Malam itu perasaan Kia semakin kacau. Papanya membuat ruang geraknya semakin sempit. Peraturan baru di buatnya lagi, yaitu Kia tak boleh pulang Sekolah terlambat kecuali ada ekstra.
"Kenapa aku ditakdirkan punya papa kayak gini ya... aku kan butuh kebebasan juga sama seperti teman-temannya yang lain. Rasanya Tuhan ga adil...," gerutu Kia.
Keesokan pagi, Kia tak bisa lagi berangkat menggunakan kendaraan pribadi. Kia harus diantar jemput langsung oleh papanya bersama Nana. Sedangkan Nino masih dibebaskan untuk menggunakan kendaraan pribadinya.
"Kia, ingat tunggu papa menjemputmu." Pesan papa sebelum Kia turun dari mobil.
"Iya pa...," sahut Kia dengan sedikit malas. Kia kemudian mencium punggung telapak tangan papanya.
"Papa tuh kurang kerjaan atau gimana sih...," gerutu Kia setelah kendaraan papanya tak terlihat.
Drrrtt... drrrtt...
"Hallo... siapa ya?" tanya Kia langsung mengangkat ponselnya yang berdering.
"Kau lihat kearah jarum jam 9" jawab penelfon yang belum diketahui siapa.
Karin langsung mengikuti arah jam 9. Disana Juan sedang berdiri sambil melambai kearah Kia berdiri.
"Kak Juan... ngapain kakak disitu?" tanya Karin.
"Menjemputmu Kia." Jawab Juan.
"Mau ke pantai?" tawar Juan.
Kia yang sedang dalam kondisi tak baik langsung mengiyakan tawaran Juan.
"Bolehlah...," sahut Kia langsung menutup panggilannya.
Terlihat Kia menyebrang jalan menghampiri Juan lalu ikut masuk ke dalamnya.
"Anak itu mulai lagi bolosnya...," gerutu Lula yang tak sengaja melihat Kia.
"Eh, tapi sama siapa ya dia? kok terlihat asing...," gumam Lula.
"Besok akan kutanya siapa pria itu," ucap Lula lalu masuk kedalam Sekolahnya.
Diperjalanan Kia merasa sangat senang, seperti orang bebas dari penjara wajah Kia terlihat sangat fresh.
"Cantik," ucap Juan lirih.
"Kakak mengatakan sesuatu?" tanya Kia seperti mendengar sesuatu.
"Kau terlihat sangat cantik," jawab Juan mampu membuat hati Kia melambung tinggi karena pujian Juan.
"Bisa aja sih kak...," sahut Kia terlihat malu-malu.
"Kak... maafkan aku kemarin ya... meninggalkan kakak begitu saja tanpa pamit," ucap Kia.
"Santai saja... aku bisa mengerti keadaanmu kemarin." Sahut Juan.
"Papaku memang sangat protect terhadap anak perempuannya. Tapi protectnya papa tak masuk akal... kadang aku kesal kak...," keluh Kia.
"Ya sudah, sekarang aku akan mengajakmu ketempat yang bisa membuatmu free...," ucap Juan.
Kia tersenyum lebar, terlihat sangat senang.
Perjalanan yang mereka butuhkan hanya 20 menit. Terlihat hamparan lautan biru yang sangat indah membentang menghias pesona alam. Kia langsung membuka pintu dan berlari mendekati bibir pantai.
"Aaaaaa.... sudah lama aku tak merasakan kebebasan ini...!" teriak Kia sangat puas.
Juan tersenyum senang bisa dekat dengan Kia saat ini. Mereka saling berkejaran, bercanda gurau yang terakhir mereka sedang menulis harapan kita diatas pasir.
"Love?" tanya Juan melihat Kia menulis love.
"Iya... aku berharap suatu hari nanti bisa menemukan cinta sejatiku," jawab Kia. Ombak dengan cepat langsung menyapu tulisan Kia.
Juan terdiam kemudian mengajak Kia untuk makan siang sebelum waktu Sekolah selesai.
"Kita makan yuk...," ajak Juan.
"Kak Juan lapar?" tanya Kia.
"Iya nih... lapar banget." Jawab Juan.
"Okey... kita makan...," sahut Kia.
Juan lalu menggenggam tangan Kia. Kia langsung menoleh kearah Juan dengan perasaan yang tiba-tiba aneh. Juan sengaja menggandeng Kia ketempat makan siang tak jauh dari tempat mereka bermain.
"Mie ayam bu...," pesan Juan.
