Entah untuk alasan apa sampai Arina pergi dan hanya meninggalkan pesan yang tidak masuk akal. Padahal selama ini Bunga dan Ibunya sudah memperlakukan Arina dengan baik.
Kejadian ini membuat Bu Jumini bertanya-tanya pada diri sendiri. Mungkinkah ia sudah melukai perasaan Arina, atau wanita itu merasa tidak nyaman tinggal di rumah kecil ini. Sehingga Arina memilih untuk pergi.
"Kenapa Arin sampai ninggalin kita ya bu ? apa Arin tidak betah tinggal sama kita" ucap Bunga dengan suara tersedat. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya.
Bu Jumini memeluk tubuh putrinya dengan erat, ia juga tidak menyangka kalau Arina akan pergi seperti ini.
"Ibu tidak tau kenapa Arin pergi nak, tapi semoga saja dimanapun dia berada, Arin selalu mendapatkan lindungan dari yang maha kuasa"
"Aamiin"
Mungkin hanya itulah yang dapat Bunga dan Bu Jumini lakukan. Mendokan Arina semoga di jauhkan dari marabahaya.
"Kira-kira kemana Arin pergi ? apa dia pulang kerumahnya ?" Bunga melepaskan diri dari pelukan sang ibu, menatap wajah Bu Jumini dengan lekat.
"Ibu sendiri tidak tahu nak, tapi semoga saja Arin pulang kerumahnya"
*
*
*
Empat Tahun Kemudian.....
Seorang wanita cantik yang memakai kemeja panjang berwarna biru muda di padukan dengan celana jeans warna hitam keluar dari bandara. Kaca mata hitam masih melekat di wajahnya. Sementara rambut panjangnya melayang di tiup angin.
Satu tangannya membawa koper, sementara tangan satunya menggandeng seorang bocah tampan. Arina menatap sekeliling kota kelahiran nya itu, tidak ada yang berbeda semuanya masih sama seperti ia meninggalkan kota ini empat tahun yang lalu.
Suhu udara masih terasa panas, dan suasana Bandara masih ramai. Sepertinya memang tidak ada yang berubah.
Saat ini Arina bukan lagi seperti dulu, ia menjadi sosok wanita yang kuat dan tegar. Ia tidak ingin seperti Arina empat tahun yang lalu.
"Mommy apa kita akan bertemu Daddy ?" tanya bocah tampan itu.
Arina menghentikan langkahnya, kemudian tersenyum ke arah putranya yang sangat menggemaskan itu.
"Kita berdoa saja semoga Daddy ada di kota ini" balas Arina. Walau hatinya terasa perih saat mengatakan hal serupa. Karena sampai detik ini pun ia belum mengetahui siapa pria yang tidur dengan nya malam itu.
"Zi lelah Mom, Zi haus"
Arina kembali tersenyum "Sabar ya sayang"
Tidak ingin melihat anaknya kelelahan akhirnya Arina menggendong putranya. Sepanjang perjalanan menuju taksi banyak orang-orang yang merasa gemas dengan anak itu, bahkan ada yang dengan terang-terangan mencium kedua pipi Ghazi.
"Pasti Ayahmu sangat tampan sehingga kau begitu tampan seperti ini" ucap seorang wanita yang sengaja menghentikan langkahnya untuk menatap wajah Ghazi.
"Terima kasih" balas Arina menanggapi.
Wanita itu mengangguk sembari tersenyum, kemudian berlalu pergi dari hadapan Arina dan Ghazi.
" Mom apa ini kota tempat kita tinggal sekarang ?" tanya Ghazi.
"Iya sayang" jawab Arina sambil memanggil taksi yang lewat di hadapan mereka.
Arina membawa putranya memasuki taksi itu, kemudian menyebutkan alamat yang akan mereka datangi. Tujuan Arina adalah rumah Bunga. Ia ingin menjelaskan semuanya kenapa ia pergi tanpa pamit empat tahun yang lalu.
"Kira-kira Bunga dan Bu Jumini apa masih akan menerima ku setelah apa yang telah aku lakukan ?" batin Arina. Ia mengelus rambut Ghazi yang bersandar di dadanya.
*
*
*
Saat mendengar suara mobil berhenti tepat di rumahnya, Bunga langsung berdiri dan mengintip di cela kaca jendela. Alisnya mengkerut saat melihat seorang anak laki-laki yang sangat tampan turun dari mobil taksi itu.
