Mentari perlahan merangkak keluar dari peradabannya. Sinarnya yang menerangi setengah bagian dari bumi disambut oleh kicau merdu burung-burung.
Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, ketika Elder turun dari lantai 2 menuju meja makan. Hari ini dia bersiap satu jam lebih awal dari biasanya, mungkin karena ia masih harus menyelesaikan proyek.
"Selamat pagi, Tuan!" sapa dua maid yang sudah rapi, berdiri di dekat meja makan.
Elder mengangguk sambil mengedarkan manik mata kecoklatan miliknya ke sekitar. Seperti sedang mencari sesuatu yang tidak kelihatan. Siapa lagi jika bukan Beyza?
Namun Elder tidak menanyakan apapun tentang Beyza pada para maid. Dia hanya menikmati sarapan seperti biasanya, kemudian berangkat bekerja pun seperti biasanya. Seakan tidak ada yang terjadi semalam.
Hal itu jelas berbeda dengan Beyza. Gadis itu rupanya masih menyimpan rasa malu, ketika teringat cara memberikan Lips Service pada sang majikan. Sehingga, ia terus menghindar agar tidak bertemu dengan Elder.
Beberapa hari berlalu, Elder pun mulai menyadari, jika Beyza sedang menghindari dirinya. Saat itu, barulah ia memutuskan untuk mencari dan berbicara dengan Beyza.
Elder yang pada saat itu melihat Beyza sedang berada di halaman samping, langsung turun untuk menemuinya. Beyza yang melihat Elder berjalan keluar dari pintu, mencoba kabur secepat mungkin.
"Berhenti, Beyza!" pinta Elder dengan suara lantang, yang pada akhirnya membuat Beyza dengan terpaksa menghentikan langkah kakinya.
"Tu-tuan Elder, selamat sore," sapanya mencoba berbasa-basi.
"Hentikan basa basimu. Kenapa kau menghindariku beberapa hari ini?" ketus Elder. "Oh, salah. Tepatnya setelah service malam itu."
Beyza tertunduk. Ada perasaan gugup yang bercampur dengan rasa malu. Tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa pada sang majikan.
"Maaf, Tuan." Pada akhirnya, perkataan maaf yang keluar dari bibirnya dengan lirih.
"Saya malu mengingatnya. Saya sudah bertindak kelewatan malam itu. Melewati batas seorang maid pada majikannya.
DEGH!
Mata Elder membulat penuh. Bagaimana tidak? Malam itu yang melewati batas adalah dirinya. Dia yang tidak bisa mengendalikan hasratnya, hingga hampir menelan gadis polos.
Satu tangan Elder memegang kening dan memijatnya, sedang satunya lagi berkacak pinggang.
"Baiklah, hentikan itu!" jawab Elder yang merasa tidak enak.
"Dengarkan aku, Beyza. Jika kita sedang berdua dalam posisi yang … maksudku Lips Service. Kamu bukan lagi sebagai maid, tapi terapisku. Jadi tidak perlu segan dan gunakan segala kemampuanmu!" tungkas Elder memberi solusi.
"Terapis?" Beyza masih berpikir sejenak. Sepersekian detik kemudian, ia mengangkat tangan dan menatap Elder.
"Baiklah, Tuan!" lanjutnya.
Jawaban Beyza seketika membuat Elder merasa sedikit lega, begitu juga dirinya. Pada akhirnya, kecanggungan mereka pun berakhir dengan status Beyza sebagai Terapis dalam keadaan tertentu.
Yah, setidaknya Elder berhasil menemukan cara tepat agar mereka berdua tidak terlalu canggung. Hingga, hal itu benar-benar terjadi pada minggu berikutnya.
Keduanya tidak lagi merasa canggung setelah melakukan Lips Service. Selain itu, Elder juga berhasil menekan hasratnya ketika Beyza menciumnya. Meski pada akhirnya, dia harus menyelesaikan hal itu di kamar mandi.
Keadaan pun berjalan normal selama satu bulan ini. Hingga seorang wanita datang membunyikan bel pintu, pada siang hari yang cerah. Rea, seorang maid yang pada saat itu berada di bawah, langsung membuka pintu.
"Ya, Nona. Ada yang bisa saya ban–"
Belum sempat Rea meneruskan kalimatnya, wanita itu langsung menerobos masuk sambil mendorong tubuh Rea. Tanpa berkata apapun, tanpa permisi, ia melenggang masuk, membuat Rea buru-buru mengikutinya.
"Maaf, Nona … Nona!" panggilnya dengan sopan.
Gadis berambut pirang itu berhenti di ruang tamu. Dia merogoh tas dan menghubungi seseorang.
"Sayang, kamu ada di kantor?" tanyanya berbicara dengan seseorang di telepon.
