"Kau membuat jantungku hampir lepas dari tempatnya Ki...," keluh Lula sambil mengelus dadanya dengan pelan.
"Aku sangat takut melihat tatapan tajam kak Juan tadi. Sebenarnya ada apa sih?" tanya Lula.
"Aku hanya tak mau terlalu berharap dengannya." Jawab Kia.
"Maksudnya? bukannya kau begitu mencintai kak Juan?" tanya Lula memastikannya kembali.
"Aku ingin Juan mencintaiku dengan tulus bukan naf*su Lula...," jawab Kia.
"Jadi selama ini kak Juan hanya menyukai, maaf tubuhmu bukan ketulusan cintamu?" Sahut Lula tak habis pikir.
"Breng*sek sekali dia! dari awal aku dan Dion sudah curiga hanya dirimu saja yang tak mendengarkan Kia. Kalau sudah terlanjur seperti ini apa yang akan kau lakukan?" tanya Lula.
"Itu yang sedang aku pikirkan Lula. Aku tak bisa meninggalkannya demi anak ini." Kia mengelus perutnya yang masih datar.
"Aku juga tak bisa menyimpan rahasia ini lama-lama. Karena kandungan ini akan semakin besar." Ucap Kia dengan menahan air mata.
Lula jadi merasa tak tega, semenjak dikhianati Reyhan memang Kia menjadi berubah 360 derajat. Perkenalan Kia dan Franda pun tak diketahui oleh Lula maupun Dion. Kini, Kia harus mengalami hal yang sama untuk yang kedua kali. Dua sahabat yang dia percaya mengkhianatinya, meski Kia sendiri belum mengetahui alasan Franda.
"Kau istirahat dulu disini Ki... aku akan mencari makan siang untuk kita." Ucap Lula lalu keluar kostnya untuk mencari makan siang.
Kia memutuskan untuk rebahan, sambil memejamkan mata Kia sengaja ingin mengistirahatkan otaknya.
**
"Nino...," panggil salah satu teman Nino.
"Ada apa Ndrew?" tanya Nino.
"Siang tadi aku melihat kakakmu masuk ke klinik dokter kandungan bersama seorang pria." Jawab teman Nino bernama Andrew.
"Kau salah lihat mungkin... kakakku ga mungkin masuk kesana. Siang tadi kakakku ada jam tambahan di sekolahnya, mana bisa dia datang kesana. Lagian untuk apa kakakku kesana... ga usah ngadi-ngadi deh...," sahut Nino.
"Aku ga mungkin salah lihat Nino... dari semua orang kau juga tahu kalau penglihatanku itu paling jelas diantara semuanya. Mungkin nenek moyangku yang mewariskan penglihatanku." Ucap Andrew jemawa.
Nino tersenyum miring, benar yang dikatakan Andrew, diantara teman-temannya hanya Andrew yang memiliki penglihatan sangat jelas bahkan disaat naik motor kencang sekalipun.
"Jika kau tak percaya, kau bisa menanyakan ini dengan kakakmu langsung." Imbuh Andrew.
Setelah acara nongkrongnya, Nino memutuskan untuk pulang. Di pertengahan jalan Nino sempat melihat Juan bersama Cecilia.
"Bukankah itu pria yang bersama kak Kia waktu di pernikahan kak Eva...," gumam Nino.
"Dengan siapa dia? mengapa mereka berdua sangat mesra? ada hubungan apa antara mereka?"
Sesampainya di rumah, Nino langsung mencari keberadaan Kia. Nino tak sengaja mendengar Kia mual muntah sehingga membuatnya segera masuk ke kamar Kia tanpa permisi.
"Kak... apa yang terjadi?" tanya Nino membuat Kia terkejut.
Kia lalu memutar kran air kamar mandinya lalu mengusap bibirnya.
"Kenapa kau tak mengetuk pintu dulu Nino?" protes Kia.
"Maaf Kak... Nino khawatir dengan keadaan kakak. Nino takut terjadi sesuatu pada kakak." Sahut Nino.
"Tapi kan ga harus nyelonong masuk begitu saja Nino...," ucap Kia mengalihkan.
"Eh kak, tadi waktu perjalanan pulang Nino ga sengaja melihat pria yang bersama kakak waktu di pernikahan kak Eva." Nino menceritakan perjalanan pulangnya.
"Ceweknya cantik ya kak... seperti berkelas gitu... tapi Nino ga suka kak, dia cium-cium di pinggir jalan, kan ga pantes...,"
Wajah Kia langsung pucat seketika mendengar cerita Nino. Hatinya kembali terasa sangat sakit kala teringat janji manis Juan kepadanya.
"Kak Kia ga kenapa-napa?" sapa Nino melihat Kia.
"Kakak ga apa-apa Nin... kakak mau istirahat dulu. Tolong kalau kau keluar tutup pintunya kembali." Usir Kia dengan halus lalu menaikkan selimutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments