Dekapan kehangatan

"Emang nggak papa kalau tidur di sini?"

Setelah mereka memakan beberapa camilan sambil menatap keindahan kota Jogja, Elsa mengantuk dan meminta Tama mengantarkannya kembali ke lantai bawah. Namun pria itu menolak dan malah menggendong Elsa untuk naik ke atas ranjang.

"Nggak papa, masa kamu mau keluar pakai baju kayak gini."

Sebelum menikmati camilan, Elsa memang mengganti pakaian. Dia sendiri kaget bagaimana bisa Tama membawakan beberapa pasang pakaiannya, tapi pria itu menjelaskan kalau dia khawatir Elsa kekurangan pakaian. Sementara Tama memiliki ruang yang cukup untuk membawanya.

"Ya nggak papa pakai baju ini. Bilang aja kalau habis pinjam dari temen."

"Ya udah mau diantar?" Tama melepaskan pelukannya.

Elsa mengerucutkan bibir. Kenapa pria tua ini tidak peka sama sekali? Padahal dalam film-film yang Elsa tonton, biasanya pria akan memaksa.

Jadi Elsa membalikkan badan menatap jendela besar yang ada di hadapannya.

"Udah tidur aja di sini, kamunya ngantuk kan?" kembali memeluk Elsa dari belakang.

Mas kalau misalnya ada kejadian yang merugikan salah satu mahasiswa saat kegiatan sekarang, nanti yang disalahin siapa? Ormawa atau fakultas?"

"Tetep aja yang jadi penanggung jawab itu fakultas lah."

"Terus kalau misalnya aku tiba-tiba lihat tokek yang warna ungu, aku takut terus aku bunuh. Padahal itu tokek punya seorang kolektor, dan harganya mahal. Nanti aku harus ganti rugi nggak?"

Kepala Tama mulai senut-senut mendengar beberapa pertanyaan random. Dia menjelaskannya dengan perlahan dan hati-hati supaya Elsa paham.

Anak itu tidak berhenti bicara, padahal Tama sendiri sudah sangat mengantuk.

"Mas kok nggak jawab sih? Aku nanya lo gimana kalau misalnya ada tetangga yang nyuri daleman dengan alasan dirinya punya kelainan."

"Aduh Elsa."

"Ih mau ngapain!"

Elsa terkejut ketika tamat tiba-tiba membalik dirinya hingga berhadapan bersama dengan sang suami. Elsa ditarik ke dalam dekapan Tama dan dipeluk erat. "Sekarang tidur besok kita mau pergi ke Borobudur."

"Nah itu aku juga bingung tentang Borobudur."

Besok ya ditanyainnya." usapan di kepala akhirnya berhasil membuat Elsa mengantuk dan perlahan memejamkan matanya.

Tidak lama kemudian rasa benar-benar pulas dengan ditandai bibirnya yang terbuka. "Lucu banget nggak ada air terjunnya," ucap Tama sambil terkekeh kemudian mengecup bibir Elsa untuk pertama kalinya.

Ketika ponsel elsa berbunyi, tama langsung meraihnya dan menolak panggilan tersebut. Dia mengirimkan pesan pada seseorang yang bernama Ira, memberitahukan kalau Elsa ada di kamar temannya yang lain.

****

"Lu ada di kamar mana sih?"

Tanya Ira begitu Elsa keluar dari kamar mandi. "Gue tanya Anisa sama Yulia, lu nggak ada di sana loh."

"Ya emang gue nggak di sana, ke teman yang lain."

"Jangan bilang si Abdul."

"Ya nggaklah gila aja, kebetulan temen gue yang baru itu suka diajak ngomong. Nggak kayak lu yang nyuruh gue diem dulu."

"Lu kalau udah ngomong nggak masuk akal, Elsa. Bayangin aja lu ngoceh nggak jelas."

Baru saja bicarakan seperti itu, Elsa sudah bertanya, "di kamar temen gue tv-nya bagus banget, yang ini nggak. Ini termasuk pelanggaran konsumen nggak sih?"

Seketika membuat Ira menutup telinganya dan melangkah pergi ke kamar mandi. Karena Ira bilang dirinya masih mulas dan menyuruh Elsa pergi lebih dulu untuk mendapatkan tempat, akhirnya Elsa turun ke lantai bawah untuk mendapatkan tempat bagus saat sarapan nanti.

"Pokoknya harus milih tempat yang bagus buat kita sarapan! Sana duluan aja! Gue masih mules ini! Kayaknya kebanyakan makan deh."

Elsa langsung pergi memasuki lift, saat pintu hendak tertutup, seorang menahannya, "tunggu bentar," ucapnya seperti itu. "Loh Elsa?"

"Halo Kak Rizky."

"Kamu nggak bales pesan kakak loh."

"Maaf, Kak, semalam lagi nggak mood banget. Makanya aku juga keluar."

