Beyza kembali ke kediaman dengan pikiran kacau. Dia bahkan sempat melewatkan satu pemberhentian lantaran melamun. Memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang selain setuju dengan tawaran Elder
Pergulatan batin dirasakan Beyza selama beberapa hari terakhir. Dia yang sudah berada diambang keputusasaan hanya memiliki satu pilihan, yaitu menerima tawaran dari majikannya.
Hari telah larut, jam dinding pun sudah menunjukkan pukul 11 malam. Beyza yang sudah menyiapkan tekad untuk berbicara, terlihat terkantuk-kantuk, duduk di sofa menunggu kepulangan Elder. Hingga akhirnya, suara pintu terbuka terdengar.
Beyza terkesiap dalam hitungan detik. Dia langsung bangkit berdiri sambil berkedip beberapa kali, mencoba membuat matanya yang sudah berat terasa ringan.
Setelah keadaannya tubuhnya siap, kini tinggal hatinya. Kenyataan bahwa dia masih terlalu gugup untuk berbicara pada Elder, membuat ia hampir melewatkan kesempatan. Elder yang acuh saat melihat Beyza berdiri menyambutnya, hanya berjalan melewati gadis itu begitu saja.
Melihat majikannya lewat tanpa memperdulikan keberadaan nya. Beyza buru-buru memanggil Elder untuk membuat pria itu menghentikan langkah kakinya.
“Tuan, tunggu sebentar,” ucap Beyza.
Wanita yang masih mengenakan baju kerja itu langsung mendekat saat melihat Elder menghentikan langkah kakinya dan berbalik. Beyza berjalan mendekat tanpa ragu, seakan hatinya telah siap untuk mengutarakan maksudnya.
“Kau membutuhkan sesuatu?” tanya Elder.
Ruangan gelap tanpa adanya lampu utama yang menyala, hanya menyisakan dua lampu sudut yang memberikan sedikit penerangan. Namun meski begitu, wajah keduanya masih tidak bisa terlihat dengan jelas satu sama lain.
Beyza yang mempunyai indra penciuman tajam, serta dapat mengingat aroma woody bercampur apel, jelas mengetahui jika pria yang sedang ia dekati adalah sang majikan.
“Ah itu … Apa Anda lelah?” Bodoh! Kenapa aku malah bertanya pertanyaan konyol?
Beyza hanya bisa menelan salivanya kasar ketika salah mengawali pembicaraan.
Elder sempat menghela napas kasar, lalu bersedekap tangan, berusaha memperhatikan wajah wanita yang ada di hadapannya. Wajah yang tidak bisa ia lihat dengan jelas lantaran pencahayaan yang minim, membuat ia sedikit kesal.
“Sedikit. Katakan saja apa keperluanmu dengan cepat!” ketus Elder.
Beyza merasa tidak enak lantaran sudah mengganggu sang majikan, tiba-tiba mengurungkan niatnya. “Kalau begitu, selamat beristirahat, Tuan.”
Perkataan Beyza membuat Elder bertambah kesal, lantaran waktu berharganya terbuang sia-sia. “Jika tidak ada, maka jangan dikatakan saja selamanya!”
Elder lantas berbalik, hendak melanjutkan langkah kakinya. Namun Beyza merasa perkataan Elder akan berlaku selamanya, mencoba berbicara sekali lagi tanpa basa-basi.
“Tentang itu ….” perkataan Beyza tertahan beberapa detik, sebelum akhirnya dia sampai ke inti pembicaraannya. “Lips Service!”
Mendengar hal itu, Elder lantas menoleh kembali. Saat itu barulah ia tersadar, jika wanita yang berdiri di hadapannya tadi adalah Beyza. Wanita yang membuat phobia anehnya tak berkutik.
Oh, akhirnya dia membahas ini. “Buatkan segelas kopi dan bawa ke ruang kerjaku!”
Elder kembali melanjutkan langkah kakinya, pergi ke ruang kerjanya yang ada di lantai dua. Sedangkan Beyza, dia sempat tertegun beberapa saat. Sampai akhirnya ia tersadar bahwa majikannya sudah memberi izin untuk membahas hal itu.
Secangkir kopi espresso dengan sedikit cremer kesukaan Elder telah selesai dibuat. Beyza tidak mau membuat banyak waktu lagi, dan segera pergi ke ruang kerja sang majikan. Dia sempat menghela napas panjang, sebelum akhirnya masuk setelah Elder menyuruhnya.
Lampu yang menyala terang benderang, membuat manik matanya menangkap sosok sang majikan dengan jelas. Pria itu terlihat gagah saat berdiri sambil memegang sebuah tablet. Dengan kemeja putih yang lengannya terlipat sedikit, serta kancing bagian atas yang terbuka. Entah mengapa, membuat Beyza terdiam sejenak di tempatnya.
“Taruh di meja dan duduklah!”
Perintah Elder membuat Beyza tersadar dari lamunan sesaatnya. Dia pun segera menaruh cangkir kopi di atas meja, lalu duduk, seperti yang diperintahkan majikannya.
“Apa kau punya harga untuk ditawarkan?” tanya Elder yang masih fokus memandang tablet di tangan.
Beyza sangat ingin menjawabnya pada saat itu. Namun entah mengapa, lidahnya mendadak kelu. Bibirnya rekat tak dapat terbuka. Aura yang keluar dari pria itu membuat nyalinya ciut seketika.
“Tidak ada? Baiklah, aku akan memberimu 15 ribu lira untuk sekali layanan. Bagaimana?” tanya Elder, kemudian memandang Beyza.
Gadis yang sedang duduk tegak itu tertegun, memikirkan tawaran Elder dengan baik-baik. Yah, karena kesepakatan ini adalah jalan satu-satunya agar dia bisa melunasi hutang sang ayah.
“Berapa lama … Berapa lama Anda membutuhkan layanan dari saya?” tanya Beyza mencoba memperhitungkan uang yang akan dia dapat.
Elder menaruh tablet di atas meja kerja. Lalu pergi ke arah Beyza dan duduk di depannya. “Tidak yakin. Setidaknya sampai phobiaku membaik.”
Dia tidak yakin?
Bagaimana jika sembuh hanya dalam satu bulan? Bukankah waktunya kurang untuk mendapatkan 200 ribu?
Beyza mencoba mencari cara memanfaatkan keadaan agar dirinya tidak terlalu rugi dengan kesepakatan di antara mereka. Setidaknya, dia butuh jaminan agar hutangnya lunas.
“Bagaimana jika kita membuat kontrak. Setidaknya dua atau tiga bulan, agar kita bisa sama-sama untung dalam segi manapun.”
Elder menyandarkan punggungnya, menatap Beyza dengan seksama. Dia sendiri merasa jika kontrak merupakan hal yang penting untuk kerja sama mereka. Setidaknya, mereka akan punya batas waktu yang pasti.
“Oke, tidak masalah. Aku akan membuatnya lima bulan. Selama itu, kamu akan memberiku Lips Service setiap minggunya.”
Dua sudut bibir Beyza terangkat samar, bersamaan dengan hela napas panjang. Satu rencananya telah berhasil, sekarang hanya tinggal satu langkah lagi baginya untuk bisa mendapatkan keuntungan.
“Saya tidak masalah, tapi saya ingin pembayaran di awal.”
Elder jelas terkejut mendengar permintaan pembantu rumah tangganya. Dia tidak menyangka, jika gadis yang dia kira angkuh itu ternyata juga materialistis.
“Aku tidak menyangka. Jika dalam masalah ini, kau sangat pandai mengambil keuntungan.”
“Tidak! Bukan seperti itu,” elak Beyza.
“Bukan? Lalu apa itu? Memeras?” Elder terdengar lebih ketus dari sebelumnya.
“Setidaknya, Anda bisa memberiku setengah pembayaran di awal. Hal ini hanya untuk berjaga-jaga saja, Tuan. Lagi pula, bukankah ini tujuan dari sebuah kontrak?”
Kedua manik mata Elder terbelalak. Memikirkan, bagaimana seorang maid bisa mengetahui tujuan adanya kontrak? Ini memang mirip seperti sebuah kerjasama ‘Give And Take’ yang bisa merugikan salah satu pihak jika tidak dipikirkan baik-baik.
Dua pasang mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat. Elder menangkap sorot mata penuh keyakinan dari lawan bicaranya. Seakan-akan dia tidak akan menolak tawaran ini, lantara dia sendiri juga butuh.
Wanita ini, bisa menilai keadaan dengan sangat baik. Dia pandai memposisikan dirinya agar tidak mendapatkan kerugian dari berbagai aspek.
Sungguh, maid yang cerdas!
...☆TBC☆...
Harus cerdas meski kepepet. Gitu ya neng 🤭
Yok minta sajen dulu, biar bisa beli kopi di stalbuk kita. Sambil mikir, enaknya dibablasin aja atau ngak ya 😏😏
Jempol jangan lupa. Othor memantau 🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
dia terpaksa lho bang , gara² utang ayahnya noh
2024-01-14
6
mery harwati
Pengorbanan yang mahal bagi Beyza untuk sebuah hubungan yang Beyza anggap keluarga, tapi mereka yang dibela Beyza hanya menganggap Beyza sapi perah & tumbal untuk kesenangan keluarga 🫣😥
2024-01-09
1
Kiki Ramadhani
sama penasaran. cantikan ini dr yg atas
2024-01-04
0