"Sayang, maaf ya kayak nya nanti sore Aku gak bisa jemput. Hari ini pemilik Cafe tempat Aku kerja akan mengadakan acara ulang tahun Anak nya di Cafe, jadi semua pelayan akan bekerja dua kali lipat dan kemungkinan akan pulang kemalaman. Kamu pulang naik Taksi atau Ojek, gak apa-apa kan?" Ucap Erick seraya melepas helm dikepala Wulan.
Wulan tersenyum lalu mengangguk, "Iya gak apa-apa. Kamu yang semangat ya kerja nya. Hati-hati di jalan."
Setelah mendapat kecupan di pipi dari Wulan seperti biasanya, Erick pun melajukan motor nya meninggalkan pelataran sebuah butik multi brand tempat Wulan bekerja. Sementara Erick sendiri bekerja di sebuah cafe ternama sebagai witers sejak tiga hari lalu dan sebelum nya Erick bekerja di restoran namun, di pecat karena sering datang terlambat.
Wulan pun berbalik setelah motor yang dikendarai Erick hilang dari pandangan, mengayun langkah masuk ke dalam butik.
.
.
.
Sementara itu Danar baru saja tiba di sebuah Cafe tempat nya bekerja sebagai manager. Danar langsung mengumpulkan para pegawai untuk memberi arahan tentang tugas-tugas mengenai perancangan perayaan ulang tahun anak pemilik cafe yang akan di adakan sore hari. Danar mengabsen satu persatu wajah-wajah pegawai dan ia langsung tersenyum kecut mendapati satu pegawai yang belum hadir. Seorang witers yang ia terima bekerja tiga hari lalu melalui pegawai lain nya tanpa bertemu langsung dengan nya. Bukan tanpa alasan, karena Danar tidak ingin membuat kekasih istri nya merasa rendah karena menjadi bawahannya. Namun, hari ini ia sudah memutuskan dan akan menekankan pada kekasih istrinya itu akan status nya sebagai suami Wulan.
Para pegawai menyimak dengan seksama apa yang dijelaskan oleh Danar, hingga beberapa saat kalimat panjang lebar Danar terhenti saat kedatangan witers baru yang merupakan kekasih istrinya-Erick.
Seketika Erick terkejut melihat laki-laki yang berdiri di hadapan para pegawai. Sementara Danar masih terlihat santai dan melanjutkan kalimatnya yang terhenti.
"Baiklah, Saya rasa semua nya sudah paham dan silahkan kerjakan tugas kalian masing-masing. Dan Erick, mari ikut ke ruanganku." Dengan menautkan kedua tangan kebelakang, Danar mengayun langkah menuju ruangan nya dengan di ikuti oleh Erick dibelakangnya.
Para pegawai berbisik-bisik, mereka berpikir Erick akan mendapat surat peringatan karena selama tiga hari ini Erick selalu datang terlambat.
Setelah berada didalam ruangan manager dan duduk di kursi yang berhadapan, baik Danar mau pun Erick saling menatap tanpa kata. Erick tak menyangka jika suami kekasih nya adalah manager cafe tempat nya bekerja.
Hingga beberapa saat Danar pun membuka suara.
"Kamu tahu? Kenapa Aku panggil kesini?" Tanya Danar.
Erick tak langsung menjawab pertanyaan Danar, melainkan menarik sudut bibir tersenyum miring. "Jika Kamu memanggil Aku karena Aku selalu datang terlambat, seharus nya kamu lebih tahu jawaban nya." Ujar Erick dengan santai nya.
Danar pun tersenyum mendengar ucapan Erick, tentu ia tahu Erick terlambat karena mengantar Wulan terlebih dahulu ke tempat kerjanya.
"Baikah jika itu alasan nya. Dan mulai besok Kamu tidak perlu mengantar jemput Wulan lagi karena Suami nya sendiri yang akan mengantar jemput nya." Ujar Danar yang langasung mendapat tatapan tajam dari Erick.
"Aku harap kamu tidak melupakan kesepakatanmu dengan Wulan, dan kembali aku ingatkan jika pernikahan kalian hanyalah di atas kertas!" Ujar Erick dengan nada tinggi.
Danar terkekeh sembari menggeleng pelan kepalanya. "Kesepakatanku dengan Wulan hanya berupa lisan, jadi Aku bisa menarik kata-kataku kapan pun. Dan Kau sebaiknya menjauhi Wulan, jangan sampai Kau mendapat julukan Pebinor karena memacari Istri orang."