Sesaat Bunga menjadi kagum dengan ketampanan anak itu, tapi Bunga masih bertanya-tanya anak siapa itu, karena saat melihat wajahnya sekali lintas ia seperti mengingat seseorang .
Bu Jumini yang melihat Bunga tengah mengintip menjadi heran, kalau memang penasaran kenapa tidak keluar saja begitu pikir bu Jumini.
"Kamu sedang apa Nga ?" tanya Bu Jumini
Namun Bunga tak menjawab, karena kini ia sedang di kejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang sangat ia kenal.
"Arina" pekik Bunga kaget.
Bu Jumini pun ikut terkejut mendengar jeritan Bunga, karena penasaran wanita paruh baya itu ikut mengintip di kaca jendela. Dan benar saja itu adalah Arina, wanita yang pergi empat tahun yang lalu. Dengan cepat Bu Jumini membuka pintu untuk menyambut kedatangan Arina.
Setelah membayar ongkos taksi, Arina menuntun anaknya untuk mendekati rumah sederhana itu..Kedua mata Arina langsung berkaca-kaca saat melihat bu Jumini tengah berdiri di ambang pintu sambil menatapnya.
"Ibu..." Arina berlari, melepaskan tangan mungil anaknya dan memeluk tubuh bu Jumini dengan erat.
"Aku sangat merindukan mu Bu" ucap Arina, setetes air mata mulai menetesi pipinya.
Bunga tersenyum, kemudian tatapan matanya teralih pada sosok bocah tampan yang sedang berdiri mematung sembari menatap ibunya. Bunga berjalan dan mendekati Ghazi.
"Hai ganteng" sapa Bunga
Ghazi menatap Bunga dengan intens "Apa kamu tante Bunga ?" tanyanya.
Bunga menjawab dengan anggukan kepala, senyum tulus terbit di bibir Bunga.
Arina melepaskan pelukannya, lalu menoleh ke arah Bunga dan juga Ghazi.
"Zi, ayo salim sama nenek juga" pinta Arina.
"Baik Mom"
Ghazi mendekat, lalu mencium punggung tangan bu Jumini.
"Masya Allah, siapa ini Arin ? dia tampan sekali" ucap Bu Jumini yang juga mengagumi ketampanan Ghazi.
"Nanti aku jelaskan bu" jawab Arina.
Bu Jumini segera membawa Ghazi masuk, sementara Arina membawa barang-barang di bantu oleh Bunga.
Setelah di ruang tamu, Ghazi duduk di pangkuan Bu Jumini. Anak itu terlihat sangat damai berada di dekat bu Jumini dan ini membuat Arina bahagia.
"Kamu pergi kemana Arin ?" tanya Bunga sangat penasaran, ia masih ingat pesan yang dulu Arina kirim, kalau Arina ingin menangkan diri untuk menjadi wanita kuat jadi Bunga tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.
"Aku pergi ke Amerika, maaf kalau aku pergi dengan cara yang salah. Saat itu aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi..Dan aku juga tau kalau kamu dan ibu tidak akan mengizinkan aku pergi. Makanya aku memutuskan mengirim pesan saja" jelas Arina
Setelah itu Bu Jumini dan Bunga tidak bertanya apa-apa lagi, karena saat ini ada Ghazi jadi mereka harus berhati-hati dalam berucap.
*
*
*
Malam harinya selesai makan malam, Arina membacakan dongeng untuk Ghazi seperti biasanya. Anak itu tidak akan bisa tidur jika tidak di bacakan dongeng.
Di ambang pintu Bunga berdiri sembari menatap Arina dan juga Ghazi, ia tidak menyangka kalau akan di pertemukan dengan Arina lagi.
"Aku tau dia anakmu Rin, walau kamu belum menceritakan nya padaku. Apa kejadian malam itu hingga membuat kamu hamil ?" tanya Bunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
max dju hega
di usir keluarga dan di miskinkan kok tiba2 bisa ke amrik??
2024-01-07
0
Wirda Lubis
arina pergi ke Amerika semoga cepat bertemu sama yang memperkosa arina
2024-01-04
1
Miya Wibowo
semoga di pertemukan dg og yg menghamili arina
2024-01-03
1