# Arisan Bodong Keluarga Suami
Pov Novia
Pulang dari bermain Althaf tertidur sedangkan Keyla bermain dengan anak Bi Nania. Aku pergi ke kamar untuk beristirahat sebentar. Lumayan lelah juga namun terbayar ketika melihat tawa anak anakku.
Kulihat foto foto kami saat bermain tadi. Tak terasa sudah 8 tahun aku berumah tangga bersama A'Diki.
Tok tok tok
Lamunanku buyar ketika Ibu memanggilku. " Neng dipanggil pamanmu "
" Iya bu sebentar " aku merapihkan rambutku sebentar dan keluar kamar.
" Gimana hari ini neng, anak anak gak ada masalah kan, terus Diki ada hubungi kamu gak ? " tanya paman
" Anak anak baik baik saja paman, hari ini neng mengajak mereka jalan jalan. Usul paman bagus juga nyuruh neng libur fikiran sedikit terbuka heheee.
A' Diki dari wa bahkan menelpon tapi gak neng balas biarin aza dulu lah biar dia mikir juga " jawabku.
" Langkah kamu gimana ke depannya? sekolah anak anak juga harus difikirkan.
Saran paman sebaiknya kamu pindah nggak baik tinggal disana apalagi kamu bayar sewa tiap bulan.
Kalau sekiranya mau nyewa mending di tempat lain. Kalau kamu mau juga bisa tinggal disini " lanjut paman.
" Iya neng juga udah mikirin, sepertinya neng akan memindahkan sekolah anak anak dan mencari rumah daerah sini. Andaikan uang arisan kembali mau neng pakai modal merintis usaha " paman mengangguk sepertinya dia setuju.
" Baguslah kalau begitu, untuk usaha kita fikirkan nanti kan kamu juga bekerja. Gak mungkin mengurus 2 hal sekaligus.
Yang terpenting sekarang ya itu tadi sekolah anak anak, pindah rumah dan menunggu perkembangan bagaimana keputusan mereka.
Satu lagi, kalau ada apa apa tolong bicara jangan berfikir sendiri. Apalagi menghadapi keluarga toxic seperti itu.
Ya sudah paman mau bebersih dulu, baru pulang dari kantor " lanjut paman.
" Ya makasih paman buat masukannya " lega juga rasanya dulu aku suka memikirkan dan mencari solusi sendiri karena tak mau merepotkan. Alhamdulillah masih punya keluarga yang tetap peduli.
*******
Berhubung jarak yang lebih jauh menuju pabrik aku harus bangun lebih pagi. Ini hari keduaku tinggal di rumah Emah.
Dengan niat yang kusampaikan kemarin pada paman, sepertinya harus segera direalisasikan.
Disini memang nyaman emah pun tak keberatan kalau aku tinggal disini tapi tetap saja kalau sudah memiliki keluarga alangkah lebih baiknya punya istana sendiri.
" Bu sepertinya neng agak sibuk beberapa hari ini, mau ngurusin kepindahan sekolah Keyla dan Althaf. Kalau bisa ibu coba tanya tanya sama tetangga komplek kira kira ada rumah kosong gak deket deket sini.
Keputusan neng sudah bulat mau pindah dari rumah itu " sambil menikmati sarapan aku menyampaikan keinginanku pada ibu.
" Gampang neng nanti ibu tanyain sama tetangga komplek, pasti banyak lah " Ibu memang selalu bisa diandalkan.
" Neng mau berangkat agak pagi ya, titip anak anak. Kalau paman nanya bilang aza neng buru buru takut macet di jalan mang ojol juga udah nunggu " aku menitipkan pesan pada ibu, kuraih tangan ibu dan menciumnya.
" iya neng hati hati di jalan " aku segera menyambar tas yang biasa kubawa.
Kurang dari setengah jam aku sudah sampai di gerbang pabrik, terlihat masih sepi karena jam kerja masih lumayan lama.
Sampai di halaman parkir karyawan kudengar ada yang memanggilku dan menarik lenganku.
" Vi ,vi sebentar aku ingin bicara " ternyata A'Diki yang memanggilku. Sepertinya dia sengaja menungguku.
" Bicara apa lagi, gak malu apa dilihat orang " aku melihat ke kiri dan kanan ada beberapa orang yang memperhatikan kami.
" Nanti pulang aku tunggu ya, kita pulang bareng terus jemput anak anak. Kasian kan anak anak jauh dari ayahnya " gampang sekali dia bicara seperti tidak ada masalah saja pakai alasan anak anak segala.
" Nggak bisa, aku sibuk. Lagi pula aku merasa lebih tenang bersama keluargaku.
Kalau soal anak anak tenang saja aa gak usah khawatir mereka gak kekurangan apapun termasuk kekurangan kasih sayang.
Lagipula sejak kapan aa peduli sama anak anak " aku berbicara seperti itu untuk mengingatkan dia kalau dia selalu abai pada anak anak.
" Jangan gitu Vi walau gimanapun aku tetap ayah mereka. Lagian dosa kamu ninggalin suami, pergi tanpa izin dariku " A'Diki berbicara seakan dia paling benar.
" Sudah lah a' gak usah bicara soal dosa, apa aa gak merasa berdosa selama ini mengabaikan kami? dan lebih mementingkan orang lain. Aku juga gak perlu khawatir ninggalin kamu sendiri, kan ada amah.
Sekarang yang harus aa sama keluarga fikirin itu bagaimana caranya uang itu harus kembali. Jangan sampai Paman Arif marah, tau sendiri kan resikonya kalau pamanku marah " aku sedikit mengancamnya, karena aku tau dia paling takut pada paman.
Ancamanku sepertinya berhasil dia terlihat gusar.
" Tapi Vi ada yang ingin kusampaikan soal uang itu. Kemarin kami berdiskusi dan memutuskan kalau uang arisan akan dikembalikan Robi, tapi dengan cara dicicil.
Bagaimana? kan sama saja yang penting uang itu kembali " seketika amarahku tersulut mendengar permintaannya.
" A' bilang ya sama keluargamu aku menolak keputusan kalian. Aku ingin uang itu kembali dengan utuh.
Lagipula aku gak percaya adikmu akan menyicilnya. Aku sudah hafal dengan tabiatnya. Berkali kali dia pinjam uang tapi tak pernah dikembalikan.
Sudah cukup aku tak mau membahas ini lagi, sebelum kamu bisa mengganti uangnya sebaiknya jangan mencariku.
Bilang pada adikmu jangan mendahulukan bergaya tapi menyusahkan orang lain " sudah kesal aku dibuatnya sebaiknya aku segera pergi dari sini daripada tambah emosi.
" Satu lagi sampaikan pada keluargamu tidak usah memojokanku beramai ramai di grup keluarga harusnya kalian sadar diri sudah pakai uangku tapi tak ada rasa penyesalan sedikitpun " lalu aku pergi meninggalkannya tak peduli dia terus memanggil namaku.
Pagi pagi sudah di bikin badmood. Sampai di meja kerjaku aku duduk mengingat ucapan A'Diki.
Benar benar tak habis fikir bisa bisa nya meminta agar uangnya dikembalikan secara menyicil.
Difikirnya aku bisa dibodohi, seharusnya kalau niat menyicil kenapa gak dilakukan sejak tahun kemarin.
Sudah ketauan baru mau menyicil dasar keluarga aneh.
Ddrttt ddrrttt
Dengan malas ku ambil hp ku, kufikir a'diki yang menghubungiku ternyata Teh Manda.
[ Assalammu alaikum, iya teh. tumben pagi pagi udah hubungi aku ]
[ Waalaikum salam, iya gak tau kenapa teteh ingat kamu terus. Hari ini teteh mau pulang kangen orang rumah ]
Ah rupanya ikatan batin kami kuat, sampai sampai dia merasakan kalau aku sedang memiliki masalah.
[ Iya teh, aku lagi di rumah emah. Udah 2 hari disana ]
[ Kok bisa, kamu ada masalah sama suami kamu? ]
[ Ya gitulah, nanti aku ceritakan kalau teteh udah di rumah ya ]
[ Ya sudah, ni lagi siap siap paling nanti malam juga udah sampe. Assalammu alaikum ]
[ Ok hati hati di jalan, waalaikum salam ].
Sepertinya kekuatanku bertambah, dengan kedatangan Teh Manda tentu saja terasa seperti tenaga baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments