku buktikan padamu dan pada mereka kalau aku ini laki-laki normal? Aku bisa membuatmu hamil hanya dengan sekali berhubungan. Tapi aku menahan diri karena kita hanya akan menikah selama 100 hari. Aku tidak mau dikatakan menelantarkan anak istri setelah bercerai denganmu."
Cello melepas cengkeraman tangannya dari dagu Fara. Fara merosot ke bawah. Dia menangis sesenggukan setelah Cello memperlakukan dia dengan kasar. Sedangkan Cello memilih keluar apartemen untuk menenangkan diri.
...♥️♥️♥️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Eem Purnamawati
gengsi bilang dasar celo
2023-01-14
0
Jumi🍉
Kejamnya kamu Cello, 😓aku sumpahin bucin biar tahu rasa,,,
2023-01-14
0