"Mau apa kamu?" tanya Fara yang ketakutan. Laki-laki itu tidak menjawab hanya ingin menekan tombol yang ada di lift.
"Mau turun lantai berapa?" tanyanya.
Fara pun menurunkan tangannya yang berada di depan dadanya. "Lantai dasar," jawab Fara.
Kemudian pria tampan itu menekan tombol lift agar pintu segera menutup. "Terima kasih," ucap Fara dengan ragu. Laki-laki itu meliriknya.
"Kamu penghuni baru ya di sini?" tanya pria muda yang memakai ransel dan berpenampilan sporty itu.
Fara mengangkat kedua alisnya. "Iya, tinggal di sini juga?" tanya Fara sok akrab.
"Iya, di lantai tujuh," jawabnya. Setelah itu dia mengulurkan tangan. "Aku Rendy," ucapnya memperkenalkan diri.
"Fara," balas gadis itu. Rendy tersenyum ternyata sangat mudah mengajak gadis itu berkenalan.
"Kamu mau ke mana? Biar aku antar." Rendy menawarkan tumpangan.
"Belum tahu, mau cari makan aja," jawabnya santai.
Rendy menarik tangan Fara. "Aku tahu tempat makan yang enak." Fara terkejut tapi dia ikut ke mana Rendy akan mengajaknya pergi.
Rendy memberikan helm pada Fara. "Pakai!" Fara ragu menerimanya. Dia melihat ke bawah. Rendy yang peka langsung melepas jaketnya.
"Nih, buat nutupin pahamu biar nggak sedekah paha," tunjuk Rendy dengan matanya. Fara pun menerimanya. Meskipun rok yang dipakai berada di bawah lutut tapi tetap saja kalau dibuat naik motor pahanya akan kelihatan.
Setelah itu Fara memakai helm. Tapi dia lupa mengunci pengaitnya. Rendy yang melihat itu langsung menggunakan tangannya untuk mengunci helm yang dipakai oleh Fara. "Makasih," ucap Fara malu-malu.
Rendy menaiki motor sport warna merah miliknya. "Ayo naik!" Ucapnya pada Fara. Fara pun mengikuti perintahnya. Tak lupa dia memasang jaket milik Rendy untuk menutup bagian pahanya.
Rendy menarik tangan Fara agar berpegangan padanya. Fara terkejut dia merasa canggung. "Pegangan biar nggak jatuh," ucapnya santai.
Rendy pun menutup helm full face miliknya lalu menyalakan mesin motornya. Laki-laki itu menaiki motor dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Fara mau tak mau memeluk tubuh Rendy. Rendy mengulas senyum kecil.
Lima belas menit kemudian motor Rendy memasuki area kampus. "Mau sampai kapan kamu meluk aku kaya gini?" Ucapan Rendy membuat Fara melepas tangannya.
Gadis itu turun lalu membuka helm yang dia kenakan. "Kita di mana? Kok ramai banget sih?" tanya Fara dengan polos.
Rendy melepas helm full face yang dia kenakan. "Kita di area kampus," jawab Rendy.
"Hah, ngapain kita di sini? Aku kan mau cari sarapan," protes Fara.
"Di sini ada kantin ayo ikut!" Rendy menarik tangan Fara tanpa meminta izin.
"Woi, Ren," panggil teman Rendy. Redy pun berjalan mendekat ke arah teman-temannya.
"Hai, bro." Rendy bertos ria dengan teman-temannya.
"Siapa dia?" tanya salah satu teman Rendy.
"Dia pacarku," ucap Rendy sambil merangkul Fara. Fara terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rendy dengan asal.
"Ihk, apaan sih." Fara menginjak kaki Rendy lalu pergi. Rendy mengejar Fara.
"Fara, tunggu!" teriak Rendy tapi tak dihiraukan oleh Fara. "Gadis itu masih berjalan tanpa menoleh ke arah Rendy. "Kamu mau ke mana? Aku beliin sarapan yok di kantin," bujuk Rendy.
"Nggak mau," jawab Fara dengan ketus.
Rendy berjalan mundur di depan Fara. "Fara, aku minta maaf kalau kamu tersinggung saat aku kenalin ke mereka sebagai pacar. Ayolah Far, jangan ngambek. Maafin aku pliss." Mohon Rendy sambil menempelkan kedua telapak tangannya.
Fara mengentikan langkahnya ketika perutnya berbunyi. Dia memegangi perutnya yang lapar. Rendy mengulas senyum. "Aku traktir bubur ayam mau nggak?" tanya Rendy ketika melihat orang berjualan bubur ayam di luar kampus.
