Sudah empat hari Arina tinggal bersama keluarga Bunga. Dan selama itu pula Arina menjadi sosok yang pendiam. Bahkan saat di tanya pun Arina enggan untuk menjawab.
Bu Jumini tidak keberatan sama sekali dengan kehadiran Arina. Bahkan wanita paruh baya itu sudah menganggap Arina layaknya anak kandung sendiri.
Bunga menatap Arina yang duduk sendiri di sudut ruangan, rumah yang kecil itu tidak pantas untuk tempat tinggal Arina saat ini, mengingat kalau Arina sudah di kelilingi dengan harta sejak pertama di lahirkan.
Ingatan Bunga kembali saat pertama kali bertemu dengan Arina, bagaimana waktu itu Arina enggan untuk di selamatkan dan memilih untuk mati saja. Sampai saat ini Bunga masih bertanya-tanya apa yang sudah terjadi pada Arina. Lalu kenapa sampai saat ini tidak ada keluarga yang mencari keberadaan Arina.
"Arin" panggil Bunga, wanita itu berjalan mendekati Arina.
Arina mendongakkan kepalanya, menatap wajah Bunga lalu kembali menunduk. Air mata itu terus mengalir begitu saja tanpa henti.
"Kamu kenapa Rin ?, kenapa kamu jadi seperti ini ?. Arin yang ku kenal dulu bukan seperti ini" Bunga memeluk tubuh Arina dengan erat, membuat isak tangis Arina semakin keras.
Bu Jumini yang melihat itu juga meneteskan air matanya, wanita paruh baya itu berjalan mendekat lalu duduk di hadapan Bunga dan Arina.
"Jangan di paksa Bunga ! biarkan saja nak Arin menenangkan hatinya" ucap Bu Jumini dengan suara yang sangat lembut.
Arini menatap Bu Jumini, semenjak tinggal di rumah itu, ia di perlakukan dengan sangat baik. Padahal ia dan Bunga bukanlah sahabat yang sangat dekat.
"Aku akan cerita" ucap Arina membuat Bu Jumini menerbitkan senyum kecil karena bisa mendengar suara Arina.
"Kalau belum sanggup tidak apa-apa nak, kami tidak memaksa. Pasti kamu punya alasan kenapa belum bisa cerita" bu Jumini menggenggam tangan Arina dengan lembut.
"Aku akan tetap cerita Bu"
"Baiklah, pelan-pelan saja !"
Arina pun menceritakan semuanya, dari awal ia di jebak oleh kakak tirinya sendiri sampai tidur dengan pria asing. Bahkan masalah pernikahan saja Arina ceritakan pada Bu Jumini dan juga Bunga.
Kejadian di rumah sakit pun tak luput Arina ceritakan, bagaimana ia di paksa menanda tangani surat cerai dan surat-surat pemindahan harta warisan. Bu Jumini yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala dengan air mata mulai menetes.
Begitupun dengan Bunga yang ikut menangis mendengar cerita Arina, ia tidak menyangka kalau Arina akan mengalami hal serupa.
"Karena kesalahan kedua orang tua ku, mereka semua menghukum ku seperti ini. Apa aku memang pantas mendapatkannya" Arina berucap dengan suara tersedat.
"Andai Papa masih hidup, mungkin aku masih bisa menopang tubuhku untuk tetap menjalani semua ini. Tapi ternyata aku sudah hidup sendiri, bahkan pria yang bersama ku malam itu tidak aku kenal sedikitpun"
Bunga dan Bu Jumini langsung terdiam, mereka berdua merasa kasihan dengan hidup Arina. Pantas jika wanita itu begitu tertekan.
"Keluarga ibu bukan dari keluarga kaya seperti keluarga kamu nak, tapi percayalah kamu bisa mendapatkan hidup baru di sini. Jadi tinggal lah disini sampai kapanpun kamu mau, ibu tidak keberatan" ucap Bu Jumini dengan tulus.
"Kamu harus kuat menjalani hidup ini ? yakinlah suatu hari nanti kebahagiaan akan segera menghampirimu" sambung Bu Jumini lagi.
"Terima kasih Bu" balas Arina, ia mendekat lalu memeluk bu Jumini dengan erat.
Arina tidak menyangka bahwa orang lain menganggapnya keluarga, sementara keluarga sendiri menganggapnya orang lain.
*
*
*
1 Bulan Kemudian.....
Mirza mengirim orang-orang untuk mencari keberadaan Arina, ia ingin memberi penjelasan kalau selama ini ia tidak membenci wanita itu. Mirza melakukan ini karena sebuah keterpaksaan.
