DSDM-Bab 11

Setelah nya, tidak ada pembicaraan lagi antara Mirza dan juga Mama Hera. Pria itu memutar kunci sehingga mobilnya menyalah. Terlebih dahulu Mirza mengantarkan sang Mama pulang sebelum kembali ke perusahaan.

"Aku kembali ke kantor Ma" ucap Mirza setelah tiba di depan rumah sang Mama.

"Hmmm, ingat pesan Mama tadi !"

"Iya"..

Setelah Mama Hera turun, Mirza kembali menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan semua hinaan dan ucapan orang-orang di restoran tadi kembali terlintas di ingatan nya.

Dan entah kenapa Mirza tidak bisa berhenti memikirkan Arina, apalagi penampilan Arina saat ini sangat berbeda, wanita itu tampil lebih cantik dan juga lebih dewasa. Seperti ada daya tarik khusus yang mendorong Mirza untuk selalu memikirkan Arina.

"Apa dia sudah menikah ? apa selama ini dia tinggal di luar negeri sehingga aku tak bisa menemukannya ?" batin Mirza penuh tanda tanya.

"Apa Arina mau kembali padaku ?". kembali pria itu membatin.

"Aku harus mencari Arina lagi dan meminta maaf, aku akan membujuknya supaya mau menjadi istriku lagi"

Tidak berapa lama Mirza tiba di perusahaan, seperti biasa laki-laki itu di sambut dengan sangat sopan, semua karyawan menundukkan kepalanya saat Mirza lewat.

Setiba di ruangan nya, Mirza langsung duduk di kursi kebesaran. Kembali menatap pekerjaan yang selalu menumpuk setiap saat, namun bekerja di saat pikirannya selalu tertuju pada Arina membuat kepala Mirza pusing.

*

*

*

Setelah membeli mobil, Arina meminta Bunga untuk menemaninya mendaftarkan Ghazi ke sekolah baru, di Amerika Ghazi memang sudah sekolah paud dan Arina ingin Ghazi kembali sekolah.

Sementara Dokter Pandu menjemput Ghazi di rumah Bunga, pria itu langsung hapal saat Arina menyebutkan alamat rumah Bunga. Disana Dokter Pandu bertemu dengan Bu Jumini.

"Saya dokter Pandu Bu" ucap Nya memperkenalkan diri.

Mendengar hal itu Bu Jumini langsung tau, wanita paruh baya itu tersenyum hangat.

"Silahkan masuk dulu ! saya akan buatkan teh hangat" kata Bu Jumini ramah.

"Tidak perlu merepotkan Bu, saya mau menjemput Ghazi"

"Oh, iya tadi Bunga sudah bilang kalau Ghazi akan di jemput. Sebentar saya panggil anaknya dulu"

Dokter Pandu menganggukkan kepalanya, tidak berapa lama Bu Jumini keluar lagi bersama Ghazi, anak empat tahun itu berlari dan memeluk tubuh dokter Pandu dengan erat.

"Mana Mommy ?" tanya Ghazi.

"Ada di rumah, Om kesini untuk menjemput kamu"

"Apa Mommy sudah mendapatkan rumah baru ?"

"Tentu sayang, sana pamit dulu sama nenek, baru kita ketemu Mommy"

"Hemmm"

Ghazi sang bocah pintar membalikan tubuhnya menatap Bu Jumini, wanita itu tersenyum namun tersirat kesedihan karena harus berpisah dengan Ghazi.

"Zi pergi dulu ya nek, dada..." ia melambaikan tangan membuat siapa saja merasa gemas.

"Hati-hati nak, salam untuk Mommy"

"Kami pamit Bu" ucap dokter Pandu.

"Iya"

*

*

*

Arina dan Bunga baru saja kembali kerumah, mereka memasukan barang-barang belanjaan Arina tadi. Bunga begitu antusias membantu Arina tanpa mengenal lelah.

Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara mobil Dokter Pandu berhenti, di susul suara Ghazi yang menggema. Kedua tangan Arina merentang untuk menyambut kedatangan putra semata wayangnya itu.

"Apa ini rumah baru kita Mom ?" tanya Ghazi.

"Iya sayang, ini rumah Zi" balas Arina.

"Aku menyukainya Mom"

"Wah benarkah ?"

"He.em"

"Kalau begitu, sana lihat kamarmu !"

