"Dia tetangga Anwar, Ma," bohong Cello. Anwar terkejut mendengar penuturan atasannya.
"Kenapa namaku dibawa-bawa?" gerutu Anwar dalam hati.
"Benar itu Anwar?" tanya Mama Cindy pada bawahan Cello tersebut. Anwar mengangguk pasrah. Bukan bermaksud membenarkan omongan Cello tapi dia sudah terjebak dalam permainan atasannya.
"Apa yang diomongkan mereka benar, Fara?" Mama Cindy memastikan kebenarannya pada gadis itu. Fara tak langsung menjawab dia menatap Cello terlebih dahulu seolah dia bingung apa yang harus dia perbuat. Cello yang peka langsung mengangguk. Semoga Fara sepemikiran dengannya.
"Saya..."
Takut akan membongkar kenyataan Cello menyela omongan Fara. "Ma, kami akan menikah," ucap Cello sambil merangkul bahu Fara. Gadis itu tercengang. Dadanya bergemuruh karena dia begitu dekat dengan laki-laki yang tingginya jauh di atasnya.
Mama Cindy menunjukkan ekspresi bahagia. Akhirnya anak sulungnya itu menikah. Jadi dengan begitu rumor bahwa anak sulungnya gay bisa dihapus.
"Mama akan persiapkan pernikahan kalian secara meriah," ucapnya antusias.
"No, Ma," tolak Cello.
"Kenapa?" Mama Cindy menanyakan alasan Cello menolak.
Dia berpikir cepat. "Fara tidak punya sanak saudara jadi dia ingin pernikahannya dilakukan secara sederhana." Cello berharap mamanya mau menerima alasan yang asal dibuat tersebut.
Mama Cindy menatap calon menantunya. "Baiklah. Mama akan turuti mau kalian. Oh ya, mama akan sampaikan berita baik ini pada ayahmu. Mama akan ke kantornya sekarang."
Mama Cindy keluar begitu saja karena dia sangat tidak sabar memberi tahu suaminya tentang rencana pernikahan ana sulung mereka.
Cello, Anwar, dan Fara bernafas lega. "Mamaku membuat jantungan saja." Sesaat kemudian menoleh pada bawahannya. "Anwar kenapa kamu tidak bilang kalau dia akan datang?" Cello memarahi bawahannya.
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu," jawab Anwar membela diri.
"Baiklah, kamu boleh keluar," perintahnya pada Anwar. Tapi Fara malah ikut keluar.
"Kamu mau ke mana?" tanya Cello pada Fara.
"Keluar, aku bosan," jawab Fara dengan santainya.
"Tidak bisa. Kamu tetap di sini," tegas Cello.
"Enak saja aku mau kembali ke rumahku. Bukankah nikahnya tidak hari ini? Lalu mau apa aku di sini?" tanya Fara dengan nada tinggi.
Cello mencekal tangannya. "Kamu tidak boleh pergi selama kamu berhutang padaku," ancam Cello.
Fara menghempaskan tangan laki-laki tampan itu. "Aku berhutang pada orang lain tapi anda menawarkan diri untuk membayarkan hutangku. Lagi pula anda belum membayar hutangku pada mereka."
"Tapi mereka akan menagih ke sini karena aku yang membuat janji."
"Jangan membuat janji jika ragu untuk menunaikannya," balas Fara dengan menatap tajam pada laki-laki bertubuh atletis itu.
"Tidak pernah ada yang berani padaku selama ini," gerutu Cello di dalam hatinya geram. Dia mencengkeram kuat pergelangan tangan Fara hingga gadis itu meringis kesakitan.
Sesaat kemudian Cello menyadari kesalahannya lalu melepas cengkeraman tangannya. Fara meneteskan air mata. "Aku tidak tahu bagaimana hidupku nanti jika aku jadi menikah dengannya. Dia sangat kasar pada wanita."
Cello berbalik badan lalu mengambil surat perjanjian yang harus ditandatangani Fara. "Tanda tangan di sini," tunjuk Cello.
"Apa ini?" tanya Fara.
"Baca! Kamu tahu huruf kan?" ledek Cello. Fara mengerucutkan bibirnya. Cello tak sengaja melihat bibir warna pink milik gadis belasan tahun itu yang tiba-tiba menggoda di matanya. Tapi sesaat kemudian dia menggeleng cepat untuk mengusir pikirannya.
