Mirza masih dalam keterkejutannya, ia tidak percaya kalau wanita yang saat ini di lihatnya adalah Arina. Banyak pertanyaan yang ada di benak Mirza saat ini, salah satunya dimanakah Arina selama ini.
Apalagi saat ini Arina terlihat sangat cantik dan begitu bahagia, wanita itu terus saja tertawa bersama teman-temannya.
"Maaf tuan, bisa ulangi sekali lagi pesanan anda" ucap seorang pelayan yang sedang mencatat pesanan makan siang mereka.
Mirza tak lagi fokus, semenjak melihat Arina pikirannya menjadi kacau. Penampilan Arina benar-benar berbeda sekarang padahal Mirza tau betul kalau dulu Arina tidak punya harta apapun lagi. Bahkan satu jarum saja tidak Carissa izinkan di bawah pergi oleh Arina.
"Kemana Arin selama ini ? dan dimana dia tinggal ?". batin Mirza masih menatap Arina.
Dulu berbulan-bulan Mirza mencari sosok Arina, namun tak kunjung menemukan. Sampai akhirnya Mirza menyudahi pencariannya.
"Dimana Arina mendapatkan uang, sampai bisa merubah penampilannya seperti ini, dia sangat cantik". kembali Mirza membatin.
Dan entah kenapa ada rasa bersalah yang teramat besar Mirza rasakan, hingga sebuah perasaan tiba-tiba muncul kalau saat ini ia mencintai Arina bukan Carissa.
"Kenapa sekarang aku baru sadar kalau Arina jauh lebih cantik dari Carissa ?"
Ingatan Mirza kembali pada empat tahun silam, bagaimana ia dengan kejinya menjebak Arina yang begitu tulus mencintainya. Rasa bersalah itu menjadi sangat besar sekarang. Mungkin untuk minta maaf saja sudah terlambat.
"Mirza, kenapa kamu seperti bingung ?" tanya Mama Hera pada putranya itu. Walaupun ia sendiri tau kalau sejak tadi Mirza tak mengalihkan tatapannya pada Arina.
Tidak berapa lama pelayan datang membawa pesanan mereka, Mama Hera mengucapkan terima kasih saat pelayan selesai menghidangkan makanan di atas meja.
"Berhentilah menatapnya Mirza ! ayo makan siang dulu !" ucap Mama Hera lagi.
Mirza mengalihkan tatapannya pada sang Mama, namun beberapa detik kemudian Mirza kembali menatap Arina.
"Kenapa Arin cantik sekali ya Ma ?" tanya Mirza dengan pelan.
Mama Hera menarik napas panjang, entah jawaban apa yang harus ia katakan..Memang di akui oleh Mama Hera kalau saat ini Arina jauh lebih cantik dari sebelumnya.
*
*
*
Arina baru saja selesai dengan makan siangnya, sejak tadi ia mengamati interaksi dari Dokter Pandu dan juga Bunga.
Dokter Pandu terang-terangan memberi perhatian pada Bunga, namun sikap Bunga yang malu-malu membuat Arina merasa lucu. Ia akan sangat bahagia jika dokter Pandu bisa bersama dengan Bunga.
"Kalian tunggu disini aku akan bayar dulu" ucap dokter Pandu sembari berdiri dari duduknya.
"Ini uang ku" Bunga mengulurkan dua lembar uang kertas berwarna merah pada dokter Pandu.
"Simpan saja ! ini aku yang bayar" tolak dokter Pandu.
"Tapi....."
Ucapan Bunga harus menggantung di udara karena sekarang dokter Pandu sudah melesat pergi. Membuat wanita itu menarik kembali tangannya dan memasukan uang itu kedalam tasnya.
"Habis ini temenin aku beli mobil ya" ucap Arina.
"Iya, pokoknya kemanapun kamu pergi aku akan temenin" balas Bunga.
"Tapi Ibu gak papa kan jagain Ghazi lagi, takutnya ibu capek"
"Tidak apa-apa Rin, ibu pasti senang bisa main sama Ghazi"
"Ya sudah yuk keluar, kita tunggu dokter Pandu di luar saja"
Bunga mengangguk sebagai jawaban, saat Arina hendak berdiri tiba-tiba matanya menatap Mirza, seketika tubuh Arina membeku dan ingatan empat tahun silam muncul lagi di ingatannya.
"Hai, Rin" sapa Mirza sembari tersenyum, Arina menyipitkan sebelah matanya sementara Bunga menatap Mirza dan Arina bergantian.
