Sesampainya di cafe tempat Kia sering nongkrong bersama teman-temannya. Lula memesan roti bakar dengan cokelat caramel favorit mereka.
"Jauh-jauh ke Cafe kalian hanya memesan roti bakar, gimana sih...," cibir Dion melihat pesanan Lula.
"Terserah aku lah... mau pesan apa aja, bukan urusan seleramu," sahut Lula.
Kia masih saja terdiam sambil memandangi ponselnya. Lula meraih jemari Kia agar Kia bisa melupakan sejenak permasalahannya.
"Terimakasih kak...," ucap Lula kepada pelayan Cafe mengantarkan pesanannya.
"Aduh Ki... ini enak banget, baunya Ki lembut di hidung." Ucap Lula mencium aroma roti bakar cokelat caramel pesanannya.
Bukan ikut menikmati aromanya, Kia justru merasa mual. Bau harum cokelat yang biasanya disukai banyak orang, justru berbeda di indra penciuman Kia. Kia yang tak mampu lagi menahan langsung berlari ke kamar mandi.
"Ki... Kia...!" teriak Lula memanggil Kia.
"Kia kenapa La?" tanya Dion bingung.
"Kau disini dulu Dion, aku mau mengejar Kia." Ucap Lula langsung berlari mengejar Kia ke kamar mandi.
Hoek... Hoek...!
Terdengar Kia memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Ki... kau tak apa-apa?" tanya Lula menggedor pintu kamar mandi Kia.
Kia tak menjawabnya, dia masih melanjutkan muntahnya yang belum selesai.
Lula merasa khawatir lalu menghubungi Dion agar membawakan minyak angin.
"Dion, bisakah kau mengantarkan minyak angin kemari?" pinta Lula menghubungi Dion lalu menutup panggilannya.
Dion langsung mencari minyak angin di dalam tas Lula. Saat Dion akan beranjak dari duduknya dia tak sengaja melihat Juan bersama Franda.
"Bukankah itu Juan?" gumam Dion kembali memperhatikan dengan jelas itu Juan beneran atau tidak.
Terlihat Juan merangkul mesra Franda, sesekali Juan mencium pipi Franda.
"Ga bener nih orang, Kia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri sikap Juan." Ucap Juan segera menghampiri Kia dan Lula.
"Lama banget sih...," ucap Lula langsung menyahut minyak angin ditangan Juan.
"La... Lula...," panggil Dion lirih.
"Apaan sih Dion... bentar dong, lihat nih Kia terlihat lemas," sembari menunjuk kearah Kia yang memang terlihat lemas akibat muntahnya.
"Gimana Ki... udah enakan?" tanya Lula selesai membalur minyak angin ke tengkuk lehernya sambil dipijat pelan.
Jawab Kia dengan menganggukkan kepalanya.
"Maaf Lula aku sudah mengacaukan acara kita," ucap Kia.
"Ngomong apa sih Ki... ga ada kacau-kacauan. Sekarang kau istirahat, aku dan Dion akan mengantarmu pulang." Sahut Lula.
Kemudian keduanya beranjak keluar dari toilet wanita. Diluar sana, Dion sudah menunggu keduanya. Dion tak sabar melihat keputusan Kia setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri sikap Juan.
"Dion... kita pulang langsung, kasihan Kia sepertinya masuk angin," ucap Lula.
"Lula... bentar lagi ya...," pinta Dion.
"Kau lihat kondisi Kia sangat lemas, kita ga bisa lama-lama nongkrong di Cafe ini," sahut Lula.
Dion hanya bisa pasrah mengikuti duo wanita didepannya. Saat mereka berjalan keluar , pas tak sengaja Juan terlihat memberikan cincin kepada Franda.
Kia langsung terdiam, hatinya terasa sangat sakit melihatnya.
"Ki... nanti jangan lupa kalo masuk angin kas---" Lula menghentikan ucapannya tak sengaja pandangan matanya tertuju kepada Juan.
"Oh tidak! ini ga mungkin...bagaimana dengan Kia?" gumam Lula langsung menoleh kearah Kia.
Hati Kia terasa sangat sakit melihat Juan memberikan sebuah hadiah kepada Franda.
"Kia... kau tak apa-apa?" tanya Lula pelan.
Kia menyeka air matanya, lalu menghampiri meja Juan.
"Dion... ini gimana?" tanya Lula khawatir.