Ghazi berlari memeriksa sebuah kamar yang akan menjadi tempat tidurnya kelak. Arina hanya menatap dari jauh, ia tersenyum dan tidak menyangka kalau hidupnya jauh lebih bahagia sekarang. Kehadiran Ghazi yang ia pikir dulu akan membawa bencana justru kebalikannya. Ada banyak hal tak terduga yang Arina lalui.

"Rin, aku dengar di perusahaan Raharja grup sedang membutuhkan seorang sekretaris CEO, apa kamu tidak coba mendaftar disana juga ?" tanya dokter Pandu saat mendapat kabar kalau perusahaan terbesar itu sedang membutuhkan seorang sekretaris.

"Tapi kan aku sudah di terima kerja di butik" jawab Arina

"Tidak apa-apa, kamu coba aja masukan berkas ke sana kalau di terima lebih baik kamu kerja di perusahaan itu dari pada di butik. Gajinya juga lebih besar" kembali Dokter Pandu menjelaskan

Bunga hanya menyimak saja, karena ia sama sekali tak mengerti dengan pekerjaan perusahaan. Sampai saat ini ia masih bekerja di restoran.

"Baiklah, akan aku coba"

"Gitu dong, nanti aku bantu"

"Makasih Mas, kamu udah banyak bantuin aku selama ini"

"Sama-sama Rin, kamu sudah aku anggap sebagai adik sendiri"

Arina tersenyum, bertemu dengan Pandu adalah sebuah mukjizat baginya, pria itu sangat baik apalagi keluarganya.

Beberapa saat kemudian Bunga pamit pulang karena nanti malam ia harus bekerja.

"Biar aku yang antar" ucap dokter Pandu

"Tidak perlu mas, saya bisa pulang naik taksi" tolak Bunga halus.

"Sudah jangan menolak ! itung-itung hemat ongkos" sahut Arina.

Akhirnya Bunga setuju dan menurut saja, membuat Arina tersenyum senang, ia semakin yakin kalau dokter Pandu menyukai Bunga.

*

*

*

Hari ini pekerjaan Mirza begitu berantakan, hingga akhirnya pria itu memutuskan pulang saja. Pikirannya benar-benar di penuhi dengan Arina dan Arina.

Setiba di rumah, Mirza mencoba bersikap biasa saja, ia tidak ingin Carissa tau kalau hari ini ia bertemu dengan sang Mama.

"Kamu sudah pulang mas ?" ucap Carissa dengan suara manja, ia mendekat lalu menempelkan bagian dadanya di lengan sang suami.

"Hemm" Mirza menge-cup kening istrinya, sesuai janjinya dengan sang Mama tadi kalau ia harus berusaha kembali agar Carissa cepat hamil.

"Tumben"

"Aku merindukanmu"

Carissa tersenyum senang, ia beralih dan berdiri di hadapan sang suami, kedua tangannya melingkar di leher Mirza.

Cup....

Satu ciuman Mirza berikan di bibir Carissa, membuat wanita itu tersenyum senang.

"Kita lanjut di kamar" bisik Mirza

"Siapa takut" balas Carissa.

Setelah di kamar, Mirza langsung menyerang tubuh sang istri, bibirnya terus menjelajahi leher jenjang Carissa, membuat wanita itu kelon-jotan karena merasa geli namun enak..

Hingga tak berasa keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun, berada di atas kasur empuk sambil menikmati kenikmatan surga dunia.

Namun Carissa harus merasa sesak, lantaran sepanjang permainannya Mirza kerap memanggil nama Arina. Entah apa yang terjadi padahal selama ini Mirza tidak pernah melakukannya.

Carissa ingin menyudahi, tapi dia ingat kalau sudah sangat lama Mirza tidak menyentuhnya. Jadi Carissa membiarkan semuanya sampai permainan Mirza selesai.

Mirza terbaring lemah di samping sang istri. Napas pria itu terengah-engah dengan keringat membanjiri keningnya.

"Mas" panggil Carissa.

"Ada apa ?" jawab Mirza

"Kenapa kamu terus menyebut nama Arin ? apa kamu masih memikirkan wanita itu ?"

Mirza terdiam beberapa saat. "Aku tidak tau" jawab nya dengan enteng.

Terpopuler

Comments

Riana bell Natasya

Riana bell Natasya

COWOK ANJ****

2024-05-04

0

Wirda Lubis

Wirda Lubis

jangan mau arina kembali sama mirja

2024-01-04

1

Miya Wibowo

Miya Wibowo

jangan mimpi bisa balik sama arin.. km mirza

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!