Bab 10

Cello mengusap rambutnya dengan handuk ketika baru keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba dia memikirkan Fara. "Sedang apa dia? Apa dia akan menungguku?" gumam Cello seorang diri.

Pikirannya tidak tenang meninggalkan Fara sendirian di apartemen. "Jangan-jangan dia berusaha kabur lagi." Cello buru-buru ganti baju lalu dia menyambar kunci mobilnya. Dia berjalan menuju ke mobil dengan segala pikiran buruknya.

"Cello mau ke mana kamu?" tanya Cindy pada putra sulungnya.

"Keluar, Ma. Jangan menungguku aku akan tidur di apartemen," ucapnya sebelum pergi.

Cindy menatap curiga pada putranya itu. "Apa dia menyembunyikan Fara di apartemen? Tapi apartemen yang mana?" gumam Cindy penasaran.

Cello mengendarai mobil sport miliknya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama Cello sampai di depan gedung apartemen tempat Fara tinggal. Namun, dia melihat Fara sedang bersenda gurau dengan pemuda yang dia jumpai tadi pagi.

Cello mencengkeram kemudi mobilnya. "Dasar cewek bandel. Dibilangin jangan kelayapan juga," gerutu Cello yang tidak suka melihat Fara dekat dengan laki-laki lain.

Cello turun dari mobilnya. Fara panik ketika melihat Cello berjalan mendekat. "Gawat," ucapnya.

Tangan Fara sangat dingin karena takut Cello akan mengamuk. Fara pun berdiri ketika Cello makin mendekat. "Rendy pergi dari sini," usir Fara. Dia tidak mau Rendy melihat kemurkaan Cello.

Rendy tak mengerti kenapa Fara begitu takut dengan laki-laki dewasa itu. Sebenarnya dia penasaran dengan hubungan mereka tapi dia tidak akan mendesak Fara untuk bercerita. Rendy pun menuruti kemauan gadis itu.

"Sudah aku bilang berapa kali kalau jangan keluar seorang diri. Kamu mau kabur dariku setelah aku membayar semua hutangmu?" tuduh Cello.

Fara memejamkan matanya sambil mengatur nafas. "Aku bukan orang yang tidak tahu balas budi, aku sadar jika aku hanya seorang tawanan jadi jangan khawatir aku tidak akan kabur tanpa membalas apa yang sudah kamu berikan padaku," balas Fara.

Gadis itu berjalan lebih dulu ke unit apartemennya. Cello mengikuti dari belakang. Ada rasa bersalah pada dirinya. "Apa aku keterlaluan?" batin Cello.

Fara sebenarnya ingin menangis tapi dia mencoba mangan air matanya. Kedua sejoli itu diam saja ketika berada di dalam satu lift. "Kamu mendadak bisu?" ledek Cello.

Fara hanya melirik lalu dia kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Cello mendorong Fara lalu menghimpit dengan kedua tangannya yang ditempelkan ke dinding.

Jantung Fara berdegup kencang. Dia takut Cello akan menciumnya jadi Fara memalingkan wajahnya. "Tatap aku!" Cello memaksa Fara dengan mencengkram dagunya.

"Aku akan mempercepat pernikahan kita besok," tegasnya.

Air mata Fara lolos begitu saja. Namun, dia menangis tanpa suara. Cello perlahan melepas cengkeraman tangannya. Dia memalingkan wajah agar tidak merasa iba pada gadis itu.

Cello keluar lebih dulu ketika pintu lift terbuka. Dia membuka pintu unit apartemen miliknya. Lalu dia menunggu Fara masuk lebih dulu.

Fara berjalan gontai. Dia duduk di sofa panjang lalu menangis tersedu-sedu. "Kamu tidak usah drama. Bukankah kita sudah sepakat untuk bersimbiosis?"

"Ya aku tahu," jawab Fara lirih. Dia mengusap air matanya dengan kasar.

"Lalu kenapa menangis?" tanya Cello.

"Aku hanya sedih karena tidak akan ada anggota keluargaku yang akan menghadiri pernikahanku besok," jawaban Fara membuat Cello tercengang.

"Apa dia rindu pada orang tuanya yang sudah meninggal?" tanya Cello dalam hati.