"Anda siapa ?" tanya Arina, ia pura-pura tidak mengenal Mirza dan itu membuat Mirza sangat malu. Apalagi beberapa pengunjung kafe menatap ke arah Mirza.
"Masa iya kamu gak kenal sama aku lagi ?, aku Mirza mantan suami kamu"
Dokter Pandu yang sudah selesai membayar makan siang kembali mendekat, ia dan Bunga saling pandang dan akhirnya mereka tahu kalau ini lah laki-laki yang sudah menghancurkan hidup Arina selama ini.
"Mantan suamiku ?" Arina masih saja pura-pura tidak mengenal Mirza, ia menoleh kearah Bunga dan kembali berkata "Apa selama ini aku pernah menikah ?" tanyanya pada Bunga.
"Ada apa dengan Arina ? kenapa dia tidak mengenaliku ? apa dia mengalami amnesia ?" batin Mirza penuh tanda tanya.
Para pengunjung restoran semakin penasaran, mereka menunggu jawaban Bunga.
"Iya Rin dia memang mantan suami kamu, tapi dia menjebak kamu dengan pria lain supaya dia bisa bercerai dengan kamu dan dia bisa menikahi Kakak tiri kamu sendiri" jelas Bunga, ternyata ia masih mengingat cerita Arina di masa lalu.
"Oh, itu sangat mengerikan" Arina menutup mulutnya pura-pura terkejut.
"Tentu saja Rin" balas Bunga lagi.
"Jadi ini sosok suami yang tega menjebak istrinya sendiri demi bisa bersama Kakak Iparnya sendiri" tiba-tiba dokter Pandu menyahut...
"Oh ya ampun, apa anda seorang idiot ?" tanya Arina dengan mengeluarkan seringai jahat.
"Ayo lebih baik kita pergi, membuang-buang waktu saja meladeni pria seperti dia" ajak Bunga.
Arina mengambil tasnya, kemudian berlalu dari sana. Semua pengunjung restoran langsung mengeluarkan kata-kata umpatan menyakitkan yang membuat Mirza sangat malu.
Mama Hera menjadi sangat marah saat mendengar putra kesayangannya di hina seperti ini.
"Hentikan semuanya ! kalian tidak berhak menghina putraku" bentak Mama Hera membuat semua orang langsung terdiam. Tapi dua orang yang duduk di ujung sana masih saja membicarakan Mirza dan semua itu masih bisa di dengar oleh Mama Hera.
"Sudah Ma, ayo kita pergi saja !" ajak Mirza yang tidak bisa melanjutkan makan siangnya.
Mama Hera mengangguk, mereka berdua keluar dari restoran dengan di iringi oleh tawa dari para pengunjung. Tak pernah Mama Hera bayangkan kalau akan menerima kejadian memalukan seperti ini.
"Ini salah kamu, harusnya tadi kau tak perlu menyapa Arin" ucap Mama Hera setelah memasuki mobil Mirza.
"Mana aku tau kalau akan seperti ini Ma, niatku baik untuk menyapa Arin"
Napas Mama Hera naik turun. Setelah amara nya sedikit mereda ia kembali membuka suara.
"Kenapa kamu menjauhi Carissa ? kalau seperti ini terus kapan kalian akan memiliki anak ?"
"Jadi dia mengadu pada Mama ? aku bukan menjauhi dia Ma, hanya saja aku lelah, Mama tau kan berapa biaya yang sudah aku keluarkan untuk program bayi tabung dan akhirnya gagal" balas Mirza.
"Tapi ini bukan salah Caris, dia juga sangat menginginkan anak"
Mirza terdiam sembari menghela napas, mungkin jika ia masih bersama Arina, mereka sudah memiliki anak yang banyak.
"Baiklah aku akan mencobanya lagi, semoga saja kali ini aku dan Caris bisa memberikan Mama cucu"
Mama Hera tersenyum, ia tahu betul kalau Mirza akan selalu menuruti keinginannya.
"Tapi Mama harus janji, jangan pernah beri tahu Caris kalau hari ini kita bertemu dengan Arin !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Riana bell Natasya
NAH NYESAL KAN KAU DASAR COWOK BEGO
2024-05-04
0
Ani
Eman enak dipermalukan SM mantan istri rasain tu.hh
2024-01-15
1
Wirda Lubis
mantap arina berani tegas jangan lemah
2024-01-04
0