Napas Elder perlahan menjadi sedikit cepat, pendek, dan berantakan. Tubuh yang semula hangat, langsung menjadi dingin dalam hitungan detik.
Usahanya untuk berusaha mencium sang kekasih, pada akhirnya kandas di jarak yang masih jauh. Dia pun langsung bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Diana tanpa sepatah katapun.
Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih itu, langsung berlari masuk ke dalam toilet. Rasa mual di perut yang sudah tidak bisa ditahan, akhirnya ia keluarkan.
Suara Elder yang sedang muntah, secara tidak sengaja terdengar samar di telinga Diana. Membuat gadis itu semakin jengkel dengan respon sang kekasih.
Padahal, sebelum berangkat, dia sudah memastikan mulutnya tidak bau. Dia bahkan menyemprot banyak pewangi mulut. Namun hal itu tidak bisa membuat sang kekasih memberikan sebuah kecupan.
"Sial! Kenapa masih belum bisa? Dimana kesalahannya?"
Elder langsung keluar setelah perutnya merasa lebih baik. Niat hati ingin meminta maaf pada Diana, namun ketika ia keluar, ruangan sudah kosong tanpa seorang pun.
Hela napas pun dia hembuskan dengan kasar. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba mengusiknya. Hingga akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi Diana.
Beruntung, panggilannya langsung terhubung tanpa harus menunggu lama.
"Maaf, badanku sedang tidak enak dua hari ini," elak Elder mencari alasan agar kekasihnya mau mengerti.
"Aku bosan dengan alasanmu!" ketus Diana.
Bagaimana mungkin gadis itu tidak bosan? Setiap kali, dia atau Elder mencoba untuk mendekat dan berciuman, pria itu mendadak sakit dalam hitungan detik. Dia pun merasa muak dengan alasan itu.
"Kau marah?" tanya Elder. Namun ia tidak kunjung mendapat jawaban. Dari situ, ia sudah bisa menebak, semarah apa kekasihnya.
"Tunggulah di Lobby sebentar, aku ingin memberimu sesuatu," bujuknya.
"Tidak perlu membujukku! Aku sudah menerima barang banyak bulan ini."
"Ini bukan barang. Aku yakin kau pasti akan menyukainya."
Bujukan Elder membuat Diana terdiam agar bisa berpikir sejenak. Rasa penasaran yang mengusik tanpa permisi, pada akhirnya membuat gadis itu setuju untuk menunggu di Lobby.
Dua menit berlalu. Seorang wanita muda yang selama ini menjabat sebagai sekretaris Elder, terlihat berjalan mendekati Diana dan asistennya.
"Maaf membuat Anda menunggu lama," sapanya dengan sopan.
Dua manik mata Diana langsung membulat. Raut wajah kesalnya tidak bisa ditutupi oleh riasan tebalnya. Berharap bisa melihat sang kekasih, tetapi justru asistennya yang datang.
"Dimana dia?" ketus Diana yang langsung membuang muka.
"Presdir sedang tidak enak badan, jadi harus melakukan pemeriksaan di rumah sakit." Sang Sekretaris masih mencoba berbicara dengan sopan.
"Cih! Dia selalu seperti itu," keluh Diana kesal. "Aku tidak punya banyak waktu, jadi langsung saja!"
Wanita yang akrab dengan panggilan Sekretaris Gu, hanya bisa tersenyum sambil merogoh saku jasnya. Mengambil sebuah kartu nama, lalu memberikannya pada Diana.
"Presdir telah merekomendasikan Anda pada Tuan Hua untuk menjadi Brand Ambasador. Tuan Hua sudah setuju, Anda bisa langsung menghubungi beliau," jelas Sekretaris Gu.
Raut wajah Diana sontak berubah, yang semula suram menjadi cerah. Namun gadis itu masih berpura-pura acuh tak acuh dengan Sekretaris Gu. Bahkan ia mengambil kartu nama dengan kasar.
Tanpa berkata apapun, Diana langsung bangkit berdiri. Lalu mengajak asistennya pergi meninggalkan Lobby dengan angkuh.
Mentari perlahan bergerak ke Barat. Cahayanya semarak menampilkan reiligh yang begitu indah di langit. Perpaduan warna jingga dan langit biru, terlihat mempesona dimata para penikmat senja.
Kala itu, Elder yang baru saja menyelesaian pekerjaannya, buru-buru pergi menemui Jared. Akan tetapi, sebuah panggilan dari rumah pribadinya baru saja masuk.
"Tuan, nyonya dan tuan besar datang."
Panggilan yang dia dapat dari Beyza langsung membuat Elder memerintahkan Alv untuk putar balik. Bahkan, ia menyuruh pria muda itu untuk menambah kecepatan dan mencari jalan pintas agar bisa cepat sampai di rumah.
Aishe dan Diego terlihat duduk di ruang tamu. Menikmati kudapan dan secangkir cay yabg di sediakan oleh Beyza. Sepasang suami istri itu terlihat sangat harmonis meski usia mereka sudah lebih dari setengah abad.
"Dari semua benih milikmu, hanya pria muda ini yang paling susah diatur," ucap Aishe sembari mengambil cangkir cay.
"Kamu terlalu memanjakannya. Lihatlah, sampai kapan dia akan sendiri di rumah yang besar ini?" Aishe masih meneruskan kalimatnya.
"Apa kau ingat, Die? Saat kau seusianya dulu." Aishe tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke telinga Diego.
"Kamu, sudah sangat ahli dan berpengalaman dalam hal itu."
Aishe mengatakan hal itu tanpa rasa malu. Dia bahkan langsung menyeruput cay dengan santainya. Sedangkan Diego yang terkejut, langsung menoleh memandangi sang istri.
"Sudah setua ini, kamu tetap saja …."
Diego tidak melanjutkan ucapannya, justru mendekatkan bibirnya ketelinga sang istri. Lalu mengigit daun telinga Aishe dengan lembut, meluapkan rasa gemasnya pada wanita yang masih sangat menggoda meski sudah berumur.
"Aah!! Hentikan, Die! Kau lupa ini di rumah siapa?" Aishe sekonyong-konyong menoleh, menatap wajah sang suami yang sedang tersenyum.
"Kamu yang memulainya! Kalau begitu, kita pulang saja dan melanjutkannya, bagaimana?" goda Diego sambil mengusap wajah Aishe dengan jari telunjuknya.
"Die! Sudah cukup! Aku sedang merindukan anakku!" bentak Aishe kesal.
Namun kekesalan itu tidak berpengaruh pada Diego. Pria tua itu justru melebarkan senyumnya, tanpa peduli kekesalan yang di ekspresikan sang istri secara jelas.
...☆TBC☆...
Ini bapack-bapack bucin gak tau tempat dan kondisi 🤣🤣🤣
siapa yang rindu mereka?
Jangan lupa sajennya di tebar 😏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
baguslah jd dia g bs selingkuh hahahaha
2024-12-20
0
Lily Miu
hahaha ampe muntah
2024-12-20
0
Radi
tetep aja ya . galak galak mesra . 🤣🤣🤣suka aahhh
2024-01-29
0