Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Bukan hanya setahun dua tahun yang telah terlewatkan, tetapi sudah masuk 6 tahun berlalu.
"Akhirnya aku kembali."
Shereena menghirup udara seger negara asalnya. Sudah 6 tahun ia meninggalkan tanah kelahirannya demi menutup aib keluarga. Kini ia kembali pulang karena misi yang telah diberikan oleh Daddy telah ia selesaikan dengan baik. Bahkan Shereena lulus dengan meraih Cumlaude di salah satu Universitas terbaik di Jerman.
"Mommy, apakah aku sudah bisa bertemu dengan Daddy," ujar bocah bocah laki-laki yang berjalan di samping Shereena.
Dia adalah Arshen, anak Arga dan Shereena yang kini sudah menginjak usia lima tahun. Tumbuh sehat dan mengemaskan. Bahkan wajah Arshen tak jauh beda dari wajah Arga semasa masih kecil. Siapa pun yang melihatnya pasti akan menebak jika Arshen adalah anaknya Arga. Wajah mereka bagaikan pinang dibelah dua.
"Belum, Sayang. Karena Mommy sudah lupa bagaimana wajah Daddy-mu."
"What? Bagaimana bisa Mommy melupakan wajah Daddy? Apakah Daddy terlalu jelek?" tanya Arshen terkejut.
"Sudahlah, kamu diam saja. Mommy pusing jika kamu terus bertanya."
Arshen pun hanya mendengus pelan sambil sambil mengikuti langkah Mommy-nya untuk keluar dari Bandara. Entah siapa yang sedang ditunggu oleh Mommy-nya, tetapi Arshen berharap yang menjemput mereka adalah Daddy-nya.
Tak lama kemudian seseorang melambaikan tangan ke arah Shereena.
"Nah itu dia," kata Shereena yang juga melambaikan tangannya.
"Siapa Mom? Apakah itu Daddy?"
"Bukan, Sayang. Dia sahabat Mommy."
Seketika wajah yang sempat bersemangat itu tiba-tiba luntur begitu saja. Arshen sudah sangat merindukan Daddy-nya. Ia ingin segera bertemu dan melihat bagaimana wajah Daddy-nya, sehingga Mommy-nya tak pernah mau untuk memberitahu bagaimana bentuk wajah Daddy-nya. Mungkin Daddy-nya sangat jelek sehingga Mommy-nya tidak ingin mengakuinya?
"Hai, Reen!" sapa seorang wanita yang sudah berada di depan Shereena.
"Naomi," ujar Shereena sambil memeluk tubuh sahabat lamanya.
Mata Naomi pun menangkap bocah kecil yang ada disamping Shereena dan bertanya, "Siapa dia?"
Shereena langsung melepaskan pelukannya dan memperkenalkan Arshen pada Naomi. Betapa terkejutnya Naomi saat Shereena mengatakan jika ia telah memiliki seorang anak. Ingin rasanya mencecar berbagai pertanyaan tetapi Shereena sudah lelah dan ingin beristirahat.
Sepenjang perjalanan, Arshen memilih diam tak banyak kata, meskipun pada kenyataannya dia adalah anak paling cerewet.
"Reen, bukannya kamu belum menikah. Tapi mengapa kamu bisa—" Naomi tak enak hati untuk melanjutkan pertanyaannya.
"Karena itulah aku diasaingkan oleh Daddy. Tapi sudahlah, semua telah berlalu. Saat ini aku sudah bahagia dengan hidupku," ujar Shereena dengan senyum tipis di bibirnya.
"Lalu siapa ayahnya, Reen?" tanya Naomi ingin tahu.
Shereena hanya tersenyum tipis. "Suatu saat kamu akan tahu sendiri."
Tak terasa kini mereka telah sampai di apartemen mewah milik Naomi. Kerena saat ini Shereena belum yakin untuk menemui keluarganya, ia meminta tolong pada Naomi untuk sementara waktu tinggal di apartemennya. Shereena juga berjanji akan segera mencari rumah sewa jika ia sudah mendapatkan pekerjaan.
"Kamu tidak usah mencari rumah sewa, tinggallah disini bersamaku, aku akan sangat bahagia jika kamu dan juga Arshen tinggal disini. Dengan begitu aku tidak akan kesepian lagi," ujar Namoni.
Shereena merasa terharu akan kebaikan Naomi. Entah bagaimana ia akan membalas kebaikan yang telah diberikan untuknya.
"Oh iya Reen, kebetulan di perusahaanku sedang membutuhkan karyawan, kali aja kamu mau melamar disana," kata Naomi yang mengingat jika di kantornya sedang membutuhkan karyawan.
"Boleh, Na. Besok aku akan mencoba untuk melamar kesana," ujar Shereena.
"Mommy ingin bekerja? Lalu bagaimana denganku?" tanya Arshen yang sejak tadi menyimak pembicaraan Mommy-nya.
