Kesan pertama

BRAK! 

"Mama kok gak bilang kalau suaminya Elsa itu Dekan di Fakultas Hukum!"

"Waalaikumsalam," Ucap Mama Wina menatap tajam sang anak. "Gak usah teriak teriak, sebentar lagi Mama mau live streaming ini buat jualan sambel."

"Mama tau ya kalau Erlangga itu dekan di Fakultas hukum?"

"Yang sopan manggilnya, Elsa. Dia suami kamu, mana bedanya 12 tahun juga. Panggil Mas, atau gak ada makan malam."

Elsa menarik napas dan duduk di samping sang Mama. "Beneran dia dekan? Kenapa Mama gak kasih tau?"

Mana tadi Elsa sempat berteriak dan mendapatkan hukuman tambahan sebelum pulang. 

"Ya kamu gak nanya, tiap Mama mau jelasin juga bilangnya males males aja. Udah pulang ya dia? Sana kamu juga pulang ke rumah."

"Gak mau ah! Mau di sini aja, lagian kadung Bamba 3 hari lagi. Kan semua peralatan di sini, Ma."

"Kasian suami kamu di rumah sendiri gak ada yang nemenin, Elsa. Kewajiban kamu layanin dia."

Mengetahui kalau dia adalah dekan fakultas hukum saja sudah membuat Elsa pusing, sekarang harus pulang dan melayaninya? Elsa takut, umurnya baru 18 tahun dan pria itu sudah 30 tahun. "Ma, Elsa kayaknya pusing deh. Mau ke kamar dulu ya."

"Heh, jangan menghindar kamu. Pulang sana, sambut suami kamu."

Tapi Elsa lebih dulu naik ke kamarnya di lantai dua. Ketika ponselnya berbunyi, Elsa melihatnya. Itu telpon dari nomor suaminya. Ck, mau apa? Kenapa Elsa jadi takut sekarang? Melihat riwayat chat mereka hanya sebatas:

Mas Tama: Aku masih ada urusan pekerjaan. Baik baik di rumah. 

Mas Tama: Jaga kesehatan, lagi musim sakit. 

Itu juga beberapa minggu yang lalu. 

***

Erlangga Adhiatama, setelah perjalanan dinasnya ke luar negara, dia langsung mengumumkan hasilnya dalam rapat bersama dengan petinggi yayasan. 

"Pak Tama, mau kemana?" Tanya sang rektor ketika Tama memakai kembali jasnya. 

"Pulang, Pak. Saya sudah rindu rumah."

"Gak makan malam di sini dulu, Pak? Sama yang lain?"

"Terima kasih, saya sudah rindu rumah." Tama menolaknya dengan sopan. Dia menggunakan mobil pergi menuju rumah sang mertua, istrinya berada di sana. 

Sampai ketika hampir maghrib, Tama membawa beberapa oleh oleh dari Thailand. 

"As–"

"Waalaikumsalam, menantunya Mama. Masuk, Nak."

Tama sampai memegang dadanya yang kaget. Dia mencium tangan mertuanya. "Ini oleh oleh dari Thailand, Ma."

"Eh, makasih banyak loh." Menerimanya dengan mata berbinar. "Istri kamu ada di atas, disuruh pulang malah gak mau."

"Gak papa, Ma. Tama izin naik ke kamar Elsa ya."

"Masuk aja. Tapi nanti kalian makan malam di sini ya. Mama mau masak banyak ini."

"Iya siap, Ma." Tama melangkah naik ke lantai dua dan menatap pintu yang bertuliskan, 'Tidak perlu pakai narkoba, kemiskinan ini sudah membuatku berhalusinasi.'

Kata kata itu membuat Tama speechless. 

"Itu katanya buat motivasi, anaknya emang gitu kalau si Elsa." Mama Wina sedari tadi menatap Tama yang berdiri di ambang pintu. 

Tama hanya terkekeh pelan sebelum mengetuk pintu. 

"Masuk aja, Tam. Anaknya palingan lagi tidur."

Benar saja, saat Tama masuk ternyata Elsa sedang tidur. Posisinya terlentang dengan leher yang dipakaikan bantal hingga kepalanya mengadah. "Ya Allah, dia mimpi kena azab apa?" Namun, Tama terkekeh melihat betapa menggemaskan nya wajah Elsa kalau dijadikan sticker whatsapp. Jadi dia memotret nya diam diam dan kembali keluar kamar. 

"Loh, kok keluar lagi, Tam?"

"Kasian lagi tidur, Ma. Biarin aja."

"Ini udah mau maghrib loh."

"Lima belas menit aja lagi, Ma. Dia banyak masalah pas Bamba tadi." Tama turun ke bawah untuk mengambil pakaian santainya di mobil. "Ma, ikut mandi ya."

"Ya ampun  gak usah bilang segala. Ini juga rumah kamu, Tam. Sana kamu mandi. Biar Elsa kelepek-klepek liat kamu."

***

Elsa terbangun dari tidurnya, tubuh nya terasa sangat pegal. Mendudukan dirinya dan menarik napas dalam. "Baru juga jam enam," Gumamnya menggaruk kepala yang terasa gatal. "Hah?! Jam enam?!"

Bruk! Elsa jatuh tersangkut kakinya sendiri. Dia bergegas masuk ke kamar mandi. Bergerak cepat supaya tidak mendapatkan hukuman lagi dari panitia. "Huaaa! Mana belum sholat subuh!" Teriaknya saat sedang menggosok gigi. 

Sementara itu, Tama sedang menyusun makanan di atas meja. Mengobrol bersama dengan mertuanya juga. "Enggak, Ma, buat sekarang fokus dulu di sini. Lain kali kalau ada tugas keluar negara, pasti ajak Elsa kok."

"Ajak aja. Dia belum pernah keluar negeri tuh. Kamu kapan ke rumah Bunda kamu?"

"Nanti, Ma. Minggu depan kayaknya sambil ajak Elsa juga ke sana."

"Anaknya kalau rada ribet dimaklum ya, Tam. Dia anak satu satunya jadi agak manja kayak gitu."

Tama sendiri tidak sabar mengetahui semanja apa istri kecilnya tersebut. 

"Mamaaa! Elsa telat! Mang Ojeg udah ada di depan belum? Aduhh! Pasti nanti kena hukuman lagi ini!" Teriak Elsa yang baru saja keluar kamar. Dia sudah memakai kemeja, rambut dikucir dua sesuai aturan dan name tag bahkan sudah terpasang. Dia berlari keluar rumah tanpa menatap ke arah dapur. "Mamaaa! Mana tukang ojeg nya? Kok belum ada sih?!" Air mata sudah mengenang di pelupuk matanya. 

Sampai tukang ojeg yang selalu mengantarkan Elsa itu berjalan kaki melewati rumah Elsa. "Neng," Sapanya. 

Pria itu memakai koko, sarung dan peci. "Loh, ospek lagi, Neng? Duh bentar ya, saya sholat maghrib dulu."

"Hah? Maghrib?" Elsa menatap ke arah barat, adzan baru dilantunkan dan matahari baru saja tenggelam. 

***

Terpopuler

Comments

Mivie

Mivie

trnyata ada yg sama sama aku 🤣🤣🤣,, suka lupa klo tdr hbis asar...

2025-04-06

0

rinny

rinny

lah si Elsa ngelindur. magrib magrib mau berangkat ospek 😄😄🙏

2025-02-02

0

gia nasgia

gia nasgia

ini gegara mimpi kena azab kubur 🤣🤣

2025-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!