Fara langsung tersenyum lebar. "2 porsi," tawar Fara.
"Kamu kecil-kecil makannya banyak juga." Rendy mengacak kepala gadis itu. Jantung Fara berdebar kencang. "Ayo!" Rendy merangkul bahu gadis yang tengah mematung di tempatnya itu.
Di saat yang bersamaan, Anwar melihat seorang gadis yang dia kenal berada di pinggir jalan. "Bos, bukannya itu Fara?"
Cello mengalihkan pandangannya ke luar ketika mendengar ucapan Anwar. "Berhenti!" Anwar langsung mengerem secara mendadak.
Cello berjalan dengan langkah cepat ke arah Fara. Saat itu, Fara sedang enak-enaknya makan tapi Cello tiba-tiba menarik tangannya.
Fara mendongak dan terkejut ketika melihat Cello memergoki dirinya tengah berada di luar.
"Dia siapa, Far?" tanya Rendy.
"Harusnya aku yang bertanya padamu. Kamu siapa? Kenapa kamu bisa bersama Fara?" tanya Cello.
"Om, jangan salahin dia. Aku yang pengen keluar," ucap Fara membela Rendy. Cello memberi tatapan tajam pada Fara. Sedangkan Rendy begitu penasaran akan hubungan Fara dan laki-laki dewasa yang berpakaian rapi itu.
"Ayo pulang!" titah Cello pada Fara. Fara tidak mau melawan Cello. Dia pun ikut masuk ke dalam mobil. Rendy hanya bisa menatap kepergian Fara.
"Kamu benar-benar bandel. Sudah aku bilang kamu tidak boleh pergi ke mana-mana."
"Aku lapar. Apa tidak boleh aku mencari sarapan?" bantah Fara.
"Mencari sarapan sampai sejauh itu? Apa dia pacar kamu?" tanya Cello. Di seolah tidak suka ketika Fara dekat-dekat dengan laki-laki lain.
"Bukan, hanya teman yang tak sengaja makan di tempat yang sama," bohong Fara.
"Jangan asal kenalan sama laki-laki. Sekarang ini banyak yang berniat jahat." Cello tak menyadari kalau Fara akan membalik ucapannya.
"Benar sekali. Apalagi terhadap laki-laki yang tiba-tiba menawari menikah," sindir Fara. Fara dan Cello sama-sama membuang muka.
Anwar yang mendengar perdebatan mereka diam-diam menahan tawa. Baru kali ini dia melihat bosnya itu tampak kekanak-kanakan.
Tak lama kemudian mobil Cello memasuki area hotel tempatnya bekerja. Cello mengajak Fara ikut bersamanya. "Ngapain kita ke sini?" tanya Fara bingung.
"Bukankah kamu ingin melunasi hutangmu?" Fara hanya diam saat mendengar ucapan Cello.
Cello duduk di sebuah meja. Dia tampak menunggu seseorang. Kemudian dari kejauhan tampak seseorang yang Fara kenal mendekat ke arahnya. Fara membulatkan mata ketika bos rentenir semakin dekat dengannya. "Gawat!"
Fara terlihat panik. "Stop! Duduk saja yang tenang!" titah Cello pada gadis itu.
Bos rentenir itu tersenyum miring ketika melihat Fara. Kemudian dia duduk di hadapan Cello. "Kita langsung ke intinya saja," ucapnya pada Cello.
Cello pun mengerti maksud orang itu. Dia memberikan kode pada Anwar. Setelah itu Anwar meletakkan sebuah koper di atas meja. "Jumlahnya ada 10 miliar seperti yang kamu minta," ucap Cello memberi tahu.
Bos rentenir itu mengecek isi tas koper tersebut. "Baik, aku terima uang ini."
Cello menahan tangan bos rentenir itu agar tidak membawa kabur uangnya dengan cuma-cuma. "Tidak semudah itu. Kamu harus menandatangani surat perjanjian dulu."
"Perjanjian apa?" tanya pria itu dengan nada tinggi. Dia tak terima saat Cello melarangnya membawa pulang uang itu.
"Kamu tidak boleh lagi mengganggu dia. Itu isi surat perjanjiannya," ungkap Cello. Bos rentenir itu mengulas senyum.
Apakah rentenir itu akan menandatangani surat perjanjian itu sesuai permintaan Cello? Atau dia akan menolaknya?
Bonus Visual
Cello Genandra Felix, 27 tahun
Faraya Adisti 19 tahun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments