Langit pada saat itu sangat cerah. Awan tipis melintas sesekali di kediaman Gulbar. Bersamaan dengan semilir angin yang datang, menggugurkan serbuk bunga yang bermekaran. Membawa angin segar di penghujung musim semi.
Rubby, kepala pengurus kediaman utama, terlihat sibuk mondar mandir ke dapur. Beberapa pekerja di sana pun terlihat sangat sibuk. Ada yang menata dekorasi rumah, ada juga yang sibuk menyiapkan makanan di dapur.
"Ibu … Ibu!" teriak seorang wanita cantik berusia 20 tahun, yang sedang berlari kecil menuruni tangga.
Panggilan gadis itu membuat Aishe menoleh sepintas untuk menjawab. Lalu kembali fokus dengan bunga yang baru ditata masuk ke dalam vas.
"Ibu disini! Kenapa kamu berteriak seperti itu?" ujar Aishe masih fokus menatap keindahan bunga yang baru saja ia rangkai.
"Aku mencari kakak dan ayah. Mereka harus membantuku memilihkan baju."
Hela napas panjang Aishe terdengar dengan jelas, bersamaan dengan tubuh yang berbalik menghadap anak perempuannya. Setelah melihat wajah kesal Zehra, ia bersedekap tangan.
"Apa hanya ayah dan Zavier saja yang bisa? Kamu meragukan kemampuan ibu?" keluh Aishe mengutarakan kekecewaan dan kekesalannya pada anak perempuannya.
Buru-buru gadis bernama Zehra Gulbar menggelengkan kepala. Berusaha meredam semua perasaan yang membuat Aishe mengerutkan bibirnya sambil menatap tajam ke arahnya.
"Tidak! Bukan begitu! Hanya saja …." Zehra terdiam sejenak, memikirkan alasan yang tepat untuk sang ibu.
Sembari berpikir, dia mengambil ancang-ancang dengan melebarkan jarak kedua kakinya. Namun sayangnya, dia tidak dapat memikirkan alasan tepat untuk Aishe.
"Hanya apa?" tanya Aishe penasaran.
"Itu … hanya sedikit kuno …." jawabnya sambil lari tunggang langgang mencari perlindungan.
Mendengar ejekan sang putri, Aishe bukannya marah. Justru hanya menghela napas kasar seperti biasanya, sambil menggelengkan kepala dan berdecak.
Rubby yang melihat keusilan Zehra pada Aishe, jelas tidak bisa menahan tawanya. Bahkan ketika Aishe menatap ke arahnya dengan tatapan tajam, Rubby masih bisa tertawa tanpa kenal rasa takut.
"Maaf, Nyonya. Maafkan saya," ucap Rubby masih berusaha menahan tawanya sambil berjalan mendekat, membawa secangkir teh hangat.
"Kamu terlihat sangat bahagia Rubby. Jangan bilang kau sedang menertawakan aku!" tungkas Aishe berpura-pura tegas.
"Tidak!" elak Rubby dengan cepat. "Melihat Nona Zehra menggoda Anda dan tuan, mengingatkan saya tentang masa kecil mereka berempat."
Wajah Aishe berubah sedikit sendu. Namun buru-buru ia menarik dua sudut bibirnya, bermaksud untuk menutupi raut wajah sedihnya.
"Oh, astaga! Mulutku!" Rubby buru-buru menepuk nepuk mulutnya ketika sadar, bahwa sudah salah bicara.
"Hentikan, Rubby! Aku tidak masalah tentang hal itu. Aku juga tiba-tiba teringat tentang masa kecil mereka."
Aishe mengedarkan matanya, melihat rumah besar yang dulunya sangat ramai dengan tawa serta teriakan keempat anaknya. Entah mereka yang saling mengejek, atau bahkan berebut mainan.
Namun semua kenangan yang membuatnya larut dalam rindu, harus cepat-cepat ia tepis. Tidak ada yang boleh larut dalam kesedihan hari ini. Lantaran ia masih harus mempersiapkan pesta penyambutan untuk seseorang.
"Bagaimana dengan makannya?" Aishe berjalan ke arah dapur untuk melihat beberapa hidangan yang disiapkan koki terbaik mereka
"Hampir selesai, Nyonya. Ruah juga sudah rapi, hanya tinggal menunggu Anda selesai mengisi vas vas di rumah ini," jawab Rubby.
"Oh bagus. Waktunya tinggal dua jam lagi sebelum mereka mendarat. Bawa semua vas dan bunga yang segar, dan taruh di atas meja. Kaki tua ini sudah tidak bisa berdiri terlalu lama!" keluh Aishe pada Rubby, sebelum akhirnya dia berbalik dan pergi meninggalkan dapur.
Baru 10 menit Aishe duduk sambil merangkai bunga. Seorang maid tiba-tiba berlari dari arah luar dengan napas yang terengah-engah, buru-buru menghadap Aishe.
"Nyonya, Nyonya!" panggil maid itu dengan tergesa-gesa.
"Atur napasmu lebih dulu, setelah itu bicara!" ucap Aishe memberi perintah.
Maid muda yang baru saja masuk dengan napas yang memburu, langsung mengatur napasnya. Setidaknya tiga kali napas panjang diambil dan dihembuskan dengan perlahan, sebelum akhirnya dadanya merasa lebih baik.
"Diluar ada seorang wanita muda, Nyonya. Dia ingin bertemu dengan Anda."
Informasi yang dibawa oleh wanita itu tidak berhasi membuat mata Aishe berpindah fokus. Dia terlihat tenang, bahkan terkesan santai. Namun saat maid muda itu melanjutkan kalimatnya, barulah Aishe terdiam sejenak.
"Kekasih siapa?" tanya Aishe sekali lagi
"Tuan Elder, Nyonya."
Aishe menaruh gunting tanaman yang sejak tafi dipegangnya ke atas meja. Lalu, ia menegakkan kepalanya, menatap maid yang masih berdiri menunggu perintah.
"Baik. Suruh dia masuk!"
Maid muda itu segera pergi setelah mendapat perintah dari Aishe. Mempersilahkan Diana yang sudah tiba, masuk ke dalam untuk bertemu dengan Aishe.
"Halo, Teyze," sapa Diana sambil menaruh paper bag di samping meja.
Aishe hanya tersenyum singkat, sambil melirik menatap wajah wanita yang mengaku sebagai kekasih putra pertamanya.
"Anda terlihat sangat sibuk. Maaf saya mengganggu dengan kedatangan yang mendadak," ucap Diana ketika Aishe hanya tersenyum samar.
"Aku juga minta maaf, sudah membuatmu melihat kekacauan ini," tegas Aishe tanpa menatap Diana yang duduk di depannya.
"Kamu bisa langsung mengatakan keperluanmu, nona muda."
Dua sudut bibir Diana sedikit meninggi sesaat. Lalu ia merubah posisi duduknya, dengan menyilangkan kaki. Memperlihatkan kaki jenjang putihnya.
"Maaf, saya lupa memperkenalkan diri." Nada bicara Diana berbah sedikit ketus.
"Diana Elvigro, seorang model internasional, juga … kekasih dari putra Anda."
Perkenalan Diana berhasil membuat perhatian Aishe teralihkan. Dia menaruh kembali setangkai bunga yang sempat diambil, lalu menegakkan kepalanya, menatap ke arah Diana.
"Kekasih?" tanya Aishe memastikan. "Lalu kenapa kamu datang sendirian, nona?"
Diana tersenyum getir, setelah melihat respon dari Aishe. Sebelumnya, gadis itu hanya mendengar rumor, bahwa istri dari Diego Gulbar, sangat sulit untuk didekati. Bahkan, para istri dari kolega bisnis mereka pun, juga mengakui hal itu.
Dia yang berpikir bisa menaklukan hati Aishe, pada akhirnya harus menerima kenyataan. Bahwa istri dari penerus bisnis Gulbar generasi ketiga, sangat sulit untuk diambil hatinya.
"Sebenarnya, saya hanya ingin mengenal Anda lebih dekat, Teyze," ucap Diana.
"Saya mendengar, Anda dulu bekerja di Halley. Barulah bertemu dengan penerus keluarga Gubar dan menikah karena hamil lebih dulu," lanjut Diana sembari mengambil secangkir teh yang baru saja disajikan oleh maid.
Aishe hanya diam, mendengarkan ocehan wanita muda itu dengan baik. Tidak ada guratan amarah wajahnya, justru sebuah senyum tipis dengan tatapan sendu. Seperti sedang menertawakan orang lain dalam keheningan.
"Benarkah, Anda dari kalangan orang biasa?" tanya Diana.
Percayalah, itu bukanlah sebuah pertanyaan yang mengharapkan sebuah jawaban. Lantaran gadis itu bemaksud memberi Aishe sedikit tekanan, dengan membahas kisah masa lalunya.
...☆TBC☆...
Enaknya si Diana ini di jejelin sambel cabe 1kg campur lada campur racun 😅
Teyze : ini panggilan untuk wanita yang lebih tua.
Sajen jangan lupa ye guyss 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
cuma kekasih aja kok berani benar
2024-12-20
0
Lily Miu
kok kurang ajar ya dia
2024-12-20
0
Radi
bener bener GK sopan kali ah si pirang. tak dulek sambel congormu baru nyahok Lo . pirang....pirang . bikin kesel aja
2024-01-29
0