Aku, mencium pembantu sendiri?
Sudah terlanjur malu atas sikapnya yang diluar kendali. Elder berpura-pura mabuk dan berjalan kembali ke kamar dengan langkah kaki gontai. Dia bahkan berpura-pura menabrak tembok demi bisa meyakinkan gadis yang baru saja di ciumnya.
Beyza sendiri hanya terdiam, antara terkejut dan bingung harus bersikap seperti apa. Jika dia marah atau menampar majikannya, mungkin dia harus mencari pekerjaan lagi besok.
Elder yang baru saja menutup pintu kamar, langsung menyentuh bibirnya sambil memikirkan banyak hal. Salah satunya, tentang phobia aneh yang selama ini menghantui dirinya.
Entah sudah berapa banyak dia mencoba dengan gadis yang dipacari. Namun semua tidak bisa membuat phobianya lenyap. Bahkan, dengan seorang model terkenal yang menjadi kekasihnya saat ini.
Buru-buru ia merogoh saku, mengambil ponsel dan menghubungi salah seorang psikiater terkenal, yang tidak lain adalah sahabat baiknya.
“Ka-kau harus membantuku!” pinta Elder ketika panggilan mereka baru saja terhubung.
“A-apa? Kau kambuh? mabuk?”
“Aku baru saja mencium seseorang?”
“Hah! Apa? Kau baru saja mencium siapa?” Pria bernama Jared terkejut dan juga tidak percaya dengan ucapan Elder, mencoba menanyakannya lagi.
“Seorang wanita! Apa telingamu sudah tidak berfungsi lagi?” Elder berkacak pinggang dengan satu tangannya.
“Oke, cukup! Datanglah besok ke tempatku!”
Disisi lain, Beyza yang masih sangat terkejut kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang, pandangannya lurus ke depan, tetapi terlihat tidak fokus. Perlahan dia memegang bibir, mengusapnya dengan lembut.
Ingatan tentang rasa getir pahit yang bercampur dengan rasa manis memikat. Aroma woody dan apel, yang menyatu dengan napas hangat. Beyza tiba-tiba terbayang akan gerakan lidah serta keahlian bibir Elder.
“Astaga! Aku benar-benar gila.”
Beyza buru-buru berbaring, menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk segera tidur. Namun sekeras apapun dia berusaha, gadis itu tetap saja tidak bisa tidur hingga pagi hari.
Waktu telah menunjukan pukul 7 pagi, ketika Elder turun dengan kacamata hitamnya dan buru-buru pergi meninggalkan rumah. Dia bahkan pergi tanpa menggunakan supir, menuju ke tempat sahabat baiknya itu bekerja.
Perlu setidaknya 45 menit perjalanan yang harus dia tempuh hingga sampai ke kawasan Sisli. Itu sedikit lebih lama memang, karena jalanan cukup macet di beberapa ruas lantaran jam kerja.
Sebuah bangunan 3 lantai dengan desain kuno, bercat putih, dan terletak di dekat jalan raya. Bangunan yang menjadi rumah sekaligus tempat Jared membuka praktek. Cukup strategis meski desainnya terlalu kuno, menurut Elder yang selalu protes pada Jared.
Elder buru-buru turun dari mobil ketika sampai. Dipencetnya bel pintu beberapa kali dengan cepat, berharap bujangan muda itu segera membuka pintunya. Namun nyatanya, Elder harus menunggu beberapa detik hingga pintu bercat putih itu terbuka.
“Kau buru-buru sekali!” ucap pria dengan piyama hitam yang berdiri di ambang pintu.
Elder tak mau banyak berucap. Dia pun melangkah masuk sambil mendorong tubuh Jared yang menghalangi jalannya. Lalu, duduk di sofa dengan santainya. Jared yang sebenarnya kesal pun tidak bisa melakukan apapun, lantaran Elder adalah salah satu investornya.
“Baiklah, ceritakan yang terjadi!”
Elder mulai bercerita, tentang bagaimana dia bisa berakhir dengan mencium pembantunya sendiri. Dari awal dia masuk ke rumah, sebenarnya ia cukup sadar. Hanya saja, mata, tubuh, dan kepalanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik.
“Lalu, bagaimana rasanya?” tanya Jared yang Elder pikir itu sebuah ejekan. Hingga membuat Elder melepaskan kacamata dan menatapnya tajam.
“Hei perjaka tua!” keluh Jared kesal. “Aku tidak mengejekmu. Aku hanya ingin mengetahui respon tubuhmu!”