"Kau apa Ki?" tanya Juan.
"Mau juga Mie ayam bilang juga kasih sawinya yang banyak," jawab Kia.
"Bu, mie ayam dua yang satu sawinya banyak." Juan kembali memperjelas pesanannya.
"Minumnya es lemon tea aja kak...," sahut Kia.
Tak menunggu lama pesanan mereka tiba. Kia yang terlihat sudah lapar langsung melahapnya. Saking semangatnya sampai tak terasa Kia sedikit belepotan.
Juan yang melihatnya langsung mengambil tisu dan menyeka belepotan diujung bibir Kia.
Seketika mata Kia langsung menatap wajah Juan yang sedang membersihkan ujung bibirnya. Juan tersenyum kearah Kia dan melanjutkan makannya dengan elegant.
Lagi-lagi hati Kia klepek-klepek melihat perhatian Juan. Sudah tampan, baik pula. Itu yang ada dipikiran Kia saat ini. Selesai mereka makan bersama, Juan lalu mengantarkan Kia kembali ke Sekolah sebelum papanya menjemputnya.
"Terimakasih kak Juan...," ucap Kia.
"Aku juga terimakasih atas waktunya Kia," sahut Juan.
"Oh ya kak... darimana kakak dapat nomor ponselku?" tanya Kia.
"Untuk wanita cantik sepertimu aku bisa tahu berapa nomor ponselmu." Jawab Juan.
Kia tersenyum mendengar jawaban Juan.
"Aku turun dulu ya kak... itu temanku sudah menungguku." Ucap Kia.
Kia membuka pintu mobil Juan, sebelum turun tiba-tiba Juan menarik pergelangan tangannya. Kia kembali menoleh kearah Juan. Juan mencium punggung telapak tangan Kia.
"Sampai bertemu kembali," ucap Juan selesai mencium punggung telapak tangan Kia.
Kia tersipu malu, kemudian turun dari mobil Juan. Kia juga melambaikan tangannya saat Juan mulai melajukan kendaraannya.
"Busyet! cepet banget move onnya Ki...," ledek Lula.
"Ki, bukannya itu yang kemarin di pernikahannya kak Eva... kalau ga salah namanya...," Dion mencoba mengingat Juan.
"Kak Juan. Namanya kak Juan, Dion..." sahut Kia.
"Iya bener namanya Juan. Eh, ngomong-ngomong gimana ceritanya kalian bisa lanjut?" tanya Dion penasaran.
"Mau tahu aja...," jawab Kia.
"Ye... emang kagak boleh...," sahut Dion.
"Tapi aku senang loh Kia jadi berubah gimana gitu...," ucap Lula.
"Berubah gimana emangnya?" tanya Kia sambil menaikkan satu alisnya.
"Berubah seperti ada lope-lopenya... hahaha...," jawab Lula tertawa lepas setelahnya.
"Dasar kalian...,"
Selang beberapa menit mobil papanya Kia sampai dan segera Kia masuk kedalamnya.
"Dion, Lula segera pulang jangan pacaran!" ucap papanya Kia masih dengan nada seram.
"Iya om...," sahut keduanya bersamaan.
Sesampainya di rumah seperti biasa Kia akan melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun tak tahu kenapa suasana rumah yang biasanya dia rasakan seperti dipenjara sekarang seolah tak dia rasakan saat ucapan Juan terngiang di pikirannya.
'Jadikan penjara itu sebagai tempat ternyaman kau menemukan cinta, maka kau tak akan pernah merasakan tekanan didalamnya'
"Kak Kia ga biasanya jam segini masih diluar kamar...," sindir Nino. Karena biasanya selesai makan malam Kia langsung berpamitan masuk ke kamar.
"Memangnya ga boleh apa kakak masih disini?" sahut Kia.
"Boleh dong kak... cuma aneh saja, ga biasanya kakak begini. Terus daritadi auranya cerah banget... biasanya kalau papa ngomong apa kakak selalu cemberut." Ledek Nino.
"Capek tau Nino cemberut mulu... sekali-kali senyum biar makin cantik. Kan kau sendiri kakak tuh paling cantik di Sekolah kakak...," ucap Kia membanggakan dirinya yang terkenal cantik.
"Pret... Cantik dari monas... belum tahu mereka kalo tidur sukanya ngiler, Nino yakin predikat cantik setaraf Sekolah akan turun nyungsep begitu saja... hahaha...!" sahut Nino.
"Nino....!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments