"Jelaskan pada Mommy apa yang telah terjadi kemarin?" tanya Shereena sambil menyodorkan segelas su.su putih di hadapan Arshen.
Tanpa ingin menjawab Arshen memilih untuk meminum su.sunya sampai tandas.
"Shen, Mommy sedang berbicara kepadamu!" Shereena menaikkan suaranya.
"Memangnya apa yang sudah Arshen lakukan, Momm?" tanya Arshem dengan malas.
Shereena mende.sah dengan kasar. Meskipun rasanya ingin sekali melampiaskan kemarahannya pada anaknya, tetapi Shereena menarik nafas dalam untuk menahannya. Saat ingin marah, ia langsung teringat pada Daddy-nya yang sudah menghukum dirinya selama ini. Saat ini Arshen adalah kekuatannya untuk bertahan. Jika tidak ada Arshen mungkin saat ini hanya namanya saja yang bisa dikenang.
"Sorry, Mommy mistake!" sesal Shereena dengan menatap Arshen yang sedang menikmati sarapannya.
Shereena mencoba untuk tetap sabar menunggu Arshen menyiapkan sarapannya. Mungkin setelah itu dia mau bercerita mengapa tiba-tiba dirinya bisa menghiasi layar televisi.
"Shen, bisakah Mommy berbicara sebentar?" Kali ini Shereena bertanya dengan lembut.
"Mommy mau tanya apa?"
Melihat ada celah, Shereena langsung bertanya apa yang telah dilakukan Arshen dan Naomi kemarin.
"Jawab Mommy dengan jujur, apa yang telah kamu lakukan bersama Aunty kemarin? Mengapa kamu bisa masuk televisi?"
Mendengar ucapan Mommy-nya, Arshen langsung mendongak. "Are you serious, Momm?" tanya Arshen dengan mata yang berbinar.
Dengan cepat Arshen langsung berlari kecil menuju ke depan televisi dan mencari apa yang dikatakan oleh Mommy-nya jika dirinya masuk televisi.
"Mana Momm?" teriak Arshen.
Shereena mende.sah kasar dan langsung mendekat kearah Arshen yang sibuk untuk mencari sebuah dirinya di televisi. .
"Shen, apakah saat ini kamu sudah tidak sayang lagi sama kepada Mommy?" tanya Shereena sambil memasang wajah sedihnya.
"Apa yang Mommy pikiran?"
"Mommy hanya merasa anak Mommy sudah tidak membutuhkan Mommy lagi. Jika tahu akan seperti ini, Mommy menyesal membawamu pulang ke Indonesia. Jika kamu sudah tidak sayang lagi pada Mommy, biarlah Mommy pulang ke Jerman. Sepertinya Indonesia tidak cocok untuk Mommy," ucap Shereena untuk memancing Arshen.
Shereena tahu, jika Arshen sangat sensitif dan sangat menyayangi dirinya. Ia yakin dengan ancaman seperti itu, Arshen pasti akan mengaku apa yang telah terjadi kemarin.
"Moom, don't cry. I love Mommy." Tangan kecil itu menyeka jejak air matanya Shereena.
"Sebenarnya kemarin Arshen dipaksa oleh seorang uncle untuk melakukan pemotretan karena modelnya tidak bisa datang. Arshen tidak mau tetapi Arshen terus dipaksa. Akhirnya Arshen menyerah. Uncle itu juga berjanji akan memberikan bonus untuk Arshen jika produk yang Arshen iklankan berhasil menembus pasaran. Bahkan uncle itu juga berjanji Arshen juga bisa untuk menjadi Artist cilik. Begitu ceritanya, Momm," jelas Arshen apa adanya.
Kali ini Shereena tertegun dengan penjelasan Arshen. Entah harus bangga ataupun bersedih dengan bakat dan kemampuan yang Arshen miliki.
"Sorry, tadi Mommy sempat emosi." Shereena langsung memeluk tubuh Arshen.
"No problem, Momm. Arshen is guilty of not allowing Momm."
🌸🌸
Disatu sisi lain, Janu tertunduk lesu karena telah melakukan sebuah kesalahan besar. Dimana dia telah menggunakan model tanpa mencari tahu latar belakang dan asal jepret karena melihat keimutannya.
Saat ini di hadapan Arga, Janu merasa sangat menyesal karena tidak tahu latar belakang bocah yang menjadi modelnya tempo hari.
"Maafkan saya Tuan Arga. Saya telah ceroboh. Tapi percayalah jika bocah itu bisa mengimbangi pesona model lama," ucap Janu dengan kepala tertunduk.
"Awas saja jika iklan ini rugi. Bukan hanya gajimu yang aku potong, tapi kepalamu juga akan dipotong!" ancam Arga dengan kesal.
"Astaga, sadis sekali," batin Janu.