"Aku bosan. Jadi, aku mampir ke rumah …. Oh, tidak perlu buru-buru kembali, aku hanya mampir untuk menikmati secangkir teh disini."
Rea mencoba berbicara, tetapi wanita itu masih sibuk berbicara. Hingga akhirnya, ia menjauhkan ponsel dari telinga. Lalu, melepas kaca mata dan menatap Rea.
"Perkenalkan, aku adalah kekasih Elder!" ucapnya dengan angkuh.
Gadis bernama Diana Elvigro itu langsung duduk di sofa. Lagi-lagi tanpa permisi dan bertindak angkuh, melebihi seorang pemilik.
Rea tentu saja kebingungan dengan ucapan Diana. Sang majikan yang selama tidak pernah ada gosip memiliki kekasih, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang ke rumah dan mengaku. Jelas, Rea tidak percaya dengan mudahnya.
Namun tidak lama setelah Diana memperkenalkan diri dan duduk di sofa. Telepon rumah berdering. Rea yang kebetulan berada di dekat telepon langsung menjawabnya.
"Apa gadis itu berambut pirang?"
Suara Elder langsung membuat Rea terkesiap. "Ya, Tuan."
"Bawakan camilan dan teh. Aku akan segera pulang!"
Singkat dan jelas. Panggilan itu langsung terputus bahkan sebelum Rea memberi jawaban. Setelah mengembalikan gagang telepon, Rea berbalik dan menyapa Diana.
"Tuan akan segera pulang. Saya akan menyiapkan hidangan untuk Anda, Nona."
Setelah Rea pergi, Diana langsung mengedarkan pandangan matanya. Melihat rumah yang tidak terlalu besar dan mewah, tetapi terlihat bersih dan rapi.
Kakinya pun bergerak, melangkah mengitari sekitar. Membuka ruangan demi ruangan, hingga akhirnya ia menaiki tangga, menuju lantai dua. Manik matanya langsung tertuju pada sebuah pintu coklat yang berada di dekat tangga.
Entah rasa penasaran apa yang membuat gadis itu tergerak untuk membuka ruang kerja Elder. Kaki, tangan, serta matanya, seperti sedang bekerja sama. Dia membuka, melangkah masuk, dan mengedarkan manik matanya.
Rak yang penuh dengan buku-buku, laptop yang tertutup, beberapa hiasan meja, serta lukisan. Tidak ada hal menarik yang bisa dia temukan disana.
Namun ketika ia hendak berbalik pergi, manik matanya tertuju pada sebuah map merah yang tergeletak di atas meja. Rasa penasarannya pun menyeruak, membuat tangannya tergerak untuk membuka.
Manik mata kebiruan itu mulai fokus, membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat. Perlahan dan bertahap, ekspresi wajah Diana berubah drastis.
Wajahnya merah padam, bersamaan dengan dahi yang mengkerut, ia mencengkram map merah yang di pegangnya.
"Beyza Beyza! Aku akan mencari dan membunuhmu!"
Diana mengembalikan map ke tempat asalnya, lalu pergi meninggalkan ruang kerja Elder. Ekspresi wajahnya berubah dengan cepat saat ia berjalan menuruni anak tangga.
"Nona, Anda dari mana?" tanya Rea sambil memegang nampan.
"Berisik! Apa semua pengurus rumah ini cerewet sepertimu?" jawab Diana ketus.
"Aku kekasih dari pemilik rumah ini. Memang apa salahnya aku pergi kemana?" lanjutnya.
Rea hanya bisa menelan salivanya dengan kasar, ketika mendengar jawaban angkuh dadi kekasih sang majikan. Lalu dengan sopan meminta maaf pada Diana.
Diana sempat memanyunkan bibirnya sesaat, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah Elder. Namun saat ia berjalan, sebuah percakapan membuat langkah kakinya terhenti.
"Rea, siapa dia?"
"Oh Beyza! Kamu sudah datang?"
Nama Beyza yang disebutkan Rea, sontak membuat Dia membalikkan badannya.
"Jadi, kau yang bernama Beyza?" tanya Diana.
"Ya, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?"
Beyza berusaha menyapa dan berbicara pada Diana dengan sopan. Akan tetapi, ekspresi Diana justru membuat gadis itu terheran.
"Tidak ada, hanya ingin memperkenalkan diri. Bahwa aku, adalah kekasih Elder Gulbar!"
...☆TBC☆...
Neng Beyza pasti shock tuh yee ...
Sajen jangan lupa ditabur.
Othor mau sarapan dulu, entar lanjut lagi 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
lha menang banyak dunk elder
2024-12-20
0
Lily Miu
haduh sombong amat
2024-12-20
0
Radi
beyza kaget dong. aahh . pantes aja teman bang El gak suka sama Diana pirang. angkuh nya woooi
2024-01-29
0