“Yah itu ….” Elder menyandarkan punggungnya sambil bersedekap tangan.
“Sedikit manis … mungkin,” lanjutnya dengan perasaan ragu.
Jared mengangguk, mencoba memahami hal yang terjadi pada Elder. Sebuah phobia aneh yang sudah menganggu pria itu selama belasan tahun. Hal yang membuatnya tidak bisa mencium wanita lantaran takut akan bakteri di dalam mulut.
“Kalau begitu, cobalah menciumnya seminggu sekali selama beberapa bulan. Mungkin itu akan menjadi sebuah terapi untukmu!” saran Jared setelah memikirkan solusi sahabatnya itu matang-matang.
“Kau gila!” Elder meninggikan suaranya sambil menegakkan tubuh secara bersamaan. “Mana mungkin aku bisa melakukan itu dengan wanita yang bekerja di tempatku sendiri!”
Jared mengedikkan bahunya, “Kalau begitu cobalah dengan Diana atau wanita yang lain jika kau bisa.”
Seakan mendapat pukulan telak, Elder tidak bisa berkata apapun lagi. Lantaran dia sudah mencoba kepada 20 wanita, tetapi masih ada yang belum berhasil.
Pada akhirnya, pria yang sudah tidak bisa berkata-kata itu bangkit berdiri. Dia pun pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pada Jared. Namun, apa yang dikatakan Jared membuatnya terus berpikir banyak kemungkinan untuk menyembuhkan phobianya.
Dua hari penuh Elder memikirkan saran dari Jared dengan matang-matang. Dia bahkan sampai tidak fokus dengan pekerjaannya. Beberapa rapat penting pun dia tidak bisa konsentrasi. Hingga malam setelah dia selesai bekerja, ia memutuskan untuk memanggil Beyza.
“Tentang malam itu, aku meminta maaf padamu,” ucap Elder ketika seluruh keberaniannya terkumpul.
“A-apa?” Beyza sedikit terkejut mendengar permintaan maaf dari majikannya. “Maaf, maksud saya … itu tidak masalah. Anda mabuk malam itu.”
Elder yang tadinya duduk di kursi kerja yang ada di rumah, perlahan bangkt berdiri. Pria dengan kemeja putih itu berjalan, lalu bersandar di ujung meja. Dia terlihat menarik napas panjang, mengumpulkan semua keberanian untuk mengatakan keinginannya.
“Sebenarnya, aku memiliki phobia.” Elder mencoba mengawali pembicaraan dengan membahas phobianya.
“Aku sudah coba berkonsultasi dengan dokter tentang itu, dan ….” penjelasan Elder terpotong. Dia menegakkan kepalanya, kemudian menatap Beyza yang terlihat bingung.
“Sudahlah lupakan itu!”
“Bantu aku menghilangkan phobia sialan ini! Aku akan memberimu bayaran mahal!” lanjutnya tanpa basa basi.
Beyza yang dari awal tidak mengerti maksud Elder, menjadi semakin tidak mengerti lagi dengan permintaan aneh sang majikan. Elder nyatanya cukup peka setelah melihat ekspresi bingung Beyza.
“Beri aku Lips Service setiap minggunya.”
Kedua manik mata Beyza membulat penuh. Dia jelas tahu arti dari Lips Service yang majikannya katakan. Sebuah layanan yang tidak masuk akal dan sudah terlewat batas, menurutnya.
“Maaf, saya tidak bisa! Saya tidak mempermasalahkan malam itu, juga perkataan Anda malam ini.”
Ditolak!
Elder yang semula cukup percaya diri dengan tawarannya, hanya bisa terngangga ketika Beyza mengatakan hal itu. Dia bahkan tak berdaya saat gadis belia yang baru berumur 25 tahun itu memohon untuk undur diri dan pergi keluar dari ruangan.
...☆TBC☆...
Bang El, terlalu percaya diri itu gak baik!
Contohlah ayahmu dulu, bagaimana dia mendapatkan ibumu, sampai kamu bisa terlahir
🤣🤣
Dahlah, yok malakin sajen ke Readres, biar neng Beyza mau kasih anu 👉👈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lily Miu
wkwkwk wajah tampan dan kekayaanmu jd ga berguna😁
2024-12-20
0
Lily Miu
weleh enak di elder dunk
2024-12-20
0
Lily Miu
dia merasa enak😌
2024-12-20
0