Apa-apaan itu?
Lips … Lips apa? Lips Service katanya?
Pemikiran buruk tentang Elder pun tercipta. Beyza yang awalnya mengira Elder sebagai sosok pria penuh wibawa, nyatanya hanyalah tuan muda cabul, tidak beretika, dan sangat mesum. Yah, seperti itulah pendapatnya saat ia mendengar tawaran Elder.
Dia bahkan tidak mau peduli dengan alasan Elder. Baginya, itu hanya sebuah taktik agar sang majikan bisa mendapatkan ciuman dari lawan jenis.
Namun disisi lain. Elder yang masih berdiri ternganga, merasa sangat kesal. Tentu saja, ini pertama kalinya dia mendapat penolakan. Padahal, biasanya Elder yang menolak hingga akhirnya memutuskan kekasihnya.
Namun Elder tidak menyerah. Ambisi untuk menaklukan Beyza tiba-tiba tumbuh hanya dalam semalam. Seolah merasa tertantang untuk menghadapi penolakan dari sang pembantu yang baru bekerja beberapa hari.
Sejak kejadian malam itu. Setiap tindakan Beyza selalu mendapatkan tatapan dingin dari Elder. Bahkan saat dia memasak, Elder berpura-pura membaca laporan sambil menatapnya diam-diam.
Ketika bersih-bersih pun, tatapan pria itu masih menatapnya dengan tajam. Seolah ditatap harimau tajam yang menjadikannya santapan makan siang.
Perlakuan Elder sudah pasti membuat Beyza tidak nyaman. Gadis itu pun mencoba berbicara pada Rubby untuk dipindahkan ke tempat lain. Namun sayangnya, sebelum dia berbicara pada Rubby, Elder mendahuluinya.
"Apa ada masalah disana?" tanya Rubby ketika Beyza mengutarakan keinginannya.
"Ti-tidak. Itu hanya …."
Perkataan Beyza tiba-tiba tertahan. Dia sendiri juga merasa bingung harus memberikan alasan seperti apa pada Rubby. Tidak mungkin jika dia membahas tentang tawaran tuan muda, jelas Rubby tidak akan percaya.
"Kamu baru beberapa hari bekerja. Jika pekerjaan ini terasa berat, kamu bisa mengundurkan diri," terang Rubby tanpa basa-basi.
"Tidak! Maaf, Bibi Rubby. Saya kehilangan fokus sesaat. Saya akan bekerja lebih giat lagi."
"Bagus. Aku menyukai pekerjaanmu yang rapi dan cekatan, Beyza. Jadi, bertahanlah."
Beyza mengakhiri panggilan teleponnya, kemudian menghela napas kasar. Dari awal, hal ini sudah diperkirakan. Rubby bukan orang yang mudah dibujuk dengan alasan apapun. Yah, itu seperti rumor yang beredar di kalangan para pekerja.
Pada akhirnya, dia mencoba untuk tetap bertahan meski Elder terus menatapnya seperti seekor kelinci yang akan menjadi santapan.
Hingga satu minggu berlalu setelah tawaran dari Elder. Hari itu Beyza mendapatkan tugas untuk berbelanja kebutuhan di luar bersama Baris, supir paruh baya yang sudah bekerja selama 10 tahun.
Beberapa barang kebutuhan sudah berhasil dibeli oleh Beyza, ketika tiba-tiba ia mendapatkan panggilan telepon dari adik perempuannya.
"Kak, kamu ada dimana? Cepat pulang, ayah dipukul para preman!"
Shock, sudah pasti. Beyza langsung menyuruh Baris pulang lebih dulu membawa barang belanjaan. Sedangkan dia buru-buru kembali ke rumah.
Balat, sebuah perempatan Yahudi tradisional di distrik Fatih, Istanbul. Terletak di sisi Eropa dari Istanbul, di kota lama, semenanjung bersejarah tepat di tepi barat Tanduk Emas.
Namun berbeda dari julukannya sebagai Tanduk Emas. Disisi lain distrik Balat, terdapat kawasan yang bisa dibilang kumuh. Beberapa rumah dan bangunan disana terlihat tak terawat, bahkan hampir roboh. Salah diantara bangunan itu adalah milik keluarga Beyza.
Gadis dengan rambut panjang yang digelung rapi terlihat berlari tergopoh-gopoh usai turun dari taxi. Melihat di depan rumahnya banyak orang berkerumun, dia semakin panik.
Buru-buru Beyza menerobos kerumunan tetangga yang sedang melihat sang ayah dihajar habis-habisan oleh para preman. Beyza yang langsung terfokus pada sang ayah, langsung melerai mereka.
Naas, tepisan tangan salah satu preman mengenai wajahnya. Beyza pun jatuh tersungkur tak berdaya. Namun dia buru-buru bangkit dan mengancam mereka sambil menunjukkan ponsel.
"Berhenti atau kupanggil polisi!"
Seketika, tiga preman bertubuh kekar itu menoleh, menatap Beyza yang memegang ponsel, bersiap memanggil polisi. Gertakan Beyza akhirnya membuat para preman melepaskan sang ayah.
"Tidak bisa bayar, ambil rumahnya saja!" ucap pria bertubuh kurus tinggi yang sejak tadi berdiri bersandar pada sebuah mobil kuno berwarna biru.
"Tidak! Tidak, jangan ambil rumah!" teriak seorang wanita paruh baya dengan lantang.
Wanita bernama Bedia buru-buru berlari menghampiri pria bertubuh kurus. Dia berlutut, memohon belas kasih padanya. Tak lama kemudian, gadis muda berusia 23 tahun juga menghampiri pria itu.
"Kami pasti akan membayar. Kakak ku bekerja di kediaman orang kaya, dia akan membayar kalian dalam seminggu. Percayalah!"
Perkataan sang adik membuat Beyza tertegun. Dia menoleh, melihat adik dan ibunya menjadikannya sebuah tameng hanya karena pekerjaannya.
Pria itu memincing tajam ke arah Beyza. Menatap dengan mata liciknya dari atas hingga ke bawah. Melihat baju maid hitam yang dipakai Beyza, membuatnya sedikit percaya perkataan Eren.
"Oke! Satu minggu lagi. Jika tidak bisa membayarnya, rumah ini jadi milikku!"
Kaki Beyza seketika lemas ketika beberapa orang itu pergi meninggalkan mereka. Ada perasaan lega, ada juga rasa khawatir tentang janji yang disematkan Eren.
Namun, rasa jengkel dan marahnya lebih mendominasi. Dia buru-buru mendekati Eren, kemudian melayangkan tangannya di pipi sang adik.
PLAK!!
"Apa kau sudah gila!" Beyza mencoba meluapkan emosi yang menggebu-gebu.
Bukannya mendapatkan pembelaan dari sang ibu, wanita berumur 50 tahun itu justru membela adiknya.
"Bukankah kamu sudah bekerja di keluarga orang kaya? Setidaknya pinjamlah sedikit dari mereka, lalu cicil dengan memotong gajimu!"
Mendengar itu, Beyza bertambah emosi. Dia meremas tangannya kuat-kuat, berusaha menahan agar tidak meledak di depan umum. Hanya saja, perkataan sang ayah membuatnya tambah geram.
"Ibumu benar. Pinjam sedikit dari mereka, 200 ribu lira hanya uang kecil bagi mereka."
"Benar, berbaktilah sedikit pada ayah, ibumu, Beyza," timpal beberapa tetangga yang akhirnya membuat emosinya meledak.
"Berbakti? Apa Anda mengerti dengan benar arti kata berbakti?" Beyza berbalik, menatap beberapa orang yang belum juga pergi.
"Menurut kalian, siapa yang menghidupi keluarga ini setelah sekolahku selesai? Menurut kalian, siapa yang hanya menonton serial di rumah, mabuk-mabukan, dan berjudi?" ucap Beyza sambil menatap para tetangga.
"Hutang 100 ribu baru saja selesai dibayar, dan aku harus bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 1 malam selama dua tahun!" Beyza masih meneruskan luapan emosinya, dia bahkan sudi menatap Bedia dan Eren dengan tajam.
"Kamu mencoba berhitung dengan keluargamu sendiri? Ibu dan ayah membesarkanmu, Kak. Setidaknya bantulah sedikit. Itu tidak sebanding dengan pengorbanan mereka selama ini!"
Perkataan Eren berhasil membuat mata Beyza memerah. Gadis itu tidak bisa berkata apapun lagi. Usahanya untuk menyadarkan keluarganya berakhir sia-sia.
Alih-alih meneruskan perdebatan. Beyza memilih pergi tanpa berkata apapun. Membawa seluruh rasa kecewa, sedih, dan emosinya.
Haruskah aku merendahkan diri dan menerima tawaran Tuan Elder? Haruskah aku melakukan itu demi sebuah keluarga yang bahkan tidak pernah peduli dengan rasa lelahku?
...☆TBC☆...
Sajennya jangan lupa.
Othor sepertinya butuh secangkir kopi 😅😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
keluarga kurang ajar
2024-12-20
0
Radi
kopi ..kopi ...mana kopi. author sayang..☕🍩 nih dariku rasa spesial 💪🤣🤣
2024-01-29
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
lah beyza di suruh berbakti, diri nya sendiri ngapain cuma ngomong doang, Eren minta di jotos nih 🙄
2024-01-14
7