Kabut perlahan turun, menutup ujung bangunan tinggi menjulang. Jam di dinding pun sudah menunjukkan pukul dua belas. Beberapa orang terlelap dalam tidur mereka dan beberapa lagi, masih sibuk dengan aktivitas mereka.
Sama seperti Elder, yang sedang terbaring di atas ranjang sambil sibuk memikirkan sesuatu. Sudah beberapa jam berlalu sejak ia sampai di rumah, tetapi pikirannya masih belum tenang setelah mendapatkan servis dari Beyza.
Sebenarnya, apa yang istimewa?
Elder masih tidak bisa memahami, kenapa dia bisa mencium Beyza dengan mudahnya. Perasaan jijik dan gelisah pun lenyap. Seakan akan, Philemaphobia itu tidak pernah dia idap.
Rasa penasaran yang membumbung, membuat Elder meraih kunci mobil dan mantelnya. Lalu pergi keluar untuk mendatangi Jared pada saat itu juga. Tidak peduli meski malam sudah semakin larut, atau rapat pagi yang harus dia hadiri esok hari.
Perjalanan saat malam hari tidak memakan waktu lama. Terlebih, Elder yang masih memiliki stamina meski baru saja berkelahi, terlihat cukup tangkas memainkan pedal. Hingga jarak beberapa belas kilometer dapat dipangkas hanya dalam waktu setengah jam.
"Hei bung! Kau ini burung hantu?" ucap Jared yang kesal ketika bel pintunya berbunyi beberapa kali.
"Ada hal penting!" jawab Elder santai, lalu menerobos masuk begitu saja.
Elder langsung menyalakan lampu, lalu duduk di atas sofa. Seakan tidak peduli apakah tuan rumah menerimanya atau tidak, dia tidak peduli.
Jared yang melihat tingkah Elder, hanya mampu menghela napas napas. Tidak ada ucapan tanda protes, dia justru pergi ke dapur dan membuat secangkir kopi.
"Oke, cepat katakan dan segeralah pulang!" Jared menghirup aroma kopi yang masih mengepul, lalu duduk di depan Elder.
"Kau hanya buat satu?" tanya Elder membahas secangkir kopi di tangan Jared.
Namun Jared hanya menatap Elder dengan santai, seolah menunjukkan ketidak peduliannya. Elder yang mengerti ekspresi Jared pun hanya bisa mendengus kesal.
"Sudahlah! Aku juga tidak meminum kopi instan," tegasnya dengan nada mengejek.
"Tentang hal itu … aku sudah melakukannya," lanjut Elder membahas tentang ciumannya.
"Tentang apa?" tanya Jared yang belum memahami arah pembicaraan Elder.
"Ciuman. Aku melakukannya dengan wanita itu!"
Jared yang sempat menyeruput kopinya, langsung tersedak begitu mendengar Elder mencium seorang wanita. Dia pun langsung terpikirkan ucapan yang pernah dia sarankan secara asal pada temannya itu.
"Ka-kau melakukannya?"
"Ya."
"Dengan wanita yang beberapa hari lalu kau cium dengan mabuk?"
"Iya!"
"Lalu, bagaimana? Berhasil?"
Jared masih dirundung rasa penasaran, tetapi Elder justru dibuat kesal dengan respon teman baiknya itu. Terkejut, mungkin memang wajar. Dia pun juga memikirkan hal itu hingga membuatnya mengalami insomnia.
"Jika tidak berhasil, aku tidak akan kesini!" ketus Elder.
"Oke oke, sebentar!"
Jared kembali menyeruput kopinya, berharap 2 shot Americano itu bisa membuat otaknya bekerja. Namun, hal itu tidak membuatnya mendapatkan hasil.
"Sepertinya aku perlu konsultasi dengan profesorku besok," jawab Jared yang masih tidak bisa menemukan alasannya.
Jared tiba-tiba terpikirkan dengan sosok wanita berdarah inggris, yang beberapa bulan ini menyandang status kekasih dari Elder Gulbar.
"Kau sudah mencobanya dengan wanita berambut pirang itu?"
"Siapa? Diana?" tanya Elder yang dijawab dengan anggukan kepala Jared.
"Belum. Apa aku perlu mencobanya?"
Jared menghela napas kasar sambil mengedikkan bahu. Lalu meletakkan gelas kopinya di atas meja dan pergi begitu saja.
"Tutup pintunya ketika kau pergi!" pesan Jared sebelum dia naik ke atas.
Entah mengapa, pria itu tidak terlalu menyukai kekasih Elder yang sekarang. Dia bahkan tidak mau menyebut nama wanita itu, dan lebih suka memanggilnya dengan sebutan Si Pirang.
Atas saran Jared dan juga rasa penasarannya. Elder mencoba mengundang Diana untuk datang ke kantor saat jam istirahat.
Mereka pun mengobrol layaknya pasangan pada umumnya. Duduk di sofa panjang bersebelahan, meski terpaut sedikit jarak di antara keduanya.
Pada saat itu, Diana sedang membahas tentang beberap job modeling yang beberapa hari ini membuat suasana hatinya kesal. Jadwal pemotretan yang juga membuatnya pusing dan kehilangan mood untuk bekerja.
Mendengar keluh kesah sang kekasih, Elder mulai memberikan bentuk perhatian. Dengan lembut ia mengusap ubun-ubun kepala Diana. Seolah sedang menyalurkan semangat untuk gadis berambut pirang yang duduk di hadapannya.
"Jika itu membuatmu lelah, tolak saja salah satunya dan pergilah berlibur," ucap Elder lembut.
"Ya, aku ingin. Hanya saja, kekasihku tidak punya waktu untuk menemaniku!" ejek Diana.
Merasa mendapatkan momen yang pas, Elder mencoba mendekatkan diri. Sorot matanya terfokus pada bibir dengan lipstik merah matte yang terlihat menggoda bagi pria lain, tetapi tidak baginya.
Kau bisa, Elder. Dia kekasihmu, sedangkan yang kemarin hanya pembantu rumah tanggamu saja.
Semakin dekat Elder dengan Diana, semakin kencang debar jantungnya. Bulir-bulir keringat keluar dari pori-pori kening serta bagian tubuhnya yang lain.
Come on! Come on! Kau bisa melakukannya.
...☆TBC☆...
Bang El, jangan coba-coba deh.
Entar Gumoh, Readers bingung loh 🤭🤣
Yuhuuuu sajen jangan lupa di tebar loh ya 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
wah pembantu lbh menggoda
2024-12-20
0
Radi
iih Abang El...jangan deh. si pirang banyak kuman woi 🤣🤣🤣
2024-01-29
0
Erlinda Sari
lucu juga phobia si Elder ini...
2024-01-16
0