Wulan merasa prihatin melihat wajah Danar yang babak belur namun, ia juga penasaran kenapa Erick bisa sampai memukul Danar seperti ini. Karena setahu Wulan, Erick tidak sebrutal itu jika tidak ada yang menganggu.
Sambil mengobati Wajah Danar, Wulan menjatuhkan tatapan curiga pada Danar.
"Aww, sakit, pelan-pelan." Rintih Danar saat Wulan cukup kuat menekan di bagian sudut bibir nya.
Wulan pun refleks menjauhkan tangan nya dari wajah Danar lalu meminta maaf.
"Pacar kamu itu memang gila, masa seenaknya mukulin orang kayak gini. Udah putusin aja!" Gerutu Danar sembari merintih dengan sebelah tangannya memegangi pipinya yang lebam.
"Erick gak mungkin seperti itu jika tidak ada yang menganggu. Kamu ngomong apa sama Erick?"
Dengan santainya Danar menjawab, "Aku cuma ngomong, biar Aku yang anterin Wulan ke tempat kerja nya. Kamu pergi aja ke tempat kerja kamu nanti terlambat. Nah itu maksud Aku baik kan? Biar dia gak terlambat ke tempat kerja nya, eh tapi Aku malah dipukulin. Emang dasar gila kan!"
Wulan masih menatap Danar menelisik mencari kebohongan namun, yang ia temui hanya rasa iba melihat wajah Danar yang babak belur.
"Ya sudah, nanti Aku coba bicara sama Erick kalau perlu Aku suruh dia minta maaf kalau Dia memang salah." Ujar Wulan sambil membereskan kotak obat.
Danar tersenyum karena Wulan terkesan membelanya namun, ia juga was-was jika Wulan menemui Erick dan Erick mengatakan apa sebenarnya penyebab Erick memukuli nya.
"Sudah, gak usah diperpanjang kali ini Aku maafin Dia,"
'Tapi lihat saja nanti, bakalan Aku bales.' Sambungnya dalam hati.
.
.
.
Karena tak mungkin Danar berangkat bekerja dengan wajah babak belur seperti itu, Wulan pun akhirnya meminta izin juga tidak pergi bekerja hari ini dengan beralasan suaminya sedang sakit. Meski tidak mencintai namun, Wulan masih memiliki hati untuk tidak meninggalkan Danar sendirian di rumah dengan kondisinya yang seperti sekarang. Terlebih Wulan juga merasa tidak enak hati karena yang membuat Danar seperti ini adalah kekasihnya-Erick.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, suara keroncongan dari perut Danar dan Wulan mulai bersahut-sahutan namun, kedua nya hanya bisa saling menatap karena di rumah tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak atau pun dimakan.
"Aku pergi beli Mie sama Telur dulu ya di warung depan?" Ujar Wulan sembari berdiri dari tempat duduk nya.
"Ayo Aku temani." Ucap Danar lalu juga berdiri.
"Gak usah biar Aku saja. Muka kamu jangan sampai terkena debu nanti bisa infeksi." Tanpa sadar Wulan memegang tangan Danar dan mendudukkan nya kembali di sofa.
"Terima kasih ya Kamu sudah perhatian sama Aku." Danar tersenyum sambil memegang tangan nya yang bekas dipegang Wulan.
Wulan hanya menanggapi nya dengan anggukan lalu berjalan keluar rumah.
Beberapa saat kemudian...
Wulan kembali dengan membawa dua bungkus mie dan telur, juga beberapa jenis kue untuk mengganjal perut jika merasa lapar lagi. Karena mie dan telur saja tak akan membuat kenyang lebih lama.
Wulan meletakkan bungkusan yang berisi kue di atas meja dan menyuruh Danar untuk mencicipinya, lalu segera menuju dapur untuk memasak mie telur.
Kurang dari sepuluh menit, Wulan kembali keruang tengah dengan membawa dua piring yang berisi mie goreng dengan lauk telor rebus.
"Maaf ya telurnya hanya Ku rebus, Aku lupa kalau tidak ada bahan apa pun di dapur." Ujar Wulan setelah meletakkan dua piring itu di atas meja.
