"Tuan … Tuan!"
Teriakan nyaring seorang maid membuat Diego, Zavier, dan juga Zehra menoleh dengan kompak. Mereka saling memandang heran, ketika mendapati seorang maid berlari tergopoh-gopoh seperti itu.
"Hilda, tenanglah!" pinta Zehra menenangkan maid yang selama ini melayaninya dengan baik.
"Itu, Nona …." Perkataan maid muda itu terpotong lantaran napas senggalnya, setelah berlari menghampiri mereka.
"Atur napasmu dan bicaralah yang jelas!" sahut Zavier turut berkomentar.
Namun maid muda bernama Hilda itu tidak mengindahkan ucapan keduanya. Dia hanya perlu satu kali tarikan napas panjang, sebelum akhirnya ia memberi tahu apa yang terjadi.
"Seorang wanita muda. Dia mengaku sebagai kekasih Tuan Elder, datang dan merendahkan nyonya."
Zavier yang semula duduk di samping Diego, langsung bangkit berdiri dan berlari. Pria yang sangat menghormati ibunya itu jelas merasa tidak terima. Dia bahkan menyuruh Zehra menghubungi Elder untuk segera ke rumah.
Zehra sendiri terlihat panik. Namun gadis itu masih bisa mengontrol sedikit perasaan cemasnya dan menghubungi Elder. Sedangkan sang ayah, Diego, justru terlihat santai.
Pria berumur 60 tahun itu bangkit berdiri dari duduknya. Lalu meregangkan tubuhnya sebentar, sebelum akhirnya melangkah pergi. Wajah datar berpadu gayanya yang santai, justru membuat Zehra kebingungan.
"Aku tahu tubuh ayah sudah renta, tapi bisakah jalannya sedikit di percepat?" protes sang putri.
"Kamu khawatir dengan ibumu?"
"Tentu saja! Jangan bilang Ayah tidak khawatir sedikitpun?"
Diego tertawa singkat, kala mengingat masa mudanya bersama sang istri yang tidak pernah kenal rasa takut. Wanita yang sudah ia cintai selama 30 tahun itu, jelas bukan sosok yang mudah ditindas. Dia bahkan mampu menaklukkan pewaris generasi kedua, yaitu mertuanya.
Zehra tidak lagi protes ketika sang ayah tertawa, lantaran manik matanya yang terfokus pada Zavier. Melihat pria itu hanya berdiri dan mengamati dari jendela, membuat gadis itu merasa jengkel.
"Apa yang kamu lakukan disini? Masuk dan bela ibu!" seru Zehra meluapkan kekesalannya.
Namun Zavier justru tersenyum tanpa menoleh, menatap sang adik yang cemas dengan situasi di dalam. Melihat kakaknya tersenyum, Zehra pun sempat berdecak dan hendak pergi menemui sang ibu. Akan tetapi, Zavier buru-buru mencekal tangan Zehra.
"Ibu tidak membutuhkan bantuan kita. Coba lihat dan dengarkan percakapan mereka," ucap Zavier mencoba meyakinkan adik perempuannya.
Zehra memutar bola matanya malas, seakan tidak percaya dengan ucapan Zavier. Namun meski begitu gadis muda dengan lesung pipi itu tetap menurut. Zehra dan Diego akhirnya ikut berdiri bersama Zavier. Menonton dan menguping sang ibu dari balik jendela kaca.
"Benar, aku memang dari kalangan orang biasa. Aku hanya seorang yatim piatu yang secara beruntung mengandung benih dari penerus keluarga Gulbar," jawab Aishe dengan nada rendah.
"Kenapa, kamu mau mencobanya?"
Aishe lagi-lagi memamerkan seulas senyum pada Diana. Entah mengapa, Diana yang melihat senyum Aishe justru menjadi jengkel. Dia merasa seolah-olah senyum Aishe adalah sebuah ejekan untuknya.
Namun gadis itu berusaha menunjukkan sikap tenangnya, agar mampu menaklukan sang mertua dengan cara frontal.
"Ah, seperti itu. Konon katanya orang yang baru merasakan menjadi orang kaya akan terlihat … yah, sedikit angkuh," balas Diana yang kemudian bersedekap tangan, seperti sedang menantang Aishe.
"Tapi, saran dari Teyze cukup bagus. Lagi pula, keluarga Elvigro tidak akan keberatan jika aku menikahi anak haram."
Mendengar cara Diana menyebut Elder sebagai anak haram, emosi Aishe memuncak. Wanita tua dengan kharisma luar biasa itu langsung menancapkan gunting bunga ke atas meja sambil bangkit berdiri.
Diana yang sejak tadi memasang wajah santai dengan sorot mata meremehkan, tentu saja langsung terkejut. Dia bahkan sempat terhenyak kaget ketika melihat Aishe menancapkan gunting ke atas meja.
"Sejak tadi aku sudah menahan diri, tapi kamu malah menyentuh batas kesabaranku! Kamu pikir, keluarga Gulbar akan takut dengan mereka yang punya status kerabat keluarga Inggris?"
Aishe menatap tajam. Nyala api yang tersulut tiba-tiba, terlihat berkobar dengan jelas di sorot matanya.
"Apa kamu mau aku memanggil Daniel Elvigro. Dan melihat, siapa yang berlutut di kaki siapa?"
Gertakan dari Aishe pun berhasil membuat Diana kelabakan. Gadis yang terkejut dengan tantangan Aishe langsung menurunkan tangan yang sejak tadi bersedekap.
Bagaimana dia bisa tahu Paman Daniel?
Diana menggigit bibir bawahnya. Gurat kekesalan terukir jelas di wajah putihnya, bercampur dengan sedikit ketakutan yang coba dia tepis.
Suara samar berasal dari seorang wanita yang berasal dari depan, membuat Aishe dan Diana kompak menoleh. Tidak lama, suara berat seorang pria pun terdengar lantang memanggil Aishe.
"Ibu … Ibu!"
Diana yang melihat Elder datang, buru-buru bangkit berdiri. Gadis itu terlihat panik, menoleh mengawasi sekitar, seperti sedang mencari sesuatu. Sampai akhirnya ia melihat anak tangga yang tak jauh darinya.
Dia pun berlari secepat mungkin menaiki anak tangga. Sedangkan Elder yang melihat aksi itu, langsung menyusulnya meski sempat menatap kemarahan di wajah Aishe.
"Ishe, ada apa ini?"
Suara Emmine yang datang menyapa membuat Aishe menghela napas kasar. Dia menoleh, menatap wajah kakak iparnya dengan lesu. Sedangkan Emmine yang baru datang dari Inggris, hanya bisa menatap heran.
"Kau tahu kisah cinta anak muda bukan? Itu mirip kamu dan kakak," jawab Aishe datang menghampiri Emmine, lalu memeluknya untuk sesaat.
"Dia … kekasih Elder?" tebak Emmine asal.
Aishe hanya mengedikkan bahu. Sebelum akhirnya ia mengajak Emmine untuk duduk. Namun sebelum mereka berhasil duduk dengan nyaman, teriakan lantang Zehra terdengar dari luar.
"Sepertinya kita perlu melihat drama ini, Ishe!" ucap Emmine menatap Aishe.
"Yah, sepertinya begitu."
Sudah sejak awal Aishe menduga, bahwa gadis yang mengaku sebagai kekasih anaknya pasti akan melakukan sesuatu. Sudah jelas, itu terjadi sekarang. Disaat ia harus menyambut beberapa tamu penting.
Gadis itu harus mengingat satu hal, bahwa kesabaranku hanya setipis tisu!
Aishe terlihat mengepalkan kedua tangannya, sebelum akhirnya ia beranjak pergi bersama Emmine. Di halaman belakang, Diego, Zavier, Zehra, Rehan, dan juga Jared, sudah berdiri sambil mengangkat sedikit kepala mereka.
Sorot mata Aishe pun dengan cepat berpindah, mengikuti kemana pandangan mereka tertuju. Rupa-rupanya, mereka sedang melihat Diana yang berdiri di dekat pembatas rooftop di lantai ketiga.
"Diana! Tenang dan turun dari sana!" teriak Elder mencoba menenangkan sang kekasih.
"Tidak! Sampai kamu berjanji akan menikahiku dengan segera!" jawab Diana menoleh pada Elder yang berdiri tidak jauh darinya.
"Turunlah dulu, oke. Kita akan membicarakan masalah ini baik-baik!" Elder masih berusaha menenangkan Diana.
"Ibumu tidak menyukaiku, Elder. Dia bahkan ingin menghubungi Paman Daniel untuk memaksaku berpisah denganmu!" ucap Diana sambil terisak. Air matanya bahkan tumpah ruah, membuat Elder merasa tidak nyaman.
"Wah, dia playing victim sekali. Bisa-bisanya menuduh ibu seperti itu," grutu Zehra kesal. "Aku akan mencincangnya nanti!"
"Tidak, ibuku tidak akan melakukan itu. Turun dan mari kita bicara, oke!" pinta Elder.
"Berjanjilah untuk menikahiku lebih dulu! Katakan kau akan menikahiku, Elder Gulbar!"
...☆TBC☆...
Sajen sajen, jangan sampe ketingalan sajennya.
Nih para lajang-lajang, minta di sawer sajen guys 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
ih serem dpt cewek model gini
2024-12-20
0
aryuu
emang ngobrolnya dirooftop😱😱😱
2025-02-14
0
Lily Miu
wkwkwk keren pertanyannya
2024-12-20
0