"Padahal kakak mau ngajak kamu dansa."

"Janganlah lagian aku nggak bisa dansa." Elsa terkekeh.

Lift itu kembali berhenti sebelum mencapai lantai dasar. Seseorang masuk dan itu adalah Tama. Pria itu berdehem, menatap Elsa yang beraninya pergi saat dirinya masih tidur. Elsa bahkan pergi sebelum adzan berkumandang.

"Selamat pagi Pak," sapa Rizky pada sang dekan.

"Pagi juga."

"Bapak habis dari mana ini udah rapi banget. Mana masih pagi juga."

"Ketemu sama ketua Prodi barusan," jawabnya dengan dingin dan berada di antara Elsa juga Rizky.

Sambil mengobrol dengan Rizky, tangan Tama diam-diam merayap dan menggenggam tangan sang istri. Elsa jelas terkejut dan mencoba melepaskannya, tapi Tama mengeratkan genggamannya.

Sampai pintu lift terbuka, Tama pergi lebih dulu meninggalkan Elsa yang masih merasakan kehangatan di telapak tangannya. Ditambah lagi otaknya memutar kejadian semalam di mana Tama mengecup bibirnya.

Bohong jika Elsa sudah tidur, dia belum benar-benar terlelap dan merasakan desiran aneh di dalam tubuhnya.

****

Elsa pikir hari ini dirinya akan bersenang-senang Namun nyatanya Borobudur begitu panas sampai membuat Elsa merasa sangat kehausan, dia juga lelah. Tenaganya benar-benar terkuras hingga dia memutuskan untuk diam dan menarik nafasnya dalam.

"Elsa kenapa?" tanya Rizky.

"Nggak papa kak, cuma capek aja."

"Mau ke kamar hotel duluan?"

"Nggak mau ah, masih mau ikut agenda selanjutnya."

"Iya tetap ikut agenda selanjutnya, cuma kan kita di sekitaran sini nyampe siang. Kakak khawatir kamu malah pingsan. Sekarang di anter aja sama sopir fakultas ke hotel. Nanti kalau udah mendingan balik lagi ke sini."

Niatnya ingin menolak, tapi kondisi tubuhnya benar-benar sedang tidak baik. Apalagi Elsa mendapati Tama yang menatapnya seolah meminta untuk pergi dari sini.

Ketika Tama hendak berjalan ke arahnya, Elsa langsung berucap, "Ya udah aku mau pulang dulu aja ke kamar hotel." 

Dengan begitu Elsa diantarkan oleh sopir fakultas menggunakan salah satu mobil kecil yang ada di sana. Awalnya Rizki hendak minta salah satu panitia untuk menemani, tapi Elsa melarangnya. "Nggak usah, Kak, nanti kalau ada apa-apa bisa komunikasi sama kakak. Aku nggak enak sama panitia yang lagi senang-senang di sini. Lagian aku juga baik-baik aja kok."

Dengan begitu akhirnya Rizky membiarkan Elsa hanya dengan sopir saja. "Kalau ada apa-apa harus hubungi kakak ya."

Masak mengangguk dan segera pergi. Sampai di kamar hotel, akhirnya dia bisa merebahkan diri di sana dengan leluasa. Namun baru juga hendak memejamkan mata, terdengar suara ketukan pintu berulang kali.

"Aduh siapa sih." membukanya dan kaget mendapati Tama di sana. "Kok ngikutin sih Mas?"

"Khawatir lah sama kamu." Tama masuk tanpa menunggu dipersilahkan. "Kamu tadi sarapannya nggak banyak, enggak minum vitamin juga. Ke sini duduk dulu."

Seperti seorang ayah pada anaknya, Elsa ditarik untuk duduk dan diberikan nasihat. Bahkan sekarang Tama yang menyuapi. "Kalau kamu makan sendiri pasti nggak bakalan benar," alibinya seperti itu.

Selesai makan dan juga minum vitamin, Elsa berbaring diikuti oleh Tama yang merebah di sana dan memeluk sang istri. "Kok ada bau aneh ya?"

"Iler temen aku kayaknya, buang aja bantalnya."

Dengan jijik Tama melempar bantal tersebut. Dia ingin mengajak Elsa ke kamarnya, tapi sang istri sudah terlihat sangat nyaman dan ingin segera istirahat.

Beberapa menit berlangsung penuh ketenangan sampai akhirnya...... Tok tok tok tok tok! "Elsa buka pintunya, lu bikin gue khawatir nyampe gue pulang nih ke kamar hotel."

Elsa dan Tama sama-sama membulatkan mata!

***

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Hahaha bakalan ada yg di arak tuh🤣🤣🤣

2025-02-27

0

Dewi Ariyanti

Dewi Ariyanti

hayo digrebek😂😂😂

2023-08-26

0

gembulers

gembulers

hayooo..lo

2023-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!