Baru saja turun dari motor nya, Danar terhuyung ke belakang saat tiba-tiba Erick mendaratkan kepalan tinju di wajah nya.
"Dasar brengsek, serakah! Bisa-bisanya Kau menyuruhku menjauhi Wulan tapi Kau sendiri masih menemui Dinda!"
Erick ingin kembali melayangkan tinju nya ke wajah danar namun, dengan cepat Danar menghindar sembari mengusap cairan kental berwarna merah disudut bibir nya.
"Aku memang pergi menemui Dinda, tapi Aku menemuinya untuk mengakhiri hubungan kami. Jadi sebaiknya Kau juga menjauhi Wulan!" Ucap Danar menyentak, ia tidak terima dengan serangan Erick yang tiba-tiba. Jika saja didalam cafe tidak sedang ada pesta, upasti ia sudah membalas perbuatan Erick. Namun, sebisanya ia menahan karena tidak ingin membuat keributan yang bisa mengacaukan acara ulang tahun anak pemilik cafe.
Erick tersenyum menyeringai, "Aku tidak percaya dan sampai kapan pun Aku tidak akan menjauhi Wulan karena sejak awal Dia milikku!" Ucap Erick dengan nada tinggi, jika saja tidak ada musik yang menggema pasti suaranya terdengar hingga kedalam cafe.
"Maka Aku yang akan membuat Wulan meninggalkanmu!" Balas Danar dengan suara tak kalah tinggi dari Erick.
"Itu tidak akan terjadi karena Aku dan Wulan saling mencintai!"
Danar terkekeh. Ia saja yang sangat mencintai Dinda bisa mengakhiri hubungan nya, maka tidak mungkin jika Wulan juga tidak mengakhiri hubungan nya dengan Erick.
"Sudahlah Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu. Satu hal yang harus Kau ingat, Aku Suami Wulan dan akan Kubuat Wulan menjauhimu!" Ucap Danar dengan begitu percaya diri nya, lalu mengayun langkah masuk kedalam cafe.
.
.
.
Acara ulang tahun anak pemilik cafe telah usai beberapa jam lalu, dan Danar tiba dirumah mendekati pukul dua belas malam.
Biasanya saat pulang ia akan langsung menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Wulan. Namun, kali ini ia membawa diri nya duduk diruang tengah sambil memperhatikan keheningan suasana rumah yang baru ia sadari. Kedua sudut bibir nya tertarik membentuk sebuah senyuman kala terbayang suasana rumah ini ramai dengan suara anak-anak.
Beberapa saat duduk seorang diri diruang tengah dalam keheningan malam, Danar pun beranjak lalu mengayun langkah menuju kamar. Baru membuka pintu kamar nya, Danar menutupnya kembali kala teringat dengan keputusannya hari ini yang telah memutuskan hubungan dengan Dinda karena ingin membangun rumah tangganya bersama Wulan.
Danar pun berpindah kedepan kamar Wulan dan perlahan mengetuknya.
Didalam kamar, Wulan yang belum tidur terlonjak kaget mendengar suara pintu kamarnya diketuk karena selama sebulan ini tidak pernah terjadi. Wulan mulai khawatir karena menurutnya tidak mungkin Danar yang mengetuk pintu kamar, terlebih saat ia pulang ia tidak mendapati ada motor Danar diluar dan artinya Danar belum pulang.
"Wulan, apa Kau sudah tidur?"
Suara ketukan berganti dengan suara laki-laki yang cukup familiar ditelinganya, membuat Wulan langsung menghembuskan nafas lega. Ia pun beranjak dari atas tempat tidur untuk membuka pintu kamar nya.
"Maaf menganggu, apa Kamu sudah tidur?" Tanya Danar setelah pintu kamar Wulan terbuka.
"Belum, kenapa mengetuk pintu kamarku?" Wulan balik bertanya dengan tatapan menyelidik.
"Mulai malam ini Aku ingin tidur sekamar denganmu." Ucap Danar yang langsung membuat kedua mata Wulan membulat.
"Ti-dak bisa, ingat kesepakatan kita!" Ucap Wulan dengan tersendat, memperingati Danar akan kesepakatan mereka.
"Kesepakatan itu sudah tidak berlaku karena Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Dinda. Aku harap Kau juga memutuskan hubunganmu dengan Erick dan mari kita bangun rumah tangga kita bersama."
Wulan terperangah, rasanya ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Danar. Memutuskan hubungan? Membangun rumah tangga? Itu tidak mungkin bagi Wulan.
Melihat Wulan mematung dengan ekpresi terkejut, Danar pun langsung masuk ke kamar Wulan namun, baru beberapa langkah Wulan sudah meneriakinya.