Tak berapa lama ponsel Arga berdering. Mata membulat dengan sempurna saat mendengar kabar yang masuk ke telinganya secara langsung. Bibirnya menahan senyum agar tidak tertawa karena merasa sangat bahagia. Setelah panggilan terputus, mata Arga menatap kearah Janu. "Mulai hari, aku naikan gajimu 50 persen! Puas?"
Janu memilih untuk mengernyit, takut jika ia salah dengar. Namun, melihat bibir Arga tak tak kuasa menahan senyumnya, Janu pun bertanya. "Apakah saya sedang tidak salah dengar? Sebenarnya gaji saya naik 50 persen atau dipotong 50 persen, Tuan?"
Arga menautkan kedua alisnya. "Kenapa? Kamu tidak senang jika gajimu aku naikkan? Atau kurang?"
"Tidak, Tuan. Saya sangat bahagia jika gaji saya naik. Tapi, apakah ini bukan prank?" tanya Janu ingin memastikan lagi.
"Apakah wajahku terlihat seperti seorang pembohong?"
Janu menggeleng. "Tidak Tuan."
Janu masih tidak tahu apa yang sedang terjadi kepada bos-nya yang tiba-tiba menaikkan gajinya 50 persen. Bukannya itu setengah dari gajinya. Namun, Kamu tidak peduli, yang penting saat ini rekeningnya akan semakin gemuk dengan gaji yang setiap bulan akan masuk.
"Karena hari ini sedang tidak ada jadwal lain, segera hubungi orang tua bocah itu untuk datang kesini, karena aku ingin mengontrak bocah itu!" ujar Arga pada Janu.
Mata Janu langsung terbelalak. Apakah itu artinya pemotretan kemarin membuahkan hasil? Bibirnya pun menyungging lebar. "Apakah hasil pemotretan kemarin berbuah manis, Tuan?"
"Tidak udah banyak tanya! Cepat kerjakan apa yang aku perintahkan sebelum aku mencabut lagi kenaikan gajimu!" Lagi-lagi Arga melemparkan ancamannya.
"Siap 86, Tuan." Janu sigap dengan hormat layaknya seorang prajurit sedang menerima amanat dari sang jenderal.
"Aku ingin tahu siapa orang tuanya, mengapa bisa melahirkan anak yang hampir mirip denganku. Apakah sewaktu hamil ibunya sangat mengidolakanku? Jika benar siapa dia?"
Baru saja ingin membuka pintu, Arga dibuat terkejut dengan sosok yang ada didepannya saat ini.
"Kamu ngapain disini?" ketus Arga.
"Astaga Arga … apakah kamu tidak ingat sekarang hari apa?" tanya wanita yang berada dihadapannya.
"Sekarang hari Rabu. Apakah ada yang salah?"
"Kamu tidak mengingat sekarang hari apa?"
Arga menggeleng pelan membuat wanita itu mende.sah kasar.
"Hari ini tepat 6 tahun kita bertunangan, Ga," kata Alexa mengingatkan Arga.
"Lalu?"
Alexa langsung menautkan kedua alisnya menatap Arga yang tak memberikan akses untuknya masuk keadaan ruang kerjanya. "Sampai kapan kamu akan menggantungkan hubungan ini, Ga? Semakin lama aku semakin tua, Ga!"
Arga membuang nafas kasarnya sambil menatap kearah Alexa, wanita yang berstatus tunangannya. "Bukankah sudah kukatakan sejak awal, jika aku tidak akan pernah bisa menikahimu, tetapi kamu memaksakan diri untuk tetap melanjutkan pertunangan ini. Jangan salahkan aku jika aku tidak menikahimu, karena aku akan tetap menjadi lajang abadi. Jika kamu tidak ingin menjadi perawan abadi, mending kamu cari pria lain yang mau menikah denganmu. Ingatlah, usiamu sudah diatas 30. Jangan sampai kamu tidak laku dan menjadi perawan tua," oceh Arga panjang lebar dan meninggalkan Alexa yang masih membisu.
Tentu saja hati Alexa sangat berdenyut. Penantiannya setiap tahun tidak pernah berubah manis. Padahal Alexa berharap tahun ini bisa menikah dengan Arga. Namun, semua impiannya runtuh seketika saat mendengarkan ucapan Agra.
Bagi Alexa waktu Enam tahun itu bukanlah waktu yang mudah untuknya terus bersabar.
"Ga, sampai kapan kamu akan membuka hati kamu untuk orang lain, Ga! Arga … lihat aku disini!" teriak Alexa yang sudah tak dihiraukan lagi oleh Arga.
...🌸🌸...
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉
Cinta sih cinta...VODOH jangan 😂
2023-02-16
0
Atika Shafa
tapi aku suka karakter Arga.. gx suka gonta-ganti perempuan... dan setia pada satu hati...😁😁🥰
2023-02-12
0
ipit
kalau sudah bucin akut tak ada yang bisa mengalihkan kebucinan Arga Alexa.... yang dhatinya tetap hanya ada satu nama.... 😂😂😂
2023-02-10
0