Satu bulan setelah kejadian itu, Kia merasa dirinya sudah berbuat terlalu jauh. Kia memutuskan untuk tak menerima panggilan atau Chat bahkan pertemuan dengan Juan. Kia pun kembali seperti semula, menjadi anak yang pendiam seperti setelah putus dari Reyhan.
"Ki... kantin yuk...," ajak Lula.
"Duluan aja, aku masih mau disini." Tolak Kia, dia lebih memilih berdiam diatas gedung ketimbang ke kantin.
"Ki... sebenarnya apa yang terjadi denganmu?" tanya Lula penasaran pasalnya hampir seminggu Kia berubah.
"Ga ada apa-apa Lula...," jawab Kia menutupi semua yang terjadi.
"Apa kak Juan sudah menghubungimu?" tiba-tiba Lula menanyakan soal Juan. Padahal sudah sekuat tenaga Kia mau melupakannya.
Terlihat Kia membuang nafasnya kasar.
"Jangan bahas dia ya...," sahut Kia.
"Gimana aku mau ga bahas udah 2 minggu ini kak Juan ada disana," Lula menunjuk kearah Juan bersandar di mobilnya tempat biasa Kia dan Juan bertemu untuk membolos.
Kia mengikuti arah jari Lula, berapa terkejutnya dia melihat Juan sedang melambaikan tangan kearahnya. Hati Kia yang tadinya sedih tak tahu kenapa berubah menjadi bahagia.
"Ehm... cie... cie... yang ga ketemu sebulan...," sindir Lula.
"Apaan sih Lula, ga jelas banget." Sahut Kia.
Kia berusaha untuk menahan perasaannya didepan Lula. Diam-diam rupanya Lula sering berinteraksi dengan Juan demi menyampaikan keadaan Kia. Juan sengaja menemui Lula untuk meminta tolong memberinya informasi kabar Kia.
Lula diam-diam menyuruh Juan untuk naik keatas sekolah. Tanpa menunggu lama Juan segera mengikuti arahan Lula. Sebagai pria Juan bisa dikatakan sebagai pria yang berani. Contohnya saat ini, disaat sekolah masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar Juan memberanikan diri untuk meminta ijin kepada guru untuk mengajak Kia dengan alasan keperluan keluarga.
Kia yang mendapat panggilan dari salah satu guru terkejut.
"Ki... dicari Mr. Jo tuh...," ucap Meta teman sekelas Kia yang ditugaskan untuk mencari Kia karena ada tamu.
Kia menoleh kearah Lula. Lula langsung mengendikkan kedua bahunya tak tahu. Kia kembali menoleh kearah Meta yang sudah lebih dulu berjalan. Kia sedikit berlari mengejar Meta .
Sesampainya di ruang tamu guru, "Kia segera kekasih barangmu, soalnya kakak sepupumu sudah menjemputmu." Ucap Mr. Jo.
Kia merasa bingung lalu menoleh kearah kursi didepannya yang ternyata ada Juan. Juan melemparkan senyum kepada Kia. Sedangkan Kia langsung melotot kearahnya.
"Kia... kenapa kau tak bilang jika saudaramu ada yang menikah? kau jan bisa ikut ulangan harian besok lusa. Sekarang kau bisa pulang lebih awal dari biasanya." Ucap Mr. Jo.
Kia melirik tajam Juan yang tersenyum kearahnya.
"Eh... i-iya Mr...," sahut Kia.
Kia langsung berbalik ke kelasnya untuk mengambil tasnya. Meina yang sedikit kepo menyapa Kia, "mau kemana Kia? ga biasanya pulang awal," tanya Mei dengan nada menyindir.
"Cari berlian buat tunangan." sahut Kia singkat.
Terlihat Meina sangat kesal dengan sikap Kia.
"Bisa-bisanya sekarang dia ketus denganku, aku kan sudah minta maaf... apa begitu sikap baik...?" gerutu Meina.
"Minta maaf doang emangnya cukup... sakit hatinya masih basah tau... untungnya penggantinya lebih tajir...," sahut Lula sengaja menyindir.
"Maksudmu apaan Lula, nyindir aku...,"
"Ye... ngapain nyindir... eh Meina, kalau kau tak bersalah tak perlulah ngerasa apa yang aku ucapkan." sahut Lula langsung membuat Meina terdiam secepatnya. Sedangkan Reyhan dia terlihat tidak memperdulikan Meina, hal itu malah membuat Meina semakin kesal. Meina pergi begitu saja.
