#20. SAMA-SAMA PERNAH PATAH HATI

"Ada apa Paman memanggil kami?"

"Kenapa Paman memanggil kami?"

Tanya Dinda dan Erick serentak saat sudah berada dihadapan paman.

Sang paman tak langsung menjawab melainkan menatap muda mudi dihadapan nya secara bergantian.

Sementara Erick dan Dinda saling melempar tatapan tanya.

Sebenarnya si paman memanggil mereka karena ada tugas yang ingin diberikannya, tetapi tiba-tiba saja ia berubah pikiran setelah Erick dan Dinda sudah berada di hadapannya.

"Paman mau tanya sama kalian berdua?"

"Mau tanya apa, Paman?" Lagi-lagi Erick dan Dinda bertanya serentak.

Kembali Erick dan Dinda saling menatap, lalu terkekeh bersama karena menurutnya ini konyol. Dua kali bertanya pada paman secara serentak.

Melihat senyuman di wajah keduanya, sang paman pun tanpa sadar juga ikut tersenyum.

"Kalau Paman perhatikan, kalian berdua ini cocok."

Mendengar ucapan paman, sontak Erick dan Dinda menatap si paman dengan mata membulat dan mulut sedikit terbuka.

"Bagaimana kalau Paman jodohkan saja kalian berdua, mau kan? Mau dong, sama-sama jomblo kok, sama-sama pernah patah hati juga. Kenapa gak kalian satukan saja hati kalian yang patah itu biar menyatu." Paman terkekeh di akhir kalimatnya.

Sementara Erick dan Dinda tercengang dengan mulut yang sudah menganga entah sadar atau tidak.

"Bagaimana, apa kalian mau?'' Kembali paman bertanya.

"Dua bulan tinggal bersama disini kalian sudah cukup dekat, sebelumnya kalian juga sudah saling kenal. Lalu apa lagi? Di coba saja dulu jalani perlahan nanti juga akan saling cinta percaya deh sama Paman. Dulu Paman dan Bibi juga dijodohkan kan kok, tapi kami berkomitmen tidak akan ada kata pisah. Kami mencoba menjalani rumah tangga meski belum saling mencintai tapi seiring berjalannya waktu cinta itu hadir sendiri diantara Paman dan Bibi."

Ucapan panjang lebar sang paman membuat Erick dan Dinda tertegun, pikiran mereka tiba-tiba saja tertuju pada Danar dan Wulan. Saat ini mereka berdua pasti sudah bahagia padahal dulu juga hanya dijodohkan dan mengorbankan hubungan mereka dengan pasangan masing-masing.

"Berpacaran setelah menikah itu jauh lebih indah dari pada pacaran dulu baru nikah. Kesannya begini, kalau nikah dulu baru pacaran kalian akan banyak melewati masa-masa indah dalam tahap saling mengenal. Sementara jika pacaran dulu baru nikah, biasanya rasa bosan itu akan cepat hadir didalam rumah tangga. Tapi kembali kepada siapa yang menjalaninya, kalau Paman dan Bibi dulu ya saling terbuka aja sih. Dan yang terpenting jangan saling cuekin. Begitu prinsip Paman dan Bibi dulu."

Erick dan Dinda semakin tertegun, berdiri mematung terdiam tanpa kata, mata mereka tak berkedip menatap sang paman membuat si paman menjadi kesal sendiri.

"Kalian ini benar-benar ya, Paman udah ngomong panjang lebar dari A sampai Z tapi kalian diam saja. Kalian budek apa tuli? Atau jangan-jangan bisu dan tidak bisa berbicara?"

Paman menghentakkan kakinya kemudian berdiri, ia menatap sebentar Erick dan Dinda bergantian.

"Karena kalian sudah bikin Paman kesal, sekarang juga kalian harus bikin satu kodi batik dengan corak berbeda dan harus selesai nanti malam. Paman tidak mau tahu!"

"Tapi Paman,"

"Tidak ada tapi-tapian!" Ujar paman tak bisa dibantah, kemudian berlalu dari sana.

Erick dan Dinda serentak pula menghela nafas panjang sembari menatap langkah paman yang sudah menjauh.

"Mana bisa satu kodi selesai nanti malam, wah gak beres nih si Paman." Erick melepas blangkon nya lalu meremas-remasnya seolah itu adalah si paman.

Sementara Dinda sudah pergi menuju tempat pembuatan batik.

"Dinda, Kau mau kemana?" Teriak Erick setelah menyadari Dinda sudah tak berdiri di sampingnya lagi.

"Mau buat batik lah, ayo buruan jangan sampai telat nanti hukumannya di tambah."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***