Elder dan Beyza masih berdiri di posisi yang sama, saling memandang tanpa mengucapkan sepatah kata. Namun, Elder yang teringat situasinya lebih dulu, langsung berdehem dan mengalihkan tatapannya.
Dia berjalan ke arah Alv, meminta pria itu membuka jasnya. Lalu ia kembali ke sisi Beyza dan membantunya menutupi tubuhnya dengan jas milik sang asisten.
"Pengancaman, pemerasan, penipuan, juga tindakan kekerasaan." Elder meraih tangan Beyza yang memar, lalu mengangkatnya sesaat agar semua preman melihat lukanya.
"Alv, berapa tahun yang harus mereka jalani dipenjara?" tanya Elder pada asistennya.
"15 hingga 30 tahun dengan pasal berlapis, Tuan."
Mendengar jawaban Alv, Elder merasa kurang puas. Sambil berjalan, Elder mencoba memikirkan cara ampuh agar para preman tidak mengganggu Beyza lagi.
Tiba-tiba saja, Elder menoleh ke arah Alv dan meminta sesuatu pada pria itu. Alv langsung merogoh saku bagian dalam jasnya, mengambil sebuah pistol dan memberikannya pada Elder.
"Baiklah. Sekarang, kita buat saja kesepakatan. Berikan tanda lunas dan masalah kita selesai. Atau … biarkan dia menyelesaikannya?"
Elder mengangkat pistol hitam milik Alv, sambil terus mengedarkan matanya, menatap para preman yang terlihat ketakutan itu menatap bosnya.
"Ba-baik. Sa-saya akan membuatkan tanda lunas!" seru pria bertubuh kurus itu sambil bangkit berdiri.
Tidak sampai lima menit. Dia yang sejak tadi sibuk menulis tanda bukti lunas, berjalan menghampiri Elder dengan gugup dan menyerahkan tanda buktinya.
Elder menarik secarik kertas dari tangan pria itu, kemudian mengajak Beyza pergi dari sana. Namun belum sempat ia keluar dari pintu, Elder sempat berpesan.
"Jika aku menemukan salah satu dari kalian mengacau lagi. Maka jangan menyesal jika tangan ini melewati batasnya!"
Mereka pun pergi, meninggalkan bangunan tiga lantai yang sangat pengap dan tidak bersahabat itu, pergi menuju mobil. Elder terlihat berjalan lebih dulu, disusul Beyza dan Alv yang berjalan beriringan.
Ketika masuk ke dalam mobil pun juga begitu. Elder sengaja masuk lebih dulu, dan membiarkan pintu mobilnya terbuka, berharap Beyza cukup peka.
Namun gadis itu justru membantu tuannya menutup pintu. Sebelum akhirnya dia berjalan ke depan, hendak duduk di depan. Namun Alv yang memahami keinginan tuannya, langsung menahan pintu.
"Duduklah di belakang, Nona Beyza!"
Beyza sempat tertegun sejenak, memikirkan hal yang membuatnya harus duduk di belakang, tepat di samping Elder.
"Nona, silahkan duduk di belakang!" tegas Alv membuat lamunan singkat Beyza buyar.
"Oh, baik!"
Mobil sedan hitam pun melaju usai Beyza masuk dan duduk di samping Elder. Sejauh setengah perjalanan, tidak ada satu patah pun keluar dari mulut keduanya.
Elder terlihat bersedekap tangan sambil bersandar. Sedangkan Beyza, justru terlihat sangat tegang sambil menundukkan kepalanya. Entah mengapa, dia merasa Elder lebih menakutkan dibanding dengan sepuluh orang preman tadi.
Namun meski begitu, dia berusaha mengumpulkan sisa keberaniannya untuk mengucapkan terima kasih pada tuannya.
“Eem, itu ….” Perkataan Beyza tertahan untuk beberapa saat, lantaran bingung harus berterima kasih lebih dulu, atau bertanya.
Namun sebelum ia melanjutkan kalimatnya, Beyza justru meminta Alv untuk berhenti sebuah apotik sebentar. Dia buru-buru turun, membeli beberapa obat dan kembali ke dalam mobil.
“Tolong ulurkan tangan Anda,” pinta Beyza dengan sopan.