Kia kini sudah bersiap pergi bersama Juan. Mereka berdua berpamitan kepada Mr. Jo.
"Terimakasih pak, kami berdua pamit dulu." Pamit Juan dengan sopan.
Kia tersenyum dengan menundukkan sedikit tubuhnya. Mereka berdua meninggalkan sekolah Kia.
"Mulai merasa nyesel ya...," sindir Lula melihat Reyhan diam-diam memperhatikan Kia bersama Juan.
"Siapa dia Lula?" tanya Reyhan penasaran.
"Kepo ya... tanya Kia sendiri sono...," jawab Lula berhasil membuat Reyhan cemburu.
Reyhan melirik Lula lalu meninggalkannya. Lula dengan spontan tertawa puas melihat ekspresi Reyhan.
"Kesambet setan mana La?" sapa Dion selesai dari kamar mandi.
"Kau lihat ekspresi Reyhan tadi waktu Kia dijemput kak Juan sumpah gokil abis, mirip kambing jenggotan... hahaha...," Lula masih belum bisa menahan tawanya.
"Kia dan kak Juan?" tanya Dion memastikan.
"Iya Dion... baru saja kak Juan menjemput Kia...," jawab Lula.
'Ada apa kak Juan menjemput Kia? apa mereka ada hubungan serius?' batin Dion.
"Eh... ngalamunin apa kok diam?" tanya Lula yang tak mendapatkan respon dari Juan, malah yang terlihat saat ini Dion terlihat serius.
"Ga ada kok... masuk yuk... Mr. Jo uda keluar dari ruangannya," ajak Dion langsung menarik lengan Lula.
**
"Maaf ya aku mengajakmu bertemu dengan cara ini," ucap Juan.
Kia hanya menarik satu bibirnya tanpa ucapan.
"Mengenai hari itu, aku minta maaf karena sudah lancang melakukan---"
"Lupakan." Sahut Kia memotong ucapan Juan.
Juan tersenyum karena pada akhirnya Kia mau mengeluarkan suara untuknya meskipun sedikit.
"Baiklah. Aku mau mengajakmu kesebuah tempat yang sangat indah, untuk menebus semua kesalahanku kau berhak untuk mengambil apa saja yang ada disana." Ucap Juan.
Mereka berdua melewati perjalanan hampir 1 jam. Hari ini kedua orang tua Kia ke luar kota dan akan pulang besok. Jadi, untuk hari ini Kia sedikit bebas.
Juan turun terlebih dulu, dia langsung mencari jaket untuk menghangatkan tubuh Kia. Benar kata Juan ini tempat yang sangat indah, diatas lereng gunung dengan angin yang menyambar seluruh kulit membuatnya dingin.
Kia menggesek kedua tangannya, Juan dari belakang langsung memakaikan Jaket yang dibelinya.
"Eh... terimakasih," ucap Kia.
"Kau kedinginan," sahut Juan melihat Kia kedinginan wajahnya pucat. Saat Juan akan merangkulnya, Kia menolaknya.
"Okay... maaf, aku tak sengaja." Ucap Juan.
Juan mempersilahkan Kia berjalan terlebih dulu. Kia sengaja menahan rasa dingin ditubuhnya, diam-diam Kia memiliki alergi terhadap dingin.
"Kau tahu Kia, tempat ini tempat dimana aku menghabiskan waktu ketika sedang berada dalam masalah." Ucap Juan. Kia masih mendengarkan Juan sambil menahan rasa dingin.
"Sejak kecil aku selalu berharap papa pulang kerumah, tetapi papa tak pernah pulang sampai aku memergokinya dengan seorang wanita selain mama. Semenjak saat itu aku tahu kenapa mama sering menangis di dalam kamarnya." kini Juan terlihat sangat sedih menceritakan sisi lain dari kehidupannya.
Kia menepuk bahu Juan dan tersenyum kearahnya.
"Kakak pasti bisa melalui semuanya," ucap Kia. Tanpa Kia sadari, Kia menarik Juan kedalam pelukannya.
Baru pertama ini Juan bisa mengungkapkan kesulitannya hanya kepada Kia. Sebenarnya dalam lubuk hati yang dalam Juan suka kepada Kia dalam pandangan pertama.
Merasakan Kia melepas pelukannya, Juan mengendurkan pelukannya dan menoleh kearah Kia yang sudah lemas.
"Ki... apa yang terjadi denganmu,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments