Pandu dan Bunga berjalan keluar meninggalkan Restoran, namun saat akan memasuki mobil, seseorang memanggil nama Pandu.
Seketika saja Pandu menoleh, ia melukis senyum ramah pada seorang pria yang kini tengah berjalan ke arahnya.
"Apa kau sudah makan siang ?" tanya Danis
"Iya" jawab Pandu "Tadi kakak mu menelpon ku dan menyuruhku ke Villa" sambung Pandu
Kening Danis mengkerut, pasalnya ia tidak mengetahui kalau sang Kakak sudah pulang ke Indonesia.
"Kau jangan bercanda, jika kak Arga sudah kembali kenapa aku tidak tahu"
Pandu mengedipkan kedua bahunya, ia mana tau kalau Arga tidak memberi tahu keluarga nya. Tapi yang tadi menelponnya benar-benar Arga, bahkan suara pria itu saja masih bisa Pandu kenali.
"Mungkin dia ingin memberi kejutan" jawab Pandu kemudian
Danis tampak menganggukkan kepalanya, mungkin saja Arga ingin memberi kejutan, ia sendiri pun tidak mengerti kenapa dulu sang Kakak memutuskan meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri.
"Ya sudah aku buru-buru, kalau kamu mau ketemu Kakak mu nanti malam kita ke Villa sama-sama"
"Ok, tapi kau duluan saja, soalnya aku harus menyelesaikan pekerjaanku"
"Ciih, memangnya apa yang kau kerjakan, perasaan setiap malam kelakuan mu hanya di klub dan di klub"
Danis tertawa mendengar ucapan Pandu, semenjak Arga memutuskan tinggal di luar negeri membuat kehidupan Danis menjadi bebas. Walaupun Kedua orang tuanya selalu melarang tapi Danis tidak menghiraukan.
"Itu kebahagiaan bro, sudah sana pergi !" usir Danis seraya melambaikan tangannya.
Pandu mencibir, kemudian mengajak Bunga memasuki mobil. Tujuannya saat ini mengantar Bunga terlebih dahulu kemudian bersiap untuk ke Villa nanti malam.
"Kalau nanti Arin tanya gimana mas ? apa yang harus aku jawab ?" tanya Bunga dengan suara bergetar.
"Kau jawab saja kalau malam ini Ghazi akan tidur di rumahmu, Arina pasti akan mengerti"
"Baiklah akan aku coba"
Tidak berapa lama mobil Pandu berhenti tepat di depan rumah Bunga. Di teras rumah tampak Bu Jumini sedang duduk seorang diri membuat Pandu ikut turun untuk menyapa wanita paruh baya itu.
"Assalamualaikum Bu" sapa Pandu seraya menyalami tangan Bu Jumini, tak lupa juga ia mencium punggung tangan wanita itu.
"Waalaikum salam" balas Bu Jumini.
Tatapan mata Bu Jumini teralih pada Bunga yang kelihatan sangat sedih, wanita itu heran ada apa dengan anak gadisnya itu.
"Ada apa nak ? apa kamu punya masalah ?" Bu Jumini mengelus pundak Bunga dengan lembut.
Mendengar suara lembut sang ibu, membuat tangis Bunga pecah, ia langsung memeluk tubuh Bu Jumini dengan perasaan bersalah yang teramat besar.
"Apa yang terjadi ?, kenapa kamu menangis ?" sembari mengelus punggung Bunga, Bu Jumini kembali bertanya.
"Ghazi bu.. Hiks-Hiks-Hiks"
"Ada apa dengan Ghazi ?"
"Dia hilang saat ikut makan siang tadi, aku gak becus jagain Ghazi"
"Apa...?" Bu Jumini melepaskan pelukan, raut wajahnya begitu khawatir. Bayangan negatif sudah mulai muncul di otaknya.
"Kenapa kamu bisa lalai Bunga ?, bagaimana kalau Ghazi di bawah orang jahat" bentak Bu Jumini di iringi air mata yang mengalir.
"Tenang Bu, saya akan berusaha mencari. Yang penting jika Arin bertanya bilang saja kalau Ghazi tidur disini" sahut Pandu
"Segera temukan Ghazi !, Ibu tidak bisa membayangkan bagaimana kemarahan Arin jika terjadi sesuatu pada Zi"
"Baik Bu, saya akan berusaha"
*
*
*
Sementara itu, mobil yang di kemudikan oleh Rafan baru saja berhenti tepat di depan sebuah Villa yang super mewah. Ghazi yang sudah bangun dari tidurnya menatap Villa itu dengan takjub.