Mata Shereena mantap bola mata kecil yang selalu membuatnya merindukan seseorang, tetapi ia sadar jika tak bisa untuk memiliki cintanya.
"Jika Mommy bekerja, kamu akan Mommy masukkan kesalah satu tempat tempat penitipan anak. Disana kamu bisa belajar dan bermain. Kamu mau kan?"
"Tergantung, Momm. Jika tempatnya enak, Arshen mau."
Naomi yang melihat gaya bicara Arshen hanya menggelengkan kepalanya. Baru saja lima tahun Tetapi gaya bicaranya sudah melebihi orang dewasa. Jangan-jangan yang menghamili Shereena adalah bocah tengil, pikir Naomi.
🌸🌸🌸
Pagi ini Shereena sengaja bangun lebih awal karena ia ingin menyodorkan lamaran di kantor tempat Naomi bekerja. Jika bukan karena bantuan Naomi, mungkin Shereena masih mengantri di belakang untuk mendapatkan panggilan.
"Na, aku titip Arshen sebentar ya. Dia anaknya nggak mau diam, jadi kamu yang sabar ya," pesan Shereena sebelum meninggalkan Naomi.
"Kamu tenang aja karena aku sudah terbiasa menghadapi anak-anak."
Sebelum pergi Shereena juga berpesan kepada Arshen agar tidak membuat ulah, meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.
"Mommy tenang saja Arshen tidak akan membuat ulah tidak ingin menjadi anak yang baik," ucap Arshen dengan sangat meyakinkan.
"Bagus. Mommy pergi dulu ya." Shereena pun mendamaikan tangannya sebelum menutup pintu.
Begitu juga dengan Arshen yang membalas lambaian tangan Mommy-nya.
Setelah kepergian Shereena, Arshen memastikan jika Mommy-nya benar-benar telah pergi. Naomi yang melihat tingkah Arshen hanya menggelengkan kepalanya.
"Aunty, aku ingin bertanya kepadamu. Jawablah dengan jujur!"
Naomi yang baru saja ingin menscrol tiba-tiba mengernyit saat mendengar kata yang terucap dari mulut Arshen.
"Memangnya kamu ingin bertanya apa?"
"Aku ingin Aunty mengatakan siapa Daddy-ku. Karena aku ingin bertemu meminta pertanggungjawabannya."
"Kamu itu anak kecil, tahu apa dengan tanggung jawab?"
"Stop! Jangan tertawa, karena ini tidak lucu?! Sekarang katakan siapa Daddy-ku!"
Naomi yang memang tak tahu siapa Daddy-nya Arshen tidak bisa menjawab pertanyaan bocah itu. Dia saja baru tahu kemarin jika Shereena telah melahirkan seorang anak.
"Aunty tidak tahu, Sayang. Kenapa Arshen tidak tanya saja sama Mommy, kan hanya dia yang tahu siapa Daddy-nya Arshen," ucap Naomi.
"Mommy bilang dia sudah lupa dengan wajah Daddy-nya, tapi Arshen tak percaya."
Ternyata anggapan Naomi tentang Arshen yang pendiam itu salah besar. Bahkan dirinya hampir pusing saat Arshen terus menekan dirinya untuk mengatakan siapa Daddy-nya. Namun, beruntung saja sebuah telepon membuat Naomi lepas dari tekanan Arshen. Matanya melirik kearah Arshen, sebelum ia mengatakan kata iya.
"Arshen, tiba-tiba Aunty ada panggilan mendadak. Kamu ikut Aunty ke kantor ya. Tapi kamu nggak boleh masak kemana-mana takutnya nanti kamu hilang," ujar Naomi.
Bocah itu hanya mengangguk pelan, lalu mengikuti Naomi untuk keluar dari apartemen.
..
Sesampainya di kantor Naomi segera masuk ke ruangan managernya. Ternyata hari ini ada pemotretan dadakan dan modelnya tidak bisa datang. Kepala Naomi sudah sangat berdenyut jika sampai pemotretan ini gagal hancurlah semua usaha dan jerih payahnya. Saat ia memijat kepala, matanya melirik ke sebuah sofa yang sudah tak ada Arshen disana.
"Astaga, kemana perginya bocah itu? Arshen!" pekik Naomi panik.
Arshen yang merasa bosan memilih menyelinap keluar. Tetapi karena bingung ia asal masuk ke sebuah ruangan tanpa tahu itu ruangan apa.
Baru saja ia ingin mengintip tempat apa yang ia masuki, tiba-tiba tangannya langsung ditarik oleh seseorang yang tak dikenal.
...🥕🥕🥕...
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Atika Shafa
jgn2 itu kantor nya Arga yaa...
2023-02-12
1
ipit
jangan jangan masuk keruangan Arga..... 😱
2023-02-10
0
ana
arsen Arga serena😍
2023-01-03
1