Namun setelah mencari kemana-mana, anak buah Mirza tak kunjung menemukan dimana Arina berada. Rasa khawatir mulai membendung di benak Mirza.
"Dimana kamu Arin ? apa terjadi sesuatu yang berbahaya padamu ? atau sekarang kamu tinggal di luar kota ?" batin Mirza.
Carissa menatap Mirza, seminggu yang lalu ia dan Mirza sudah resmi menjadi suami istri. Tapi semenjak menjadi suaminya, Sikap Mirza sangat berubah.
"Sayang" panggil Carissa memasuki kamar.
Mirza yang duduk di atas ranjang mendongakkan kepalanya.
"Kamu kenapa ? akhir-akhir ini aku lihat kamu begitu suntuk ?" Tanya Carissa, kini ia duduk di samping Mirza.
"Tidak apa-apa Caris, aku hanya takut kalau klien kita memutuskan kerja sama"
Carissa menghela napas panjang, jawaban Mirza adalah suatu kebohongan.. Carissa tau betul klien yang sudah bekerja sama dengan perusahaannya tidak pernah membatalkan kerja sama.
"Tenanglah sayang, semuanya akan baik-baik saja" ucap Carissa sembari mengelus pundak Mirza dengan lembut.
*
*
*
Sementara itu, Bunga baru saja mendapatkan info kalau di tempatnya bekerja sedang membuka lowongan. Kemaren Arina bilang ia mencari pekerjaan.
"Arin" panggil Carissa
Arina yang saat itu sedang membantu Jumini cuci piring langsung menoleh, ia tersenyum saat melihat kemunculan Bunga.
"Ada apa ?" tanya Arina.
"Sudah kamu temui Bunga !, ini biar ibu yang selesaikan" ucap Bu Jumini.
"Tapi Bu...."
"Tidak apa-apa Arin, temui Bunga saja dia pasti ada hal penting"
Arina mengangguk, sebelum pergi ia mencuci tangannya terlebih dahulu.
"Ada apa Bunga ?".tanya Arina setelah menemui Bunga.
"Kamu di terima kerja di tempatku Rin, hari senin besok kamu bisa langsung kerja" jawab Bunga dengan histeris.
"Benarkah ?"
"Iya, kata bos ku tidak perlu wawancara atau membawa surat lamaran, kamu langsung kerja saja"
Arina mengucap syukur, ia akhirnya mendapat pekerjaan. Jujur saja ia sudah merasa tidak enak kalau hanya numpang makan dan tidur saja di rumah Bunga .Walau Bu Jumini tidak mempermasalahkan tapi tetap saja Arina merasa tidak enak.
"Makasih infonya Bunga"
"Sama-sama, ya sudah aku mau mandi dulu" Bunga beranjak berdiri lalu menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah.
Sementara Arina sembari menunggu Bunga mandi, ia memasuki kamar. Arina merasa ada yang aneh pada dirinya, bulan ini ia tidak datang bulan dan itu membuat Arina takut.
"Semoga saja ketakutan ku tidak terjadi" gumam Arina pelan.
Malam harinya Arina tidak bisa tidur memikirkan semua ini, ketakutan itu membuat matanya enggan terpejam.
*
*
Keesokan harinya setelah Bunga dan Bu Jumini pergi bekerja, Arina memutuskan untuk kerumah sakit. Masih ada sisa uang yang ia simpan untuk berjaga-jaga.
Arina hanya ingin mengetahui ketakutannya, ia berharap semua itu tidak terjadi.
"Ada yang bisa saya bantu ?" tanya seorang dokter pria yang duduk di kursinya.
"Saya mau memeriksakan kondisi saya dok, bulan ini saya tidak datang bulan" jawab Arina.
Dokter itupun menatap Arina dengan bingung "Apa anda sudah berkeluarga ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Riana bell Natasya
lelaki kayak ini wajib di kasi pelajaran 🖕🏻🖕🏻🖕🏻
2024-05-04
0
Helen Nirawan
isshh ,gk tau malu dah ambil harta bini,di cerai ,lu selingkuh skr nyari in ,mo apa lu ,blm puas ? sono lu maen aj ke kandang buaya ,sinting
2024-01-31
0
Wirda Lubis
mirja ngapain pikirin arina kan sudah kamu cerai kan kamu dapat balasan yang setimpal
2024-01-04
0