"Menikah hanya sampai 100 hari? Anda waras? Setelah itu aku akan jadi janda?" Fara membuang kertas itu.
Cello tersenyum miring. "Aku saja tidak masalah jika harus menjadi duda kenapa kamu seheboh itu?"
"Anda laki-laki yang mapan, tampan bahkan tak ada cacat sedikitpun. Sedangkan aku hanya wanita miskin jika harus menjanda di usiaku yang belum genap dua puluh tahun apa nanti akan ada yang mau menikahiku setelah dirimu?" tanyanya dengan wajah sendu.
Fara sadar dia bukan gadis yang pantas memikirkan masa depan, tapi dia hanya ingin Cello merasa kasian padanya. Tidak ada yang bisa dijadikan tempat bersandar saat ini. Fara hanya tidak ingin hidup kesepian selama hidupnya.
"Ah, kenapa dia mengiba padaku. Tidak aku bukan orang yang mau melanjutkan hidup dengan gadis bermasalah seperti dia. Pasti ada gadis baik yang sedang menungguku di luar sana," pikir Cello dengan percaya diri.
"Itu bukan masalahku. Saat ini aku hanya butuh status. Aku bersedia membayar hutangmu agar kamu mau menikah denganku. Kamu pikir akan dapat uang dari mana untuk membayar hutang sepuluh miliar itu?"
Dada Cello naik turun saat mengatakan itu. Fara menjadi sesak nafas karena menahan tangis. Dia memang sering dibentak dan disakiti oleh ibu dan adik tirinya. Namun, tak pernah ada orang lain yang baru kenal membentak dia sekasar ini. Air mata Fara lolos begitu saja tanpa bisa dicegah.
"Waktu itu aku sudah bilang lepaskan aku. Aku tidak memintamu membayar hutangku. Tapi kamu memaksa. Apa ini salahku?" tanya Fara dengan nada bergetar.
Cello tidak mau berdebat dengan gadis itu lagi. Dia pun mengambil tinta dan menarik jempol Fara kemudian membubuhkan cap jarinya di atas materai. Fara tidak bisa apa-apa lagi. Dia sudah terikat kontrak dengan Cello.
"Aku tidak suka basa-basi. Apa yang aku inginkan selalu bisa ku dapatkan. Jadi jangan coba kabur lagi dariku. Ingat kamu terikat kontrak denganku," ancam Cello sambil mengangkat selembar kertas yang dia pegang.
Fara tak menjawab. Hidupnya sudah hancur dia bagai bangkai tak bernyawa. Hidupnya kini ada di tangan Cello, calon suaminya.
"Akan ku siapkan tempat tinggal untukmu. Jadi jangan berpikir untuk kabur. Ingat aku tidak akan segan-segan melukai wanita," ancam Cello.
Setelah itu dia memanggil Anwar. "Cari tempat tinggal sementara untuknya. Dia tidak boleh pergi sampai hari pernikahan kami tiba," perintah Cello pada bawahannya. Anwar mengangguk paham. Dia pun meminta Fara mengikutinya.
Fara hanya bisa menurut. Dia berjalan mengikuti Anwar. Anwar merasa kasian pada Fara. Kalau dilihat-lihat gadis itu lumayan cantik.
"Aku sebenarnya kepo mengenai awal perkenalanmu dengan atasanku. Apa aku boleh tahu?" tanya Anwar saat berada di dalam mobil.
"Tidak ada yang istimewa. Apa dia selalu berbuat kasar pada orang lain?" tanya Fara penasaran.
Anwar tersenyum. "Tidak, dia tidak pernah kasar pada orang lain."
"Lalu kenapa dia sangat kejam padaku?" tanya Fara tidak mengerti.
"Aku justru melihat dia sangat perhatian padamu."
"Perhatian dari mana?" gerutu Fara kesal jika mengingat perlakuan Cello padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
gulla li
Nasib bawahan 😂
2023-02-05
1
Nirwana Asri
ya ampun patah bgt
2023-02-05
0
🎤ImaEdg🎧
resleting? 🤔
2023-02-05
0