“Umurku hampir sudah melewati setengah abad, dan baru kali ini melihat drama Telenovela seperti ini,” ucap Diego ketika ia menyadari kehadiran sang istri di sampingnya.
“Ayah dan Ibu tidak mungkin menerima wanita itu kan?” sahut Zehra yang mendengarkan pembicaraan ayahnya.
“Memangnya kenapa? Gadis itu seorang model internasional, juga anggota keluarga kerajaan di Inggris. Bukankah itu bagus untuk membangun sebuah kerja sama yang akan meningkatkan perusahaan kita?”
Perkataan Aishe yang diluar ekspektasi berhasil membuat mereka semua menoleh, menatap dirinya. Semua orang memasang wajah heran, termasuk Diego yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun dengan sang istri.
Tidak biasanya, Aishe bersikap demikian. Padahal, dia dulu tidak peduli ketika para rekan bisnis sang suami mendekatinya demi bisa menjalin pernikahan bisnis. Lantas, apa yang membuat dia bersikap demikian?
“Diana, turunlah!” teriakan Elder masih terdengar lantang dari bawah.
“Tidak! Nikahi aku, maka aku akan turun.”
Elder terlihat semakin frustasi. Guratan takut yang bercampur dengan amarah, tergambar samar di wajah tampannya. Baginya, ini adalah pilihan yang sulit untuk membuat keputusan secara instan. Elder yang masih belum bisa memastikan perasaannya, tentu saja ragu untuk setuju.
Namun ditengah kebimbangan itu. Suara samar datang dari belakang. Suara lembut dari seorang wanita paruh baya yang sangat ia kenali.
“Pernikahan terlalu terburu-buru. Tunangan saja dulu.”
Perkataan Asihe membuat Elder langsung menoleh ke belakang. Menatap wajah sang ibu yang tiba-tiba berada di ambang pintu.
“I-Ibu?”
Sambil bersedekap tangan, Aishe berjalan mendekat ke arah Diana. Tatapannya lurus, tidak menoleh sama sekali. Bahkan dia melewati Elder yang berdiri keheranan begitu saja.
“Bagaimana? Pertunangan, apa kamu mau?” tanya Aishe sambil memperlihatkan tatapan tajam pada Diana.
“Tidak masalah jika kamu keberatan, tapi hanya itu yang bisa kami tawarkan sekarang,” lanjut Aishe dengan santai.
“Hanya saja, kamu perlu tahu satu hal. Memanipulasi kejadian … itu sangat mudah kami lakukan. Jadi, pikirkan baik-baik.
Diana mencoba menelan salivanya dengan kasar, sambil memikirkan perkataan dari Aishe. Memikirkan sebuah ancaman yang berkedok penawaran. Perlu setidaknya beberapa detik, sampai akhirnya Diana memberikan sebuah jawaban.
“Ba-baiklah, tapi aku ingin pertunangan itu hari ini!”
“Tidak masalah. Bersiaplah dalam satu jam!”
Setelah berkata demikian, Aishe pergi meninggalkan mereka berdua. Diana pun langsung turun sambil memasang wajah sumringah. Lalu berlari memeluk Elder yang masih terlihat kebingungan, jengkel dan juga marah.
Keputusan sepihak dari Aishe, tentu saja membuat semua orang heran. Termasuk sang suami, yang langsung naik dan menunggu sang istri turun di lantai dua.
“Sayang, apa yang kau lakukan?” tanya Diego dengan nada kesal. Tidak perlu lagi ditanya alasannya, sudah pasti itu karena Aishe yang mengorbankan sang anak dengan keputusan sepihak.
Aishe terlihat enggan berkomentar. Dia bahkan masuk ke kamar begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami. Diego yang dibuat sakit kepala dan diselimuti rasa penasaran oleh sikap sang istri, langsung menyusul Aishe masuk ke dalam.
“Ishe … Sayang!” panggil Diego lembut.
Namun Aishe tetap diam. Dia masuk ke dalam walk in closet, mengambil dress dan mencobanya. Sikapnya terlihat santai, seolah tidak ada hal heboh yang baru saja terjadi. Hal ini tentu saja membuat Diego semakin kebingungan.
Sampai akhirnya, Diego menarik lengan sang istri dengan kasar, agar wanita dengan rambut terurai itu menoleh dan menatapnya.
“Katakan padaku, atau setidaknya, beritahu aku apa yang kamu rencanakan?”
Hela napas Aishe terdengar jelas ditelinga Diego. “Apa yang membuatmu panik? Mereka hanya bertunangan,” jawab Aishe dengan santai.