Elder lantas menoleh, menatap wajah Beyza untuk sesaat, lalu kembali menatap lurus ke depan. “Buat apa?” tanyanya ketus.
“Pisau tadi, saya mengambilnya dari pedagang buah. Setidaknya, luka Anda perlu dioles antiseptik untuk mencegah iritasi,” jelas Beyza masih dengan nada sopan.
Pria yang sejak tadi memasang wajah ketus, akhirnya mengulurkan tangannya yang terluka. Beyza mulai membuka ikatan sapu tangannya, lalu mulai mengoles antiseptik dengan lembut.
Sorot matanya terfokus pada luka Elder yang masih mengeluarkan darah meski sudah tidak terlalu banyak. Namun pria itu, pandangannya justru tertuju pada wajah serius Beyza.
“Tentang hal itu … saya ingin berterima kasih pada Anda. Juga, meminta maaf.”
Ucapan Beyza yang tiba-tiba berhasil membuat Elder terperangah dalam lamunan singkatnya. Terutama ketika Beyza tiba-tiba menengadah, hingga membuat tatapan mereka bertemu.
“Tapi, bagaimana Anda bisa ada disana?”
Pertanyaan Beyza seketika membuat Elder berada dalam kebingungan sesaat. Ego yang tinggi, membuatnya enggan mengakui jika dia membuntuti Beyza sejak ia menaiki taxi.
“Kenapa? Bukankah harusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada di tempat seperti itu?”
Beyza terdiam, tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. Namun jika dia berbohong dan berkelit, itu lebih tidak mungkin lagi. Lantaran Elder sudah membawa bukti tanda lunas dari mereka.
“Ayah ….” Beyza mencoba menjelaskan, tetapi perkataannya tertahan sesaat. Da sendiri bingung harus memulai dari bagian mana.
“Terlilit hutang. Mereka memberikan waktu seminggu untuk membawa 200 ribu, karena tahu saya bekerja di keluarga Gulbar.”
Elder diam membisu, tidak merespon cerita Beyza sama sekali. Dia hanya menatap gadis itu yang sedang memasangkan perban sambil bercerita.
“Saya harap, Anda tidak marah atau memecat saya,” mohon Beyza dengan suara lirih yang hampir tidak bisa didengar Elder.
Pria itu, sebenarnya bukan tidak mengerti keadaan Beyza yang sebenarnya. Lantaran saat di perjalanan, dia sempat meminta beberapa orangnya untuk mencari tahu tentang salah satu maid yang terikat kontrak dengannya.
Mengetahui kerja keras Beyza demi melunasi hutang judi sang ayah, hati pria itu sedikit tersentuh. Gadis muda yang saat itu baru saja lulus sekolah, dipaksa bekerja siang dan malam hanya untuk keegoisan orang tuanya.
“Lupakan hal itu. Lain kali jika kau terjebak dalam situasi seperti ini, beritahu pada Rubby atau padaku.”
Beyza yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya dan mengucapkan banyak terima kasih pada Elder. Seulas senyumnya terpampang dengan jelas, dan berhasil membuat degup jantung Elder berdetak tak karuan.
“Jangan salah sangka!” Elder mengalihkan pandangan matanya dan kembali bersikap angkuh. “Aku hanya tidak ingin nama keluarga Gulbar terseret hanya karena masalah sepele.”
“Saya mengerti. Terima kasih banyak, Tuan Elder.”
“Uang sudah diterima, bahkan sudah kau bayarkan pada mereka. Jadi ….” Elder tiba-tiba menoleh, menatap Beyza dengan tatapan mengintimidasi.
“Berikan hal yang sudah aku bayar lebih dulu!”
DEGH!!!
Maksudnya, Lips Service?
Dia membicarakan itu?
Dan dia menginginkan itu sekarang?
Di dalam mobil yang sedang berjalan?
...☆TBC☆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Nenti iis Fatimah
infeksi mungkin thor
2024-05-25
1
mery harwati
Elder berotak cerdas & cerdik, ada kesempitan dalam kesempatan 😀 langsung tancap gas dimanfaatkan oleh Elder pada Beyza 😎😂
2024-01-09
0
Setiyani Buana Buana
sifat baba Die jelas itu mah nyosor terus
2023-12-17
0