Selesai menikmati makan malam dan bercengkrama sejenak. Diego dan Aishe pun memutuskan untuk menginap semalam. Elder tentu keberatan pada awalnya, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain setuju.
Elder langsung mengutus Beyza membersihkan kamar yang ada di lantai pertama, setelah Aishe memutuskan bermalam dengan mendadak. Benar, sejak awal dia tidak ada rencana untuk menginap. Entah karena hal apa, keinginannya berubah setelah makan malam.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rumah sudah sunyi senyap, lampu-lampu utama pun sudah padam sejak satu jam lalu. Aishe dan Diego pun sudah masuk ke dalam kamar.
Elder yang sejak tadi berada di ruang baca setelah mengobrol, tiba-tiba merasa sedikit sesak. Dia pun berjalan ke rooftop, berharap bisa menghirup udara segar.
Namun ketika ia membuka pintu rooftop yang terbuat dari kaca, sosok wanita dengan piyama berwarna emerald, terlihat duduk di kursi. Suara pintu yang terbuka pun, membuat wanita itu menoleh.
"Tuan Elder?" sapa Beyza langsung berdiri dari duduknya.
"Sedang apa kamu disini?" Elder berjalan mendekat. Manik matanya terfokus, menatap cangkir hitam yang di genggam Beyza.
"Oh itu, saya tiba-tiba tidak bisa tidur. Jadi, coba untuk cari angin," jawabnya. "Lalu Anda?"
"Aku mendengar derap langkah mencurigakan, jadi mengikutinya," elaknya.
Entah mengapa, Elder tidak bisa mengatakan alasan yang membuat dadanya sesak, hingga memutuskan untuk mencari udara segar. Gengsi, mungkin bisa dikatakan begitu.
"Dimana? Siapa yang mencurigakan?" tanya Beyza dengan nada polos, seakan tidak mengerti jika yang Elder maksud adalah dirinya.
Elder yang tidak ingin memperpanjang lantaran malas, hanya diam tidak merespon. Dia bahkan langsung duduk di kursi yang ada di depan Zea. Lalu bersandar sambil menutup mata.
Keadaan menjadi sedikit hening. Beyza juga tidak lagi bertanya dan hanya diam menikmati secangkir cay panas yang perlahan sudah berubah suhu.
Cuaca di luar tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas. Akan tetapi, cukup untuk membuat seseorang kedinginan jika keluar hanya dengan pakaian tipis. Lantaran angin malam hari ini terasa sedikit kencang dari biasanya.
"Tuan Elder, apa Anda tertidur?" tanya Beyza tiba-tiba.
"Tidak! Kenapa?" jawab Elder tanpa membuka mata.
"Sebenarnya … itu," perkataan Beyza terpotong sejenak. Gadis itu mendadak merasa tidak enak untuk melanjutkan.
Namun, hal ini sudah mengganggu dirinya sejak tadi. Bahkan membuat matanya terjaga dan tidak merasa lelah sedikitpun.
"Saya, ingin meminta maaf," lanjut Beyza.
Elder perlahan membuka matanya, tetapi tidak merubah posisinya duduk. Sambil bersandar dan bersedekap tangan, dia bertanya, "Untuk apa?"
"Saya dulu sempat salah sangka pada Anda. Berpikir bahwa Anda sedang berbicara omong kosong tentang … itu phobia," jelas Beyza dengan gugup. Berharap Elder tidak akan marah setelah ini.
Elder pun menegakkan punggungnya, lalu menatap Beyza dengan sorot mata tajam. Seperti tatapan seekor elang yang memandangi target buruannya.
"Itu … saya sungguh-sungguh meminta maaf!" Beyza menundukkan pandangannya ke bawah, ketika aura mencengkam membuat pundaknya terasa berat.
Melihat Beyza ketakutan, Elder merasa hal itu lucu, hingga membuatnya tertawa terbahak-bahak. Tawa renyah yang terdengar jelas, seakan membuat aura mencengkam tadi hilang dalam sekejap.
"Kenapa wajahmu tegang? Apa kau kira aku akan menggigitmu?" goda Elder masih menatap Beyza.
"Tatapan Anda, mengatakan hal itu, Tuan."
Entah itu jawaban polosnya atau dia yang mencoba berbicara jujur, lantaran sudah berprasangka buruk. Namun satu hal yang pasti, jawaban barusan sudah berhasil membuat Elder terbengong untuk beberapa saat.
"Kamu … merasa sangat bersalah?" tanya Elder.
Beyza buru-buru mengangguk. Terlebih, ketika dia teringat perdebatan yang terjadi antara Elder dan Aishe.
"Selain salah sangka, saya juga tidak sengaja mendengar pembicaraan Anda dengan Nyonya Besar tadi." Beyza semakin menunduk, seolah sedang bersiap untuk mendapat makian dari Elder.
Namun yang terjadi, justru di luar perkiraan. Hela napas Elder terdengar jelas, hingga membuat pandangannya teralihkan.
"Lalu bagaimana pandanganmu tentang hal itu?"
Terkejut, Beyza langsung menegakkan kepalanya menatap ke arah Elder. "Ah … apa, Tuan?" tanyanya memastikan perkataan Elder.
"Bagaimana soal pandanganmu setelah mendengar pembicaraanku?"
Beyza masih tidak mengerti. Apakah sang majikan sedang mengetesnya atau memang sedang mencari pendapat. Namun, Elder yang mengerti situasi langsung memperjelas pertanyaannya.
"Katakan saja dengan jujur. Aku hanya ingin tahu pandangan orang lain tentangku dan phobia sialan ini," jelasnya.
"Itu … saya berpikir, Tuan menghindari pernikahan mungkin karena phobia. Juga … hal itu berkaitan dengan perjanjian kita. Apa, saya benar?"
Beyza mencoba mengutarakan pemikiran dan pendapatnya dengan gugup. Namun meski begitu, ia akhirnya bisa mengatakan beberapa patah kata yang sejak tadi mengganggu pikirannya.
Elder lantas menarik dua garis sudut bibirnya. Lalu bangkit berdiri, berjalan mendekat ke arah Beyza. Ketika jarak mereka hanya satu langkah, dia menunduk.
"Benar. Karena itu, jangan ceritakan ini pada siapapun. Mengerti?" bisiknya lirih di telinga Beyza, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan gadis itu.
Beyza terdiam, bukan karena ancaman Elder. Melainkan karena jantungnya berdegup dengan cepat ketika Elder berjalan ke arahnya. Degupnya pun semakin tak menentu, saat sang majikam mendekatkan diri padanya.
Napas hangat yang dihembuskan Elder ketika berbicara dengannya. Aroma wood yang berpadu dengan mint segar. Seakan membuat degup jantungnya semakin kacau tak menentu.
Perasaan yang menganggu apa ini?
...☆TBC☆...
Pic hanyalah pemanis ya, Guys. Tidak mengambarkan kejadian sebenernya.
Yuk sajennya yuk, jangan lupa di tabur 😌😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Radi
Bayza... cantik ya Thor😁
2024-01-29
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
saking serem nya kali ya, Bey sampe tegang liat muka El yang mode mau gigit orang
2024-01-15
8
Hapsak Nur
buang gengsimu, el... 😂
2023-02-23
3