Tidak ada respon dari Diego setelah mendengar jawaban ambigu dari sang istri. Namun ekspresi kekecewaan Diego terlihat jelas di mata Aishe. Melihat wajah suami yang menemaninya selama 30 tahun, membuat Aishe merasa iba.
Tak tega melihat wajah Diego, Aishe pun berbalik menghadap ke sebuah cermin. “Keadaan perusahaan sedang tidak stabil,” jelasnya sambil melepas resleting bajunya.
“Jika ada berita buruk sedikit saja, maka harga saham kita semakin menurun.”
Penjelasan Aishe membuat Diego menarik napas panjang. Tatapan mata pria tua itu masih tertuju pada sang istri yang sedang sibuk mengganti baju. Perlahan, kakinya melangkah, membantu Aishe menaikkan resleting baju yang baru saja diganti.
“Sudah bertahun-tahun, Sayang. Kamu masih ragu? Aku akan mengatasinya sendiri, tidak perlu melibatkan anak-anak.”
“Aku tidak meragukan kinerjamu, Die. Kamu selalu ahli dalam hal apapun, tapi bagaimana dengan Elder dan Zavier?” Aishe menatap ke cermin, melihat pantulan wajah sang suami yang berdiri di belakangnya.
“Apa kamu sudah melihat grafik perusahaan anak kesayanganmu itu? Dia tidak dalam keadaan yang stabil.”
“Dia pasti bisa mengatasi itu. Kalaupun tidak, aku akan men—”
Belum sempat Diego meneruskan kalimatnya, Aishe sudah lebih dulu memotong pembicaraan sambil berbalik menatap nanar wajah sang suami.
“Akan apa? Menggelontorkan dana dan mengunakan kekuasaanmu?” tegas Aishe.
“Aku tidak masalah jika dia membuat bangkrut salah satu anak perusahaanmu. Tapi itu … itu perusahaan yang dia bangun dengan usahanya sendiri, Die! Dia membangunnya dengan kerja keras, bahkan anak keras kepala itu tidak memakai nama Gulbar untuk menarik investor!”
“Dia bekerja siang dan malam untuk belajar bisnis properti, mencari modal sendiri dengan caranya, membujuk investor tanpa mengandalkan kejayaan keluarganya. Dan jika semua itu hancur hanya sebuah skandal konyol. Maka aku … aku sebagai ibunya yang akan lebih kecewa dan sakit hati.”
“Jika kau ingin melempar anak-anakmu ke medan pertempuran, setidaknya ajari juga taktik bertempur tanpa membuat mereka cacat. Bukan hanya cara memegang senjata dan menghabisi lawan!" seru Aishe melanjutkan ucapannya.
"Tapi kamu? Kamu tidak pernah membiarkan anak-anakmu mengatasi kerikil kecil dari luar perusahaan! Kamu selalu pasang badan untuk mereka jika terkait masalah di luar bisnis! Jika begitu, kapan mereka memahami jika kerikil kecil dari luar juga bisa menghancurkan perusahaan?"
Setiap kata yang disusun menjadi sebuah kalimat, dikeluarkan dengan intonasi serta nada yang bergetar. Ada emosi, tangis, rasa sakit, yang terselip dalam setiap kalimat penjelasan untuk sang suami.
Mata Diego pun terbelalak lebar usai mendengarkan penjelasan dari Aishe. Sepertinya, penjelasan sang istri berhasil membuat pikiran sempitnya terbuka dengan tiba-tiba. Perkataan yang pada akhirnya membuat pria itu merenung tentang sikapnya pada anak-anak mereka.
Dia yang memberikan perhatian penuh agar anaknya bisa bangkit meski tersandung sebuah batu besar, tetapi tidak pernah peduli dengan kerikil kecil yang mungkin bisa melukai kaki sang anak.
Dia yang selalu berusaha agar anak-anaknya mampu berjuang di dalam dunia bisnis, tetapi lupa cara mengatasi faktor luar yang mungkin bisa menjadi pemicu.
Apa aku sudah kehilangan momen yang penting?
...☆TBC☆...
Bab selanjutnya meluncur, jadi jangan lupa dengan ritual sajennya 💕💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
😂😂
2024-12-20
0
Radi
apapun itu aku percaya kebijakan dan kepawaian guratan mu Thor . 💪
2024-01-29
0
YNa Msa
Aduh bang Die Brewok Ny Bikin ....... 😁
2024-01-25
0