"Hei jangan masuk ke kamarku! Kamarmu ada disebelah!"
Seolah tidak mendengar teriakan Wulan, dengan santai nya Danar membawa diri nya duduk ditepi ranjang lalu membuka sepatunya.
"Danar, tolong keluar dari kamarku!" Tukas Wulan sembari menunjuk kearah pintu kamar.
"Kenapa Aku harus keluar? Kita kan Suami-Istri jadi sudah seharus nya kita tidur bersama." Usai melepas sepatu dan kaos kakinya, Danar menyimpannya dibawah tempat tidur.
Sementara Wulan masih dengan celotehnya yang terus menyuruh Danar keluar dari kamar nya. Hingga Danar berdiri dan langsung mencium bibir Wulan dengan singkat yang membuat Wulan seketika terdiam.
"Kalau Kau masih berisik maka Aku akan melakukan yang lebih dari itu. Sekarang tidurlah ini sudah larut malam. Aku juga ingin tidur, Aku lelah dan mengantuk sekali."
Danar terkekeh melihat wajah Wulan menegang dan salah tingkah. Perlahan ia menarik tangan Wulan dan membawanya duduk ditepi ranjang, dan bagai terhipnotis Wulan menurut saja saat Danar menarik tangannya.
"Aku tahu Kau pasti terkejut dengan apa yang Aku katakan. Tapi Aku bersungguh-sungguh ingin membangun rumah tangga kita. Aku sadar selama ini telah mempermainkan sesuatu yang sakral. Dan Aku tidak ingin terlalu jauh menodai pernikahan kita yang suci. Wulan, Aku mohon gerakkan hatimu seperti yang Aku lakukan. Aku tahu ini akan sulit tapi kita bisa saling membantu."
"Bagaimana kalau Aku tetap tidak bisa?" Satu pertanyaan terucap dari bibir Wulan setelah beberapa saat terdiam karena ciuman singkat itu.
Danar mengulas senyum, seraya meraih kedua tangan Wulan kedalam genggamannya. "Aku yakin Kau pasti bisa. Semuanya harus kita mulai dengan saling membiasakan diri. Jika sudah terbiasa, maka perlahan cinta akan tumbuh diantara kita."
"Kenapa Kau bisa seyakin ini? Kau tahu ini akan sulit tapi kenapa Kau malah ingin mempersulit dirimu?"
"Aku tahu ini memang akan sulit, tapi akan semakin sulit jika kita masih menempuh jalan yang berbeda sementara kita terikat hubungan yang suci. Maka dari itu Aku ingin mengajakmu untuk membangun rumah tangga kita dan lupakan masa lalu. Dan kenapa Aku bisa seyakin ini, karena Aku sadar jika pernikahan kita terjadi karena kehendak Tuhan dan Aku yakin inilah yang terbaik untukku dan juga untukmu dari pilihan Tuhan."
Wulan termangu, mencoba meresapi setiap kata yang diucapkan Danar. Namun, yang terbesit dalam hatinya hanyalah sebuah pertanyaan untuk diri nya sendiri. 'Apa Aku bisa menjalani rumah tangga ini bersama Danar?'
"Akan Aku coba, tapi Aku minta maaf jika pada akhirnya Aku tetap tidak bisa." Ucap Wulan pada akhirnya setelah beberapa saat memikirkan kata-kata Danar.
Danar seketika tersenyum dan semakin mengeratkan genggaman tangannya. "Setidaknya Kau ingin mencobanya itu adalah sebuah kemajuan. Dan Aku yakin seiring berjalannya waktu cinta itu akan tumbuh diantara kita."
Wulan menanggapi nya dengan senyuman tipis dibibirnya. Perlahan ia melepas genggaman tangan Danar lalu naik keatas tempat tidur. Merebahkan tubuh nya dengan posisi membelakangi Danar.
"Kau boleh tidur disini, tapi Aku mohon jangan macam-macam!" Ucap Wulan seraya memejamkan mata.
Danar tersenyum, "Baiklah. Kau tenang saja Aku juga sangat lelah dan mengantuk jadi Aku tidak mempunyai tenaga untuk itu."
Dengan mata terpejam Wulan bergidik ngeri mendengar ucapan Danar, terlebih saat merasakan pergerakan Danar yang naik keatas tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Nany Setyarsi
pelan" Danar,semua butuh proses ,
tidak bisa secara tiba" berubah dan terbiasa,beri ruang untuk Wulan membiasakan diri ,
jangan terlalu memaksa karena hasil nya akan jauh dr harapanmu.
semoga kalian bisa membina rumah tangga dg benar
2023-01-03
2
Dinda Ainun
Apakah akan berjalan mulus ataukan masih byk rintangan?
2023-01-03
2