#12. MUMI JADI-JADIAN

Semalaman, sejak listrik padam Wulan tak berpindah dari pelukan suaminya. Bergeser sedikitpun tidak. Malah ia tidur sangat nyenyak dengan menjadikan lengan Danar sebagai bantal, dan wajahnya terus menempel di dada sang suami.

Perlahan kelopak matanya mulai terbuka ketika merasakan sinar matahari yang menyelinap masuk melalui cela jendela. Wulan menggeliat, kedua matanya telah terbuka sempurna dan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah lelap Danar yang terlihat begitu tenang. Wulan akui jika suaminya ini sangat tampan.

Dengan pelan, Wulan memindahkan tangan Danar yang melingkar di perutnya yang membuat suaminya itu menggeliat dan perlahan membuka mata.

Danar pun menggeser tubuhnya sembari meregangkan tangannya yang terasa keram.

"Tangannya pegal ya?" Tanya Wulan.

"Bukan pegal lagi, tapi mati rasa." Jawab Danar yang membuat Wulan tercengang.

"Segitunya?"

"Gimana enggak coba? Semalaman Kamu jadiin tangan Aku bantal."

"Iya Aku minta maaf, sini Aku pijitin tangannya." Wulan hendak memijit tangan Danar yang katanya mati rasa namun, Danar malah dengan isengnya menarik Wulan hingga terjatuh tepat di atas tubuhnya. Sangat pas, bibir Wulan menyentuh bibir Danar dan waktu seolah berhenti berputar. Danar dan Wulan sama-sama bergeming sejenak dengan tatapan saling bertemu.

Satu detik, dua detik, tiga detik hingga Wulan baru tersadar dan langsung beranjak dari atas tubuh suaminya kala merasakan hangat hembusan nafas Danar menerpa wajahnya.

"Maaf, Aku tidak sengaja." Danar menahan senyum, padahal ia sengaja melakukan itu.

Wulan menanggapinya hanya dengan anggukan pelan, kejadian barusan berhasil membuat degup jantungnya berdebar kencang. Ia pun turun dari tempat tidur dan mengurungkan niatnya memijit tangan Danar.

"Hari ini Kamu kerja?" Tanya Danar sembari bangkit dari pembaringan.

"Iya," jawab Wulan dengan singkat lalu mengambil handuknya.

"Padahal muka Aku masih sakit loh. Kamu gak mau dirumah aja ngerawat Aku?" Ujar Danar dengan memasang wajah memelas nya.

"Danar, nanti Aku dipecat kalau kelamaan gak masuk kerja. Lagian, hari ini Aku juga harus ketemu Erick, bukan?"

Danar pun terdiam, ia lupa jika semalam ia meminta Wulan menemui Erick untuk memberi pengertian sama yang ia lakukan pada Dinda. Beberapa saat kemudian senyum tipis pun terukir di bibir Danar, ia berharap Erick akan merelakan hubungannya dengan Wulan. Dengan begitu ia dan Wulan bisa fokus membina rumah tangganya dan akan semakin besar peluang untuk si mumi bisa segera bangkit.

"Sabar ya Mumi, tidak akan lama lagi kamu akan bisa bangkit." Tanpa sadar Danar bergumam yang mana masih dapat didengar oleh Wulan yang berdiri di sisi ranjang.

"Huh, jaman sekarang emangnya masih ada Mumi?"

Danar terkesiap, seketika kedua matanya membulat. Tanpa sadar ia keceplosan.

"Ah ti-dak, maksudnya bukan Mumi yang dililit kain putih itu." Ujar Danar dengan terbata.

"Terus Mumi yang bagaimana? Emang ada Mumi yang gak dililit kain putih?" Tanya Wulan dengan kening mengkerut, ia lupa dengan niatnya tadi yang ingin mandi karena penasaran dengan mumi yang dimaksud oleh Danar.

"Ada, kadang-kadang pakai kain warna Merah, Kuning, hijau dan bahkan semua warna kain Dia pakai. Dan Dia juga akan bangkit di waktu tertentu saja."