Cello membuka sweater yang dia kenakan. "Kamu mau apa?" tanya Fara sambil menutup dadanya dengan kedua tangan.

"Aku tidak berselera dengan gadis kurus sepertimu." Cello duduk di depan Fara. "Jangan berharap pernikahan mewah. Besok hanya ada keluarga dekatmu dan penghulu, saksi dan wali hakim yang akan menghadiri pernikahan kita."

"Aku tahu."

Cello berdiri. "Tidurlah aku tidak akan kembali ke rumah."

Fara melotot tak percaya. Dia akan tidur di mana kalau kamar hanya satu. "Aku ambil bantal dulu lalu aku akan tidur di sini," kata Fara. Dia hendak berlalu tapi Cello menahannya.

"Tidurlah di kamar!" pinta Cello. Fara tak kuasa menolak Cello. Dia trauma dan khawatir Cello akan marah padanya. Fara mengangguk dengan terpaksa.

Gadis itu hanya berdiri di kamar. Cello naik ke atas ranjang lebih dulu. "Naik!" perintah Cello sambil menepuk sisi ranjangnya yang kosong.

Fara ragu tapi dia mendekat. "Semoga tidak terjadi apa-apa malam ini? Aku masih belum siap melepas keperawananku," gumamnya dalam hati.

Fara baik dengan perlahan. "Tidurlah, aku tidak akan pulang malam ini."

Fara berbaring seraya menaikkan selimutnya. Cello menahan tawa. Dia gemas sekali melihat tingkah Fara yang lucu di matanya hingga membuat Cello tak berhenti mengerjainya.

Namun, Cello berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menyentuh gadis itu. Dia akan menceraikan Fara setelah seratus hari pernikahan. Jadi dia tidak perlu meninggalkan benihnya di rahim Fara, pikir Cello.

Fara sudah terlelap lebih dulu. Cello memandang wajah damai gadis itu. "Kalau diperhatikan dia manis juga," gumam Cello.

Pandangannya beralih ke bibir Fara yang berwarna pink alami. Cello mendadak gerah. Dia pun turun lalu mencuci mukanya di toilet. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak." Cello berusaha menyadarkan pikirannya.

Hari semakin larut Cello berniat tidur di sofa tapi dia tidak bisa leluasa karena terlalu sempit. Cello yang setengah mengantuk berpindah ke tempat tidurnya. Dia lupa kalau Fara juga tidur di sana.

Keesokan harinya Fara merasakan sesuatu yang berat sedang melingkar di perutnya. Fara hampir menjerit ketika melihat Cello memeluknya dengan erat. Tapi dia menahan mulutnya.

Tanpa diduga seseorang masuk ke kamarnya tanpa permisi. "Cello," teriak Cindy murka. Dadanya bergemuruh melihat putranya tidur satu ranjang dengan wanita yang dia gadang menjadi calon istrinya.

Cello bangun dengan terpaksa. Dia memaksa matanya terbuka. "Mama, dari mana mama tahu aku tidur di sini?" Cello malah sibuk bertanya.

Cindy menjewer telinga anak sulungnya itu. "Ma, Aw sakit Ma. Lepas Ma," rengek Cello.

Fara menahan tawa. Tapi dia menunduk ketika melihat tatapan tajam dari Cindy. "Kamu juga keluar, aku ingin berbicara pada kalian berdua."

Fara pun turun dari tempat tidurnya. Dia berjalan keluar mengikuti wanita yang akan menjadi ibu mertuanya sebentar lagi.

Apakah Cindy akan menghukum mereka? Apa hukuman yang akan diterima Cello dan Fara yang ketahuan tidur bareng?

...****...

Sambil nunggu up mampir dulu ke novel yang satu ini jangan lupa like komen dan subscribe

Terpopuler

Comments

Endank Susilowaty

Endank Susilowaty

hukumannya ebak cello pasti di srh kawin cepat

2023-02-12

1

Nanik Puspita

Nanik Puspita

kapok mu kapan Cello, gengsi lho gedein awas nanti kalau bucin 🤪🤪🤪🤪

2023-01-10

1

Warini Blitar

Warini Blitar

kapok kamu cello.... dinikahkan dan dituntut untuk kasih cucu secepatnya

2023-01-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!