"Kia... kemarin kau sudah bolos dan sekarang mau bolos lagi? ga bener nih... aku ga setuju." protes Lula mendengar Kia akan membolos lagi.
"Sssttt...! jangan keras-keras nanti takut yang lain dengar...," sahut Kia.
"Ki... udah ah... ga usah bolos... kalau memang si Juan itu gentle, dia ga akan takut main ke rumahmu bertemu dengan papamu," ucap Lula.
"Lula... kau tuh ga tahu seperti apa papaku. Prinsipnya itu ga bisa dirubah. Bersyukur kamu ga punya papa seperti papaku...," seloroh Kia.
"Hussst! kalau ngomong yang bener... sejelek-jeleknya orang tua, dia tetep orang tuamu...," sahut Kia.
"Makasih temanku yang baik hati... tapi maaf banget kali ini aku belum bisa mendengar ucapanmu, karena kak Juan sudah jemput...," Kia lalu berlari ke arah Juan yang sudah menunggu di ujung tempat biasanya.
"Kia... Kia...!" panggil Lula berteriak.
"Ini gimana tahu... kalau sampai ada yang tahu... ah... tau lah, urusan Kia sendiri...," gerutu Lula segera masuk ke Sekolah.
Dari arah lain, ternyata Reyhan memperhatikan Kia bersama Juan. Hatinya terasa sakit melihat Kia sudah bisa move on secepat itu.
"Kia... kau sengaja membalas perbuatanku," gumam Reyhan.
**
"Terimakasih kak," ucap Kia.
"Terimakasih untuk apa?" tanya Juan.
"Terimakasih karena sudah mengajakku jalan-jalan." jawab Kia.
Juan tersenyum mendengar jawaban Kia.
"Apa kau tak takut jika papamu tahu?" tanya Juan.
"Urusan belakang... yang penting i'm free...," sorak Kia.
"Hari ini kita mau kemana kak?" tanya Kia.
"Aku mau mengajakmu ketempat mama tiriku," ucap Juan.
"Mama tiri?" Kia sedikit bingung.
"Maaf sebelumnya Kia, papaku memiliki dua istri. Dan aku mau mengajakmu ke rumahnya," ucap Juan.
"Kau tak keberatan?" tanya Juan minta pertimbangan.
Kia sedikit ragu, namun dia hempas begitu saja.
"Ga kak...," sahut Kia.
Juan tersenyum kembali kearah Kia. Senyum Juan saat ini sudah menjadi candu untuk Kia. Setiap melihat senyum Juan, Kia merasa keberaniannya tertantang.
Kini mereka sudah tiba di rumah mama tiri Juan. Juan mengajak masuk kedalamnya.
"Kok sepi kak?" tanya Kia.
"Jelas sepi orang yang nempatin cuma adik tiri aku," jawab Juan.
"Terus mama tiri kakak dimana?" tanya Kia.
"Bunda berada di luar negeri urusan pekerjaan." Jawab Juan.
"Oh ya Ki... kalau kau capek, bisa istirahat di kamar sana." Juan menunjukkan kamar tamu.
"Ga kok kak... aku ga capek," tolak Kia merasa tak enak. Padahal aslinya Kia mulai mengantuk akibat semalam tak tidur memikirkan Juan.
"Terserah kamu, aku ke belakang dulu cari bibi," ucap Juan.
Kia memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat lingkungan rumah mama tiri Juan. Disana Kia melihat foto Juan sedang bersama seorang gadis kira-kira usianya di bawah satu tahun dengan dirinya.
"Apa ini adik tiri kak Juan ya?" gumam Kia.
"Cantik...," kemudian Kia melihat-lihat foto-foto yang tertata rapi di dinding. Tak ada yang salah disana, semuanya terlihat normal rumah pada umumnya.
"Minumnya neng...," sapa bibi membawa nampan berisi minuman dan cemilan.
"Eh... terimakasih bi...," ucap Kia.
"Pacar barunya mas Juan ya neng?" tanya bibi malu-malu.
"Bu-bukan bi... saya temannya kak Juan," jawab Kia canggung.
"Teman atau teman neng...," ledek bibi.
"Santai aja neng... semua yang datang kesini pasti ngakunya teman," sahut bibi tak dimengerti Kia.
"Diminum neng... biar hausnya hilang, bibi pamit dulu masih banyak urusan di dapur." pamit bibi.
Kia tersenyum, "kenapa malah aku dikira... ah... tapi boleh juga kak Juan jadi pacar aku, cakep sih orangnya..." ucap Kia bermonolog dengan dirinya sendiri.
Kia kemudian mengambil minuman yang disuguhkan bibi.
"Kakak...," panggil seorang gadis pulang sekolah sebelum waktunya.
"Adel...," sahut Juan langsung memeluk gadis bernama Adel dengan mesra. Tak lupa Juan mendaratkan ciuman ke pipinya juga.
Kia yang melihatnya sedikit merasa ga suka.
"Adel... perkenalkan ini Kia, Kia ini Adel." Juan memperkenalkan gadis itu kepada Kia.
"Kia," ucap Kia.
"Adel," sahut Adel memperkenalkan diri.
"Kakak... kenapa baru datang... aku sangat merindukanmu," ucap Adel sambil memeluk Juan.
Kia langsung memalingkan wajahnya pura-pura tak melihatnya. Juan setengah melirik kearah Kia, dia bisa tahu kalau Kia merasa tak nyaman.
"Adel, sekarang masih pukul 9 kau sudah sampai rumah, jangan salahkan kakak kalau bunda menelfonmu." sahut Juan mengalihkan Adel.
"Kakak kok gitu sih... Aku sengaja pulang pagi karena mau pergi sama teman-temanku ke puncak." ucap Adel.
"Aku bersiap dulu ya kak... cup!" Adel sengaja mencium pipi Juan.
Kia tak sengaja melihatnya lalu memalingkan wajahnya lagi. Juan tersenyum smirk melihat ekspresi Kia.
"Ya sudah sana, keburu teman-temanmu datang... kakak ga mau mereka menyerbu kakak seperti kemarin," sahut Juan merasa geli setiap mengingatnya.
Adel tertawa lalu masuk ke kamar setelahnya.
Juan mendekati Kia, "Hai... istirahat dulu Kia, karena sebentar lagi teman-teman Adel akan tiba. Mereka akan terdengar sangat rusuh, lebih baik kita pindah ngobrol" ajak Juan.
Kia mengikuti saja ajakan Juan. Juan mengajak Kia masuk kedalam kamar yang luasnya hampir setengah ruang keluarganya. Didalam sana terdapat tempat olahraga treadmill. Kia mengedarkan penglihatannya keseluruh ruangannya. Namun, baru dua langkah Kia merasakan pusing, untungnya Juan segera memeganginya agar tak terjatuh.
"Kau sakit Ki?" tanya Juan.
"Kepalaku terasa pusing kak...," jawab Kia.
Juan menyuruh Kia untuk beristirahat.
"Kau tidurlah dulu, aku mau mencari obat." Ucap Juan.
Kia menarik pergelangan tangan Juan menahannya.
"Jangan tinggalkan aku kak...," ucap Kia.
"Aku cuma sebentar mengambil obat, kau tunggulah sebentar," sahut Juan.
Kia terpaksa mengizinkan Juan. Setelah Juan keluar, kepala Kia semakin pusing dan dia perlahan tertidur.
Tak lama Juan masuk, melihat Kia sudah tertidur Juan tersenyum jahat. Juan mendekati Kia, menyentuh seluruh wajahnya dengan tangannya lembut.
"Kau sangat cantik Kia... dari awal bertemu denganmu aku sudah tak tahan untuk segera merasakanmu," ucap Juan.
Juan mulai menyentuh bi*bir Kia dengan bi*birnya. Pertama dia hanya menyentuh, tak tahan Juan menginginkan lebih. Tangan Juan mencoba menyentuh yang lain, disana tangan itu bermain dengan lincahnya. Kemudian Juan membuka kancing baju Kia satu persatu. Setengah kancing terbuka, Juan merasa sangat tertarik.
"Sangat indah, berbeda dengan wanitaku yang lain. Apa ini bedanya mendapatkan original dengan second...?" gumam Juan.
Juan bermain di area tersebut, sampai tak terasa membuat tubuh Kia merasakan panas yang belum pernah dia rasakan. Kia mengeluarkan des*ahan lembut perlahan tapi masih bisa terdengar oleh Juan.
"Kau menginginkannya Kia?" tanya Juan lirih.
Kia yang terbangun akibat rasa panasnya tak menjawab pertanyaan Juan. Kia hanya menjawab lewat isyarat mata. Juan kembali melakukannya lagi. Sampai ke titik puncak, Kia mulai menyadari jika perbuatannya ini salah. Kia mendorong tubuh Juan sebelum Juan memasukkan sotongnya kedalam goa. Kia langsung mengenakan pakaiannya kembali dan meminta pulang.
"Kak, kita pulang sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments