DSDM-Bab 18

Sungguh Arga sangat ingin mencari tau siapa ibu dari anak bernama Ghazi, mungkin saja wanita itu yang tidur dengannya empat tahun yang lalu.

"Arina" jawab Ghazi

"Kenapa Om bertanya nama Mommy, apa Om adalah Daddy ku ?"

Arga langsung terdiam, mungkin saja ucapan Ghazi ada benarnya kalau dirinya ternyata Ayah kandung dari anak itu.

"Iya, sekarang kamu ikut Om ya !" ajak Arga.

"Kemana ?"

"Nanti kamu akan tau".

"Tapi aku harus izin dulu sama Tante Bunga dan Om Pandu"

"Tidak perlu nak, biar Om ini yang akan memberi tahu mereka" tunjuk Arga pada Rafan.

Arga langsung menggendong tubuh Ghazi, kemudian membawanya keluar melewati jalan lain. Sementara Rafan menyusul melewati pintu lain, ia membukakan pintu mobil untuk Arga dan juga Ghazi.

Sepanjang perjalanan banyak pertanyaan yang terus Arga lontarkan, Ghazi dengan sabar menjawab pertanyaan Arga, anak itu juga merasa nyaman berada di pangkuan Arga.

Tidak berapa lama Ghazi tertidur, Arga terus mengelus kening Ghazi dengan gerakan lembut. Padahal selama ini Arga tidak pernah dekat dengan anak-anak, namun saat melihat Ghazi tadi ia seolah melihat dirinya sendiri.

"Kita mau kemana tuan ?" tanya Rafan

"Villa" jawab Arga "Dan satu lagi lakukan tes DNA antara aku dan Ghazi, aku ingin mengetahui kebenarannya dengan cepat" pinta Arga

"Baik tuan"

*

*

*

Setelah makanan telah di hidangkan di meja makan, Bunga berdiri hendak memanggil Ghazi.

"Aku jemput Zi dulu ya mas, dia kan belum makan" ucap Bunga.

"Iya aku tunggu disini" balas Pandu.

Bunga berjalan menuju pusat bermain, matanya mengamati area itu dengan seksama, mencari Ghazi di kerumunan anak-anak yang berlari kesana kemari.

Detak jantung Bunga begitu kencang saat matanya tidak bisa menemukan Ghazi di kerumunan. Tapi Bunga berusaha menepis pikiran negatifnya dan terus mencari Ghazi.

"Maaf Bu cari siapa ?" seorang satpam mendekat, mengagetkan Bunga yang saat itu tengah fokus mencari Ghazi.

"Saya mencari keponakan saya pak"

"Sebutkan ciri-cirinya Bu, biar saya ikut cari kesana"

"Anak nya tinggi, kulitnya putih dan rambutnya berwarna sedikit kemerahan" jelas Bunga "Oh ya satu lagi dia memiliki mata berwarna cokelat"

Satpam itu terdiam sejenak, kemudian ia ingat sesuatu "Oh anak itu, tadi dia izin ke toilet. Mungkin dia belum kembali"

"Bapak yakin ?" tanya Bunga, ia takut Satpam itu salah.

"Tentu saja bu"

"Ya sudah makasih pak"

Bunga langsung menuju toilet, ia harus menahan malu saat memasuki toilet khusus pria. Satu persatu pintu toilet Bunga dorong dengan pelan sehingga pintu itu terbuka.

"Zi...." panggil Bunga di depan pintu terakhir.

"Kamu di dalam kan nak ?"

Pintu pun terbuka, dan keadaannya kosong. Tidak ada Ghazi disana membuat air mata Bunga menetes begitu saja. Pikiran negatif kembali menyerang otaknya ia takut telah terjadi sesuatu pada Ghazi.

Jika itu benar, apa yang harus ia katakan pada Arina. Sahabatnya itu pasti akan sangat marah padanya karena lalai menjaga Ghazi.

Tanpa pikir panjang Bunga kembali ke meja makan dimana Pandu masih menunggu, melihat wajah pucat Bunga serta lelehan air mata di pipi wanita itu, membuat Pandu heran.

"Ada apa ? kenapa kamu menangis ?" tanya Pandu

"Zi gak ada disana, aku udah cari"

"Apa maksud kamu dek ? Ghazi di pusat bermain"

"Tidak ada mas, kata satpam tadi Ghazi ke toilet tapi pas aku susulin dia gak ada"

Perasaan Pandu langsung tak karuan, dengan langka panjang Pandu mendekati pusat bermain. Ia pun mendapatkan info yang sama kalau Ghazi ke toilet.

"Gak ada kan ? bagaimana ini ? Arin pasti sangat marah padaku" ucap Bunga.

"Tenang dulu, kita cari dulu"

"Ini gara-gara kamu mas, coba tadi kita temenin dulu Zi didalam sana, pasti semua ini tidak akan terjadi"

Kepala Pandu semakin pusing, ia mengaku salah, demi bisa berduaan dengan Bunga ia membiarkan Ghazi bermain sendiri padahal ia tau kalau Ghazi belum punya teman.

"Pak, dimana bagian CCTV saya ingin mengejek kejadian beberapa menit yang lalu, mungkin saya bisa menemukan dimana Ghazi"

"Silahkan ikut saya mas"

Pandu mengikuti langka kaki Satpam itu, sementara Bunga kembali mencari Ghazi, ia bahkan kembali ke toilet dan berharap Ghazi ada disana.

Semua tempat sudah Bunga datangi namun Ghazi tidak ada dimanapun. Ketakutannya semakin besar.

"Arin pasti akan sangat membenciku" gumam Bunga.

Tidak berapa lama Pandu berjalan dengan langkah berat ke arahnya. Wajah pria itu menampakan kekhawatiran yang besar.

"Bagaimana ? apa mas mendapatkan sesuatu ?" tanya Bunga.

"Zi di bawah seseorang"

"Apa" pekik Bunga.

Tangis Bunga langsung pecah saat mendengar kalau Ghazi di bawah seseorang. Entah akan seperti apa kemarahan Arina nanti. Tapi Bunga berharap Ghazi akan baik-baik saja.

"Lalu apa yang harus kita lakukan mas ? Arin pasti akan membenciku ?"

"Tenanglah ! aku akan berusaha melacak mobil orang itu"

"Lakukan sekarang mas ! temukan Ghazi"

Dan entah dengan cara apa Bunga harus memberi tahu Arina kalau Ghazi menghilang. Ia tak punya keberanian sekarang, bahkan Bunga ingin mematikan ponselnya supaya Arina tidak menghubunginya dan menanyakan soal Ghazi.

Pandu membawa Bunga kembali ke meja makan, walau dalam keadaan panik tapi Pandu tetap berusaha berpikiran jernih, ia tidak ingin kacau sehingga tidak bisa menemukan ide untuk menemukan Ghazi.

Saat pikirannya sedang kacau, ponsel Pandu berdering, pria itu mengernyit heran saat melihat nama Arga disana. Sudah empat tahun lebih pria itu tidak pernah menghubungi Pandu.

"Halo Pandu, apa kau masih ingat denganku ?". tanya Arga di seberang sana.

"Tentu saja Tuan, bagaimana mungkin saya akan melupakan Tuan" jawab Pandu.

"Baguslah kalau begitu ! saya butuh bantuan kamu saat ini, bisakah kamu membantuku ?"

"Apapun akan saya lakukan untuk anda tuan" jawab Pandu, ia semakin heran bantuan apa yang Arga inginkan padahal setahu Pandu, kalau Arga masih di luar negeri.

"Datang ke Villa ku malam ini !"

"Baik tuan"

Panggilan pun terputus, Bunga menatap wajah Pandu dengan intens.

"Siapa mas ?" tanya Bunga.

"Tuan Arga" jawab Pandu. "Aku harus ke Villa tuan Arga malam ini, dia membutuhkan bantuan ku"

"Lalu bagaimana dengan Ghazi ?"

"Nanti aku akan cari dia, kamu tenang saja"

Bagaimana mungkin Bunga akan tenang saat Ghazi belum di temukan. Ia semakin takut jika Ghazi kenapa-napa sehingga Arina tidak akan memaafkan dirinya.

"Lalu apa yang harus aku jelaskan dengan Arin ?"

"Biar aku yang jelaskan dek !"

Pandu berdiri dan berjalan untuk membayar makanan mereka yang belum di sentuh sedikitpun, kehilangan Ghazi membuat naf-su makan mereka habis. Rasa lapar berganti dengan rasa kenyang.

Terpopuler

Comments

AD 812

AD 812

arga sudah 4tahun di aluar negeri... teris siapa yg dilihat arina saat baru kerja yang mirip ghazi../Gosh/???

2024-02-07

1

Wirda Lubis

Wirda Lubis

si Arga langsung bawa saja

2024-01-04

0

Miya Wibowo

Miya Wibowo

Arga kemploo kiiii angger gowo ank wae gk ijin sek garI bingung

2024-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!