"Huh, Mumi apaan tuh?" Makin. kesini, Wulan semakin penasaran.

"Mumi jadi-jadian." Jawab Danar dengan tergelak. Ia pun turun dari tempat tidur. "Ya udah Aku juga mau kan terus berangkat ke cafe dari pada dirumah sendirian." Ujarnya lalu melangkah keluar dari kamar Wulan menuju kamarnya. Sepertinya ia harus memindahkan barang-barangnya ke kamar Wulan agar tidak perlu repot-repot bolak-balik.

Sementara Wulan melongo mendengar kata mumi jadi-jadian. Apalagi bisa berganti-ganti warna kain dan akan bangkit di waktu tertentu.

Memang ada mumi seperti itu?

.

.

.

Wulan dan Danar pun telah selesai mandi dan sudah rapih dengan setelan kerjanya.

Wulan melirik jam tangannya, waktu menunjukkan sudah pukul delapan pagi namun, Erick belum juga datang. Padahal beberapa saat lalu ia sudah mengirim pesan meminta Erick untuk menjemputnya sekaligus ada yang ingin dibicarakannya.

"Berangkat bareng Aku saja, nanti Kamu terlambat." Ujar Danar yang kini sudah menaiki motornya.

Wulan nampak berpikir sejenak lalu beberapa saat kemudian ia mengangguk, sebelum naik ke motor Danar ia mengetikkan pesan di ponselnya lalu mengirim nya pada Erick.

"Oh ya, nanti jam makan siang Aku samperin Kamu ya? Kita makan siang bareng." Ucap Danar sembari memberikan helm pada Wulan.

"Boleh, kebetulan didekat butik ada rumah makan." Usai memasang helm di kepalanya, Wulan pun naik ke motor Danar.

"Pegangan, nanti Kamu jatuh."

Wulan mengangkat kedua tangannya lalu meletakkannya di pundak Danar.

"Bukan di pundak, tapi dipinggang. Kayak nenek-nenek aja di bonceng pegangannya di pundak."

Wulan terkekeh lalu memindahkan tangannya melingkar dipinggang Danar.

"Yang kenceng dong meluknya." Ujar Danar sembari mengulas senyum.

Wulan memutar bola matanya sambil mengencangkan pelukannya di pinggang Danar. "Sudah." Ujarnya dengan malas.

"Oke, sekarang kita berangkat." Danar pun menyalakan motor nya, dengan sengaja ia melajukan motornya dengan kencang agar Wulan memeluknya semakin erat.

Di seberang jalan sana, sedari tadi Erick terus memperhatikan Wulan dan Danar dengan mata berkaca-kaca. Ia menggenggam ponselnya dengan erat usai membaca pesan yang dikirim Wulan.

'Aku berangkat sama Danar, nungguin kamu lama banget nanti Aku terlambat. Tapi nanti sore Kamu harus jemput Aku, ada yang mau Aku omongin.' Isi pesan dari Wulan.

Erick memegang dadanya yang bergemuruh melihat Wulan memeluk pinggang Danar seperti yang Wulan selalu lakukan saat ia yang membonceng nya.

Dengan perasaan yang berkecamuk, Erick pun melajukan motornya pergi dari sana. Hari ini ia memilih untuk berhenti bekerja karena hanya akan mengundang emosinya bila harus selalu bertemu dengan Danar.

Terpopuler

Comments

Dinda Ainun

Dinda Ainun

Semoga erik gk nekat dan mau ikhlas melepas Wulan...
Sdh dpt morning kiss aja Danar...

2023-01-11

1

Nany Setyarsi

Nany Setyarsi

makasih Thor,
yang ditungguin up juga.
cemburu dan sakit hati bgt nih Erick.
semoga dia mau merelakan Wulan untuk suami nya.
meski di awal dia gk salah,
tapi kalo sekarang serasa jd pebinor kan erik

2023-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!