"Om, tempatnya bagus" ucap Ghazi
Arga tersenyum, lalu menggendong Ghazi dan keluar dari mobil.. Mereka memasuki Villa itu.
"Apa kamu suka tinggal disini ?" tanya Arga.
"Tentu Om, apalagi jika ada Mom"
Arga menurunkan Ghazi dan membiarkan anak itu berlari mengitari ruang tamu, seorang wanita yang bertugas membersihkan Villa itu, Arga perintahkan untuk menemani Ghazi kemanapun anak itu pergi.
"Cari wanita yang bernama Arina !" pinta Arga dan itu membuat Rafan terkejut.
"Arina ?, kenapa namanya sama dengan sekretaris baru tuan" balas Rafan.
"Benarkah ?"
"Iya Tuan, kan saya sudah pernah cerita masalah ini"
"Saya lupa" balas Arga.
"Tapi mungkin saja nama Arina banyak tuan, saya akan mencari siapa yang Ghazi maksud"
"Lakukan !"
*
*
Sore itu Arina baru saja tiba di rumah. Ia mengernyit saat tak ada sambutan dari putranya tercinta. Dengan nada lembut Arina memanggil nama Ghazi berulang, sehingga Bibi Sum berjalan mendekat.
"Mana Ghazi Bi ?" tanya Arina.
"Den Ghazi belum pulang Bu, tadi dia pergi sama teman Ibu yang namanya Bunga"
Arina tau hal itu, tapi kenapa sampai sekarang Ghazi belum juga pulang. Padahal tadi Bunga hanya mengatakan kalau mereka hanya makan siang bersama.
"Ya sudah saya hubungi Bunga dulu, makasih ya Bi" ucap Arina seraya mengeluarkan ponselnya di dalam tas.
"Sama-sama Bu" Bibi Sum kembali ke dapur, sementara Arina duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu jawaban telepon dari Bunga.
Beberapa saat kemudian sambungan telepon tersambung. Terdengar suara Bunga di seberang sana.
"Apa Ghazi masih bersama mu ?" tanya Arina santai, sedikitpun ia tidak merasa khawatir karena ia yakin Bunga akan menjaga putranya dengan baik.
"Iya Rin, Ibu ingin tidur dengan Zi malam ini, tidak apa-apa kan kalau dia tidur di sini ?"
"Tidak apa-apa sih, tapi aku mau bicara sama Zi dulu"
"Emmm, anu... Zi sedang bermain sama Ibu di belakang. Dia nampak senang aku tidak enak mengganggu"
"Benarkah ?"
"Iya Rin, nanti saja aku telepon lagi"
"Ok baiklah, tolong jaga Zi dengan baik ya ! besok pagi-pagi sekali kamu antar pulang soalnya dia mau sekolah."
"Ba-baik Rin"
Walau selalu mendengar suara Bunga yang gugup, tak membuat Arina berpikiran negatif, setelah sambungan telepon terputus wanita itu memasuki kamar dengan santai.
*
*
Bunga menggigit jari kukunya dengan perasaan bersalah yang semakin besar, beberapa menit yang lalu ia sudah melakukan kebohongan pada Arina..
"Hari sudah hampir gelap, tapi belum ada kabar juga dari mas Pandu tentang Zi" gumam Bunga yang begitu khawatir. Bahkan ia belum makan dan ganti pakaian karena perasaannya yang tidak enak.
"Ibu takut sekali Bunga, bagaimana kalau Zi kenapa-napa. Anak itu masih terlalu kecil jika di biarkan berkeliaran di luar sana" sahut Bu Jumini yang ternyata menguping pembicaraan Bunga dan Arina lewat telepon.
Bunga menarik napas panjang, bukan hanya sang ibu yang khawatir, dirinya pun sama.
"Semoga saja Mas Pandu berhasil menemukan Zi, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau Zi tidak di temukan" batin Bunga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nuvia Tiway
singkat padat cerita y' lanjut kk 👍🏻🥰
2024-01-19
3
Wirda Lubis
pandu lambat sampai di puncak
2024-01-04
0
Miya Wibowo
loe to kihhh rodok mumet... pandu wkwwkkw
2024-01-03
0