DSDM-Bab 02

Begitu memasuki rumah, Arina langsung di sambut tatapan tajam dari dari Mirza. Tatapan yang mengerikan membuat siapa saja ketakutan.

"Masih berani kamu pulang kerumah ini, setelah apa yang kamu lakukan semalam" bentak Mirza

"Kamu ini sudah menikah, tapi semalam kamu justru tidur dengan pria lain. Istri macam apa kamu ini ?" sambung Mirza dengan berapi-api.

"Dasar Pelacur" sahut Carissa, namun di hatinya ia tersenyum karena bisa melihat Arina di bentak oleh Mirza.

Kedua tangan Arina mengepal, ingin sekali dirinya memukul kedua manusia tak punya hati ini. Tapi sekuat tenaga Arina tahan.

"Cukup" hardik Arina dengan suara menggema. Membuat Mirza dan juga Carissa terhenyak kaget, keduanya pun saling pandang.

"Apa, kamu masih berani mengeluarkan suara ?" Mirza mendorong bahu Arina pelan tapi tetap saja membuat Arina memundurkan langkahnya. "Mulai hari ini pernikahan kita sudah berakhir. Aku tidak mau punya istri yang sudah di nodai oleh pria lain."

Arina menatap Mirza dengan tajam, bisa-bisanya pria itu menyalahkan dirinya seperti ini. Padahal semua ini terjadi karena kelakuan Mirza.

"Hentikan omong kosong mu Mas !, kamu tidak punya hak untuk menghina aku. Jangan kalian pikir aku tidak tau kalau semua ini terjadi karena ulah kalian, suami macam apa kamu Mas, yang menjebak istrinya sendiri dengan pria asing"

Saat itu juga Mirza terdiam, bagaimana bisa Arina mengetahui semua ini. Padahal ia dan Carissa sudah menjalankan semuanya dengan hati-hati. Mirza ingat semalam tidak ada yang tau ulah mereka.

"Dan apa mas pikir aku juga tidak tau kalau mas dan Kak Caris punya hubungan, jika memang kamu tidak mencintaiku katakan saja ! dari pada membuat usaha memalukan seperti ini"

Mirza dan Carissa saling pandang, meneguk salivanya berulang-ulang.

"Kenapa Arin bisa tau, apa semalam Caris meninggalkan jejak" batin Mirza penuh tanda tanya.

"Apa di depan kamar hotel itu ada CCTV nya ?, kenapa Arin bisa tau semua ini ? dan tidak mungkin kan kalau kamar hotel itu yang ada CCTV nya" batin Carissa.

Melihat Mirza dan Carissa terdiam, membuat Arin menerbitkan senyum di bibirnya.

"Kenapa kalian diam ?, pasti kalian pikir kan dimana aku bisa tau semua ini" ucap Arina, kedua tangannya di lipat di bagian dada.

"Atas dasar apa kamu menuduh putraku, kalau kamu ketahuan selingkuh jangan mencari cara untuk menyalahkan orang lain" tiba-tiba suara Mama Hera menggema di udara membuat Arina, Mirza dan Carissa menoleh ke sumber suara.

Tampak Mama Hera berjalan dengan tatapan tajam ke arah Arina, wanita paruh baya yang selama ini sangat Arina hormati layaknya ibu sendiri.

Plaaaak.

Sebuah tamparan Arina terima, wanita itu diam walau pipinya terasa sakit dan kebas.

"Kamu menyalahkan Mirza yang menjebakmu, jangan mengada-ngada Arin. Semalam Mirza menunggu mu pulang sampai larut malam tapi ternyata kau justru menghabiskan waktu dengan kekasihmu" tuduh Mama Hera.

"Mama tidak tau apa-apa, Mas Mirza yang menjebak aku semalam. Dia dan Kak Caris yang membuatku kehilangan kesadaran" ucap Arina berusaha membuat Mama Hera percaya kalau Mirza yang telah melakukan ini.

"Hentikan Arin, tolong jangan memutar balikan keadaan. Sekarang kamu tanda tangani surat cerai ini ! lalu pergi dari rumah ini" bentak Mirza.

Arina kembali menatap Mirza, pria itu mengambil amplop putih di atas meja. Jika surat cerai itu sudah ada itu berarti Mirza memang sudah lama merencanakan ini.