Danar tersenyum, "Gak apa-apa, tidak perlu meminta maaf karena ini juga karena kesepakatan kita yang membuat rumah ini nyaris seperti rumah kosong. Hanya saja Aku mulai memikirkan orang tua kita, Aku khawatir jika sewaktu-waktu mereka datang tapi kita tidak punya apa pun untuk kita suguhkan pada mereka."
Wulan tergugu, apa yang dikatakan Danar ada benar nya. Ia pun mulai memikirkan hal itu. "Baiklah, nanti siang kita pergi berbelanja." Ucap Wulan yang langsung membuat Danar tersenyum.
"Oh ya terima kasih ya sudah dimasakin Mie dan telur. ngomong-ngomong ini adalah masakan pertama Kamu buat Aku."
Wulan tak menanggapi, ia langsung memakan mie nya tanpa memperdulikan Danar yang terus menatap nya. Hingga mie miliknya telah habis namun, Danar sama sekali belum memakan mie nya.
"Kenapa gak makan? Gak suka mie telur ya?" Tanya Wulan.
"Bukan gak suka, tapi kayaknya Aku gak bisa makan sendiri deh.Tolong suapi ya." Pinta Danar dengan memasang wajah sesedih mungkin agar Wulan merasa iba padanya.
"Ya ampun Danar, yang sakit itu muka Kamu bukan tangan Kamu." Ucap Wulan dengan ketus namun, tetap saja ia menyuapi Danar.
Wulan memang sosok gadis yang masih tidak bisa menolak perintah. Terbukti saat orang tuanya menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak ia kenal. Wulan lebih memilih untuk membuat kesepakatan dengan Danar ketimbang menolak perjodohan itu.
Dan Danar pun sedikit tahu tentang Wulan, karena mama mertuanya pernah menceritakan tentang Wulan dimalam pernikahannya.
.
.
.
Hari beranjak siang, Danar dan Wulan pun bersiap-siap pergi ke mini market untuk membeli bahan-bahan dapur.
Sesampainya di mini market tersebut, Wulan langsung mengambil keranjang belanja begitupun pun dengan Danar karena akan banyak yang mereka beli mengingat di rumah tidak ada bahan apapun meski hanya sesendok garam.
"Jadi karena ini Kamu mengakhiri hubungan kita!"
Baik Danar maupun Wulan terkejut mendengar suara yang familiar ditelinga mereka dan serentak menolak ke asal suara.
"Dinda," ucap Danar lirih, sementara Wulan kembali melanjutkan kegiatannya memilih beberapa barang dan tidak ingin ikut campur dengan urusan sepasang kekasih itu.
Wulan tidak percaya saat Danar mengatakan sudah memutuskan hubungannya dengan Dinda.
Danar yang merasa akan terjadi keributan jika tetap membiarkan Dinda berada diantara mereka, memutuskan untuk membawa Dinda keluar.
Wulan tersenyum miring sambil menggeleng pelan melihat Danar menarik tangan Dinda keluar. Yang ada dipikiran Wulan saat ini adalah, di luar Danar sedang berusaha menjelaskan pada Dinda bahwa apa yang dilihatnya hanyalah kesalahan pahaman.
"Dasar laki-laki memang susah untuk dipercaya, ngomong manis sama Aku tapi memelas sama Pacarnya saat sudah ketahuan."
Tanpa sadar Wulan menggerutu dengan memasukkan asal barang yang sebenarnya sudah ada di dalam keranjang belanjaan nya. Di belakangnya seorang wanita paruh baya yang serentak datang bersama Wulan dan Danar tersenyum sambil menggeleng pelan melihat Wulan memasukkan beberapa botol garam kedalam keranjang belanja nya. Karena sejak awal ia melihat Wulan sudah memasukkan beberapa botol garam di kerajaan belanja nya.
Bukan hanya garam, Wulan juga mengambi cabai bubuk yang juga sebenarnya sudah ada di keranjang belanjaan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ning sora
mie 2 bungkus buat 2 orang dewasa mana cukup mbak? yg ada cm mojok di lambung 😝
2024-12-21
0
ning sora
fokus saya...
2024-12-21
0
Nany Setyarsi
bisa kesel juga ya Wulan sama Danar 😅
2023-01-04
1