Wajah Erick langsung memerah, ia berdiri seraya menggebrak meja, "Jika ada yang harus mundur itu adalah Kau!" Ujar Erick dengan menunjuk tepat didepan wajah Danar. "Kau hanya orang asing yang tiba-tiba hadir diantara Aku dan Wulan." Lanjut nya.
Danar masih duduk dengan santai di kursi putarnya, wajah nya pun masih mengembangkan senyum meski rivalnya sudah melampaui batas.
"Dalam waktu satu bulan sudah cukup menyadarkan Aku jika apa yang sedang terjadi adalah kehendak Tuhan. Pernikahanku dan Wulan tidak mungkin terjadi jika Tuhan tidak menghendaki, jadi seharus nya Kau pun sadar jika Wulan tidak ditakdirkan untuk mu. Begitu pun Aku dengan Kekasihku tidak ditakdirkan untuk bersama. Jadi Aku tekankan, sebaiknya Kau menjauhi Wulan, putuskan hubungan kalian dan biarkan Wulan membinah rumah tangga nya!"
Erick tidak terima, ia menatap Danar dengan tatapan permusuhan. "Sampai kapan pun Aku tidak akan mundur!" Ucap nya dengan penuh penekanan, lalu membalik badan keluar dari ruangan Danar.
.
.
.
Malam hari...
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam sementara acara ulang tahun anak pemilik cafe masih berlangsung dengan meriah nya.
Danar pun meminta izin pada pemilik cafe untuk pergi sebentar dan akan kembali ke cafe setelah urusannya selesai. Beberapa saat lalu Danar mengirim pesan pada kekasihnya-Dinda, untuk bertemu di taman ingin membicarakan tentang hubungan mereka.
Sesampainya di taman, Danar disambut dengan senyuman hangat sang kekasih yang selalu meneduhkan hatinya namun, kali Danar tak membalas senyuman itu. Wajah nya terlihat datar bahkan ia menolak saat kekasih nya ingin memeluk nya.
"Danar, kamu kenapa sih? Dari pagi gak angkat telepon Aku, sekarang juga gak mau Aku peluk lagi. Kamu kenapa?"
Danar membuang muka sembari menarik nafas dalam. Rasanya sangat sakit harus memutuskan hubungan dengan orang yang sudah sejak lama menjalin hubungan dengan nya. Namun, ini harus ia lakukan demi kebaikan bersama.
Danar sadar jika apa yang sedang ia jalani selama sebulan ini tidaklah benar. Hubungan Wulan dan Erick, juga hubungan nya dengan Dinda adalah sebuah kesalahan, dan sesuatu yang salah harus segera diperbaiki agar tidak semakin rumit dikemudian hari.
Danar kembali menatap kekasihnya seiring helaan nafas panjang, "Dinda, sebelumnya Aku minta maaf Aku rasa hubungan kita cukup sampai disini. Aku sudah menikah dan Kamu juga bisa mencari Laki-laki yang lebih baik dari Aku."
"Danar, Kamu bicara apa sih? Kamu kesambet di mana sampai ngelantur kayak gini?" Dinda terkekeh, ia menganggap ucapan Danar adalah candaan.
"Dinda, Aku tidak sedang bercanda. Kita tidak bisa seperti ini terus, Aku tidak mau Kamu mendapat cemoohan orang-orang karena menjalin hubungan dengan Pria beristri. Terima kasih atas waktu nya selama ini, tapi sayangnya kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Semoga Kamu segera dipertemukan dengan Laki-laki yang memang adalah jodohmu."
"Danar," Dan kali ini wajah Dinda berubah pias, terlebih melihat Danar yang bersungguh-sungguh mengatakannya, ia menggeleng tanda tak terima dengan apa yang baru saja diucapkan Danar.
"Maaf, Dinda, ini yang terbaik untuk kita. Aku pergi ya dan jaga dirimu baik-baik."
Danar segera berbalik bersamaan dengan air mata nya yang jatuh. Teriakan Dinda tak menghentikan langkahnya, dengan tubuh yang gemetar ia melajukan motornya kembali ke cafe. Apa yang diputuskannya hari ini sudah benar dan ia tidak akan menyesalinya. Karena ia percaya jika pernikahan nya dengan Wulan terjadi karena takdir Tuhan dan ia yakin ini adalah yang terbaik untuk hidupnya kedepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Misaza Sumiati
harusnya jangan mempermainkan pernikahan
2025-02-03
0
Maya Ratnasari
witers ini yg dimaksud apakah waiter (pelayan) atau waitress (pramusaji)?
2024-02-01
0
Sunmei
semangat 2 like hadir. mampir iya ksk
2023-01-15
1