"Ayo tanda tangani ! kamu tidak pantas menjadi istri dari anak ku" Mama Hera kembali membuka suara.

Tidak ingin membalas, Arina justru meninggalkan ruangan itu lalu menaiki anak tangga. Ia tidak mungkin pergi dari rumah nya sendiri.

"Hei mau kemana kau ?" teriak Mama Hera.

Wanita paruh baya itu segera berlari mengejar Arina, tanpa pikir panjang Mama Hera menarik rambut panjang Arina sehingga membuat Arina meringis kesakitan.

"Ah, lepaskan aku !!" teriak Arina

"Tidak akan, sebelum kau menanda tangani surat cerai itu lalu pergi dari rumah ini"

"Tidak mau" tolak Arina.

Mama Hera semakin naik pitam, ia kembali menarik rambut Arina sekuat tenaga sehingga membuat kulit kepala Arina terluka. Wanita paruh baya itu mengabaikan jeritan Arina yang kesakitan.

Sementara di ruang tamu Mirza dan Carissa tersenyum melihat Mama Hera menyiksa Arina.

"Tontonan yang menarik" ucap Carissa tanpa punya perasaan.

"Biarkan saja Mama melakukannya, selama ini Mama sudah muak dengan sikap Arin yang manis" balas Mirza.

Kedua nya kembali duduk di sofa tanpa memperdulikan teriakan dan jeritan Arina.

"Dasar pelacur, wanita tak tau diri" Mama Hera terus menarik rambut panjang Arina.

"Le-paskan" suara Arina terbata-bata, ia merasa seluruh rambutnya sudah lepas semua. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya sakit semua.

"Bagaimana rasanya hah ? sakit kan ?. Ini ganjaran buat kamu" tanpa ampun Mama Hera menghukum Arina.

Tatapan mata Arina menjadi gelap, kulit kepalanya terasa perih dan sakit. Hingga tak berapa lama Arina pingsan dengan dara yang mengalir di kulit kepalanya.

"Mirza, Arin pingsan" teriak Mama Hera menggema. Membuat Mirza dan Carissa langsung bangkit dan berlari ke arah Mama Hera

*

*

*

Arina membuka matanya, menatap sekeliling kamar yang saat ini ia tempati. Ia mengernyit saat melihat seorang suster sedang berdiri sambil mengganti cairan infus yang menggantung.

"Anda sudah sadar nona ?" suster itu tersenyum ramah.

"Saya dimana ya sus ? dan apa yang terjadi pada saya ?"

"Saat ini nona di rumah sakit, dan anda sudah pingsan selama tiga hari"

"Hah" mulut Arina terbuka lebar saat mendengar ucapan suster itu. Kemudian ia ingat apa yang ia alami.

Air mata Arina kembali menetes, saat mengingat bagaimana kejamnya Mama Hera memperlakukannya. Padahal selama ini Arina selalu memperlakukan Mama Hera dengan baik, menghormati wanita itu layaknya ibu kandungnya sendiri.

"Kalian semua jahat" batin Arina.

"Anda jangan banyak pikiran dulu nona ! anda baru saja sembuh, sebentar saya panggil dokter dulu untuk memeriksa nona"

Arina tak menjawab, tatapan wanita itu kosong. Entah bagaimana semua ini bisa terjadi. Sulit sekali bagi Arina menerima semua kenyataan pahit ini.

"Papa" gumam Arina pelan.

Dulu ia masih ingat saat sang Papa memperkenalkan Carissa sebagai saudaranya. Saat itu Carissa tampak sangat bahagia mengetahui kalau memiliki seorang adik.

Tapi setelah dewasa dan ketika harta sang Papa jatuh ke tangan Arina, semuanya berubah. Carissa menjadi acuh pada Arina.

"Karena harta semuanya jadi begini" batin Arina.

Tatapan mata Arina teralihkan saat mendengar suara pintu terbuka, di susul dengan kemunculan sosok pria tampan yang berdiri di ambang pintu.

Arina bertanya-tanya, siapa pria itu...

Terpopuler

Comments

Ira

Ira

keren

2024-02-18

1

Helen Nirawan

Helen Nirawan

tanda tangan aj napa seh ,bikin susah sendiri,laki model gt,modal kentut doank ,lempar aj ke jurang

2024-01-31

2

Soraya

Soraya

mampir thor

2024-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!