"Biar Kia melihat dengan mata kepalannya sendiri siapa Juan sebenarnya." Jawab Dion.
Ditempat meja makan Juan yang kebetulan Juan akan menyuapi Franda, Kia mendekat.
"Kau tahu kau sangat cantik Franda, berbeda dengan lain. Kecantikanmu tak bisa mengalahkan wanita lain," ucap Juan sambil membelai pipi Franda
"Ki...," panggil Franda melihat Kia berdiri dibelakang Juan.
Juan menoleh kebelakangnya, terkejut melihat Kia sedang menatap tajam kearahnya.
"Ki, sejak kapan kau disini?" tanya Franda.
"Oh ya Ki, perkenalkan ini cowok aku." ucap Franda.
Juan menaikan pandangannya sejajar lurus dengan pandangan Kia. Terlihat kedua ujung mata Kia sudah bersiap membasahi pipinya.
PLAK!
Satu tamparan mendarat sempurna di pipi Juan.
"Ki, apa yang kau lakukan!" bentak Franda.
"Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan." Ucap Kia dengan wajah sangat kecewa. Kia kemudian meninggalkan Juan dengan tangis sakit hati.
Juan berlari mengejar Kia, namun ditahan oleh Franda.
"Kau mau kemana?" tanya Franda.
"Maaf Franda, kau pulang bersama taxi aku masih ada urusan." Jawab Juan kemudian menepis tangan Franda yang melingkar di pergelangannya.
**
Sepanjang perjalanan, Kia terus saja menangis. Dia tak menyangka jika akan melihat Juan bersama Franda yang bukan lain adalah sahabatnya luar sekolah.
"Ki... tenangkan dirimu, jangan nangis lagi ya...," pinta Lula.
"Kenapa kak Juan tega melakukan ini semua... hiks... hiks...," ucap Kia.
Lula yang tak tega langsung memeluk Kia.
"Tuhan sudah membuka semuanya Ki... bukankah aku dan Dion sudah memberitahumu Ki...," Lula mencoba mengingatkan Kia.
"Maafkan aku Lula, Dion karena tak mendengatkanmu... hiks... hiks...," ucap Kia meminta maaf.
"Sudah yok Ki, ga usah ditangisi...," sahut Dion.
"Bagaimana aku bisa melupakan kenangan bersama Juan Lula... a sedang hamil anak Juan. Apa yang harus aku lakukan Lula, Dion...?" tanya Kia.
Mendengar kata hamil, Dion langsung mengerem mendadak mobilnya.
"Dion... Hati-hati mengemudinya!" bentak Lula.
Dion langsung menoleh kearah Kia. Kini wajahnya berubah menjadi marah.
"Ki... coba jelaskan maksud ucapanmu tadi." pinta Dion. Lula juga menyetujui pertanyaan Dion.
Kia tertunduk dengan lirih mengatakan, "aku hamil anak Juan... hiks.. hiks...," jawab Kia.
Lula langsung lemas mendengar kebenaran ini. Sedang Dion memukul setirnya dengan kencang.
"Breng*sek kau Juan!" umpat kesal Dion tak terima.
Lula kembali menarik tubuh Kia kedalam pelukannya. Mereka berdua menangis bersama.
"Dari awal aku sudah memperingatkanmu Kia... Juan itu memang bukan pria baik-baik. Tapi kau selalu menentangnya. Sekarang kau persiapkan dirimu atas apa yang akan aku lakukan terhadapnya," ucap Dion.
Benar saja mobil Juan berhenti tepat didepan kendaraan Dion yang berhenti dipinggil jalan. Dion langsung turun dari mobilnya dan menghajar Juan begitu saja,
BUGHK!
"Dion... dengarkan aku dulu," pinta Juan.
"Apa yang harus aku dengarkan lagi? " sahut Dion.
BUGHK!
Dion berhasil mendaratkan pukulan selanjutnya kepada Juan. Aksi pukul memukul itu terjadi. Kali ini Juan juga tak mau kalah, dia terus saja melawan pukulan Dion.
Kia yang melihatnya langsung menahan Dion.
"Dion... cukup Dion...," ucap Kia melerai keduanya.
Dion menyeka darah yang keluar diujung bibirnya. "Dion kita pulang sekarang," ajak Kia.
"Kia...!" panggil Juan.
"Mulai sekarang jangan pernah menggangkuku lagi kak Juan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments